Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jangankan Dijual, Orang Australia Dikasih Majalah Gratis Saja Ogah

26 Februari 2017   19:42 Diperbarui: 28 Februari 2017   04:00 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dokumentasi pribadi tjiptadinata effendi

Tabloid ini terdiri dari 60 halaman, menurut saya ,cukup bagus isinya, tapi sudah seminggu tergeletak, hanya berkurang beberapa eksemplar. Padahal di tawarkan gratis dan boleh ambil semaunya. 

Bisnis Tabloid dan Majalah Kesehatan,serta koran lokal, sungguh sungguh sudah memasuki masa masa kelamnya. Bahkan ada yang diantarkan dirumah, seperti Joondalup Weekender Comunitity News yang diantarkan kerumah rumah penduduk, tampak di biarkan terletak diatas atau dibawah kotak surat.

foto dokumentasi pribadi tjiptadinata effendi
foto dokumentasi pribadi tjiptadinata effendi
Bahkan majalah kesehatatan Fokus, juga mengalami nasib yang sama. Belum lagi Tabloid Have a Go yang sudah sejak minggu lalu, tampak masih tersusun rapi di box yang terbuka. Bahkan kalau kita lagi parkir mobil di gedung parkir,ada setumpuk  besar koran yang dibagikan secara cuma cuma kepada setiap pengemudi. Tapi hanya beberapa orang saja yang mau mengambilnya.

Apalagi majalah yang bermuatan politik dan kritik mengritik,sama sekali tidak disentuh warga disini. Bagi mereka semuanya adalah :"Junk Mail" .Bahkan kalau menengok di kotak kotak surat warga,ada tulisan :" No ,Junk Mail"

foto dokumentasi pribadi tjiptadinata effendi
foto dokumentasi pribadi tjiptadinata effendi
Hal ini,sudah sejak lama kami perhatikan,karena setiap hari kami keluar rumah dan jalan pagi,mengitari  daerah perumahan.  

Tabloid atau majalah yang masih dibaca warga adalah yang memuat tentang acara  hiburan,seperti dimana dan kapan diadakan petunjukan Circus atau kapan ada Music Show, Fire Works , acara di Pantai atau pertunjukan anak anak. Pokoknya majalah atau tabloid yang ada info tentang kegiatan hiburan,masih dibaca warga

foto dokumentasi pribadi tjiptadinata effendi
foto dokumentasi pribadi tjiptadinata effendi
Mengapa Bisa Demikian?

Bagi yang sudah pernah ke Australia,apalagi yang sudah pernah tinggal disini,baik untuk melanjutkan study atau kerja, pasti sudah mengetahuinya. Sebagian besar,warga tidak mau membuang waktu membaca berita berita politk,yang dianggapnya sampah. Mereka ingin menikmati hidup,tanpa harus merasa terganggu dengan segala macam berita berita yang dibuat seakan akan kejadian luar biasa,padahal sesungguhnya tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan  warga.

Menjaga privacy.bukan hanya sebatas tidak ingin ada orang lain,yang mencampuri urusan rumah tangga mereka,tapi juga tidak ingin diri mereka dan keluarga mereka terdistorsi oleh bacaan yang dianggap tidak ada manfaatnya.

Umumnya mereka tidak suka politik. Mau siapa yang jadi pejabat,bukan urusan mereka,yang penting  ,jangan sampai mengurangi hak mereka dan mengganggu keamanan dan kenyamanan hidup keluarga mereka.

Termasuk,mengantisipasi ,agar bacaan yang dianggap tidak ada manfaatnya, tidak dibawa pulang,bahkan ogah ,walaupun hanya memungut ,tanpa bayar alias gratis,

Tulisan ini,memang bukanlah hasil kajian ilmuan,tapi setidaknya merupakan gambaran,bahwa tabloid,majalah ,koran ,apalagi brosur brosur, sama sekali tidak disukai disini.Bahkan hampir pada setiap kotak surat dituliskan dengan huruf mencolok :" NO,Junk Mail"

foto dokumentasi pribadi tjiptadinata effendi
foto dokumentasi pribadi tjiptadinata effendi
Minat untuk Buku Bacaan Tetap Tinggi

Minat terhadap buku bacaan,baik dewasa ,maupun anak anak,masih tetap tinggi, Karena setiap kali ada penjualan buku buku murah, walaupun tempatnya jauh, selalu ramai dikunjungi. Cara penjualan buku murah disini cukup unik,yakni satu kantung plastik,boleh diisi sepenuh penuhnya, harganya cuma 5 dolar. Yang paling banyak dapat buku adalah orang orang asal Indonesia, Karena buku disusun rapi rapi,sehingga bisa muat banyak. Sedangkan yang lain, asal dirasa sudah penuh satu kantung plastik ,ya sudah ,langsung dibayar ke Kasir,

Satu kantung kresek,bisa diisi sekitar 10 buah buku,yang sedang ,kalau buku tebal ya paling cuma  5 atau 6 judul.Nah,satu lagi  bukti,bahwa beda negeri beda budaya dan beda gaya. Kalau bagi kita ada yang gratis, ambil dulu,ntar baru dipikirkan berguna atau tidak, tapi bagi warga disini,kalau dianggap tidak penting,mereka tidak akan mengambilnya. Tapi kalau mereka butuh, akan dibeli,

catatan,semua foto dokumentasi pribadi

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun