Para pedagang yang berbisnis disini,terdiri dari orang asal Jepang,India, Pakistan ,sementara yang di cafe ,kebanyakan orang asal Italia, yang khusus menawarkan ekspresso dan ice cream gelato.
Rumah rumah yang berada dalam komplek bangunan kuno ini, masih tampak kokoh dan utuh. Anak tangga, pintu besi ,bahkan lampu dinding,tampak dibiarkan sebagaimana aslinya,untuk melestarikan bangunan kuno ini. Yang tampak direnovasi hanyalah beberapa bagian bangunan yang terbuat dari kayu dan sudah rapuh dimakan zaman. Selainnya dijaga dan dilestarikan.
Selalu Ramai Dikunjungi  Wisatawan
Kami sudah beberapa kali berkunjung kesini,namun rasanya tidak mengalami kejenuhan.Karena di lokasi ini,kita bisa berjalan jalan dengan santai dan bebas polusi. Bersih,apik dan aman.
Setiap pagi,sekitar jam 10.00 hampir selalu kami temui rombongan turis ,baik dari Jepang,maupun dari China dan Singapore. Â Kalau sudah masuk rombongan turis,maka kita harus sabar,untuk mendapatkan tempat di cafe untuk menikmati secangkir kopi.Karena semua kursi sudah terisi. Maklum,mungkin mereka sudah berjalan kaki sejak dari stasiun kereta api dan merasa letih,sehingga memanfaatkan cafe sebagai tempat melepaskan lelah dan sekaligus melepaskan dahaga.
Menyaksikan begitu banyaknya wisatawan berkunjung, ada rasa "iri" dalam hati.Betapa tidak,dinegeri kita begitu banyak bangunan kuno,tapi hampir hampir tidak tersentuh oleh perhatian dari dinas pariwisata . Malahan tidak jarang, bangunan kuno dibongkar ,untuk dijadikan  supermarket atau terminal. Heran,mengapa kita mengorbankan bangunan bersejarah,yang tidak ternilai harganya,hanya untuk membangun supermarket atau terminal bus?
Tentu pertanyaan ini,hanya akan bergaung sedetik,untuk kemudian lenyap ditelan gemuruhnya kesibukan para pejabat yang berkompeten dalam hal ini. Kalaulah tidak ada yang peduli,maka lambat laun, kunjungan wisatawan mancanegara ke negeri kita,akan semakin menyurut . Kalau sudah begini, yang rugi adalah negeri kita sendiri
catatan: semua foto dokumentasi pribadi.
Tjiptadinata Effendi