Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagi Orang Lain, Mungkin Kita Bukan Siapa-siapa

4 Februari 2017   21:23 Diperbarui: 4 Februari 2017   22:11 1413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bagi orang lain,kita bukan siapa siapa,tapi bagi keluarga,kita adalah orang penting,/ilustrasi foto: depositphotos.com

Bagi Orang Lain Kita Bukan Siapa-siapa, Tapi Bagi keluarga, Kita Adalah Orang Penting

Kalau dalam pembicaraan basa basi,kita mengatakan :"saya bukan siapa siapa",tentu saja adalah sebuah kewajaran. Karena boleh jadi,bagi orang lain,diri kita bukanlah siapa siapa,selain dari seorang teman atau sahabat. Tapi jangan lupa,bagi istri,suami ,anak anak dan orang tua ,kita adalah orang penting bagi mereka.

Lalu apa hubungannya,antara bukan siapa siapa,atau sebaliknya diri kita merupakan orang penting bagi keluarga kita? Maksudnya adalah mengingatkan kita,bahwa apapun yang kita lakukan,kita ucapkan atau kita tuliskan,walaupun atas nama pribadi kita,tetapi sesungguhnya secara langsung ataupun tidak, akan merembet rembet kepada seluruh anggota keluarga kita.

Kalau berhubungan dengan hal hal positif,seperti meraih penghargaan ataupun melakukan hal hal yang bermanfaat bagi orang lain,tentu saja anggota keluarga kita juga boleh ikut berbangga.Tapi bilamana karena tindakan kita ,menyebabkan harus berurusan dengan Polisi,pasti bukan hanya diri kita yang merasakannya,tapi juga seluruh anggota keluarga kita.

Orang akan bertanya kepada istri atau suami kita,bertanya kepada anak cucu atau orang tua kita,ada apa dengan kita ,sehingga harus berurusan dengan Pihak Kepolisian? Apalagi kalau sampai ditahan. Masyarakat mana peduli akan azas praduga tak bersalah?

Bagi masyarakat awam,setiap orang yang ditahan Polisi,dianggap pasti sudah melakukan suatu tindak pidana . Pribahasa lama ,akan mencuat:" Tidak mungkin ada asap,kalau tidak ada api"

Pengalaman Pribadi

Saya hanya menceritakan sepintas saja,karena sudah pernah menuliskan artikel tentang ini,Sehingga bilamana diulang ulangi,tentu akan menghadirkan kejenuhan dan kebosanan,bagi siapa saja yang membaca.

Tahun 2002,saya pernah ditahan di Tahanan Polda Surabaya,karena di khianati sahabat baik sendiri.Tapi tidak mungkin orang bisa percaya begitu saja,ketika saya atau istri saya,maupun anak anak saya ,menjelaskan bahwa sesungguhnya,saya adalah korban penghianatan sahabat sendiri.Butuh waktu panjang, Menghabiskan waktu bolak balik ke kantor Polisi,kemudian bolak balik perkara di Pengadilan Negeri Surabaya. Terus naik ke Pengadilan Tinggi. Total menghabiskan waktu sekitar dua tahun. Yang menguras energi dan dana,kemudian menyebabkan istri ,anak anak dan seluruh anggota keluarga terkena imbasnya.

Akhirnya,perkara sampai di Mahkamah Agung  dan saya bersyukur, oleh Ketua Mahkamah Agung ,pada waktu itu Bapak H.Abdurrachman Saleh,memutuskan bahwa saya dibebaskan dari segala tuntutan,karena tidak terbukti bersalah. Walaupun ,"sahabat" yang telah menghianati saya,masih mencoba naik banding dan mengajukan PK (Peninjauan Kembali),tapi keputusan yang mengandung ketetapan hukum,saya dinyatakan bebas. Pada waktu itu,bukan hanya saya dan istri ,serta anak cucu ,yang ikut bersyukur,tapi ada ribuan ucapan selamat dari sahabat sahabat saya.

Berani itu Baik,Tapi Waspada adalah Jauh Lebih Baik

Berani bersuara,berani bertindak dan berani menulis,tentu tidak ada salahnya.Tapi alangkah baiknya,bila kita selalu mawas diri dan waspada. Karena apapun yang kita lakukan,maka bilamana terjadi sesuatu,yang akan menderita bukan hanya diri sendiri,tapi ikut serta seluruh anggota keluarga kita.

Begitu juga dengan "keberanian "menulis,jangan sampai karena termotivasi dielu elukan orang banyak ,yang mengacungkan jempol kiri dan kanan,petanda kita adalah sosok yang berani,kita sampai lupa diri.

Apalah artinya, nama kita menjadi populer atau bahkan menjadi viral dimedsos,kalau pada akhirnya, kita harus bolak balik ke kantor Polisi. Mungkin saja,dengan lantang kita mengatakan :"Siapa takut?!".Benar,mungkin secara pribadi kita tidak takut,begitu juga dengan saya.Takut apa?Paling  paling ya mati" Begitu mungkin yang ada dibenak kita. Tapi sekali lagi,jangan lupakan  bahwa bagi keluarga ,kita adalah orang penting .Dan mereka tidak mau kita sampai terluka ,apalagi bila kehilangan kita.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun