Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamatkan Rumah Tangga Kita

5 Februari 2017   07:55 Diperbarui: 5 Februari 2017   08:14 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membangun sebuah rumah tangga yang rukun dan damai,bukan seperti kisah kisah di komik Cinderella, begitu menikah,maka kedua pasangan hidup berbahagia selama lamanya.. Enak benar kedengarannya, Tapi bagi yang sudah berkeluarga,pasti memahami,bahwa kisah hidup sesungguhnya ,tidaklah seperti kisah Cinderella dan juga tidak seperti kisah 1001 malam,dimana hanya dengan menggosok gosok Lampu Aladin,maka gubuk,berubah seketika jadi istana megah. Membangun kerukunan dalam rumah tangga,jauh lebih rumit daripada membangun sebuah rumah. 

Karena itu,apa yang sudah dibangun dengan susah payah,jangan biarkan dihancurkan ,hanya karena kurang hati hatinya kita dalam hal hal yang tampaknya sepele Memang sangat banyak alasan atau penyebab terjadinya keretakan ,bahkan hancurnya sebuah kebahagiaan dalam rumah tangga. Kita tidak memiliki kekuatan untuk menutup semua celah untuk terjadinya petaka tersebut,tapi mininal kita dapat memperkecil dan mempersempit ,jalan menuju kejurang kehidupan.Rumah tangga yang sudah brantakan,walaupun mungkin kelak,dapat diperbaiki lagi,tapi sudah tidak lagi mungkin utuh seperti sebelumnya, 

Oleh karena itu,alangkah baiknya,bila kita senantiasa mengingatkan diri kita,bahwa ada begitu banyak hal hal penting,dirasakan dalam hidup kita,tapi jangan lupakan ,bahwa kebahagiaan keluarga adalah prioritas nomor satu,.

Hindari Pembicaraan Yang Menyerempet Bahaya

Antara lain ,dengan menghindari diri dari :

  1. berbicara dalam gaya politikus
  2. saling melakukan interogasi antar suami istri
  3. saling berbicara  sambil menyindir

Mungkin saking mendalamnya terdistorsi oleh berbagai masalah polittik,maka terjadi semacam komplikasi dalam diri ,sehingga gaya politikus,dibawa masuk kedalam pembicaraan dalam rumah tangga.Contoh pembicaraan seperti dibawah ini:

"Maksud mama apa sih? Ya ,nggak mungkinlah tiba tiba ada yang mau ngantarkan kue,kalau tidak ada maunya sama mama" Atau" Wah,papa pasti rapat lagi ya? Dan rapatnya di Puncak lagi heheh" ,kata istri tertawa ,memancing suami."Gimana sekretarisnya pasti cantik cantik ya pa ?heheheh"

Dan suami bertanya:" Mama beli porslein kuno jutaan rupiah,pasti dapat uang hadiah dari teka teki silang  yaa? " tanya suami menyelidik.

Nah,gaya politikus seperti ini,sesungguhnya ,sudah  menciptakan dinding penyekat,antara suami dan istri. Alangkah baiknya,bila dalam keluarga,kita saling berbicara secara terbuka dan menyelesaikan segala sesuatu dengan baik. Bilamana ada hal hal yang tidak disukai atau tidak dimengerti,maka bertanyalah dengan tulus. Jangan menyelidiki pasangan ,seperti KPK menyelidiki tersangka Koruptor.

Saling interogasi antara suami istri

Bila ada yang perlu ditanyakan,jangan didiamkan,tapi bisa langsung dibicarakan dengan tulus hati,tanpa ada rasa saling mencurigai,. Jangan menggunakan gaya interogasi antar suami istri. Misalnya:" Darimana saja seharian? " Koq kesana ? Jam berapa tadi kesana ? Siapa saja yang ada disana?" dan seterusnya dan seterusnya.Pertanyaan pertanyaan yang bernada tuduhan dan menyudutkan,pasti akan melukai hati pasangan hidup kita. Apakah suami terhadap istri,maupun istri terhadap suami. Merasa sudah tidak lagi dipercayai,akan menghadirkan rasa kekecewaan yang mendalam. Akibatnya suasana dalam rumah tangga mulai mengalami goncangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun