Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah Mata Pelajaran Wajib Ilmu Kehidupan, yang Sering Dilupakan

4 Februari 2017   07:16 Diperbarui: 4 Februari 2017   08:46 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang berhak memiliki definisi tentang arti kata "sukses" dalam hidupnya. Sukses bagi seseorang, belum tentu sukses untuk orang lain.Oleh karena itu ,jangan pernah mengukur sukses yang kita raih, dengan kesuksesan yang dicapai orang lain. Karena hanya akan memperkecil nilai dari hasil kerja keras kita. Dan pada akhirnya akan mengurangi rasa syukur kita.

Patah Semangat Ketika Menemui Kegagalan

Karena saking bersemangatnya ,banyak orang yang hanya terpaku pada kesuksesan saja, sehingga tidak melihat lubang yang menganga didepannya, Sekali terperosok dan gagal,maka langsung patah semangat. Akibatnya impian tetap menjadi impian kosong,yang tak pernah menjadi sebuah kenyataan,. Karena orang tidak siap mental untuk menerima kegagalan. Karena itu, mari kita sama sama, jangan hanya terpana pada impian meraih sukses, tapi belajarlah juga dari kegagalan kegagalan orang lain. Agar jangan terperosok pada lubang yang sama.

Meraih Sukses itu Sulit,Mempertahankannya ,Jauh Lebih Sulit

Jangan pernah bermimpi akan mendapatkan lotterai kehidupan ,karena kisah tentang :"Lampu Aladin" yang dapat mengubah gubuk jadi istana ,dalam waktu sekejab, hanya ada dalam kisah 1001 malam.Dalam hidup nyata,jangan impikan hal tersebut.

Karena untuk meraih kesuksesan, ada begitu banyak  kesulitan dan kegagalan demi kegagalan yang harus ditempuh. Disinilah mental kita diuji atau teruji,apakah kita layak meraih sukses atau tidak.

Meraih sukses butuh waktu yang relatif bagi setiap orang .Bisa dalam hitungan beberapa tahun,tapi ada juga yang membutuhkan waktu belasan tahun.Secara pribadi, saya membutuhkan waktu 7 tahun untuk mengubah nasib, dari seorang Penjual Kelapa di Pasar Kumuh, menjadi seorang Eksportir dan tinggal di perumahan elite.

Mempertahankannya Jauh Lebih Sulit

Untuk mempertahankannya, dibutuhkan waktu selama hidup kita. Banyak contoh yang dapat disaksikan,betapa banyak orang yang sukses dan dapat menikmati hidup berkecukupan,hanya dalam waktu singkat. Kemudian dihari tuanya, orang yang dulunya adalah pengusaha,terpaksa harus hidup merangkak lagi dari awal. Salah satunya adalah mantan boss saya, yang ketika dihari tua,harus menjadi pengumpul kardus bekas.

Salah satu penyebabnya adalah karena kesombongan diri. Orang merasa bahwa harta yang dimilikinya tidak pernah akan habis. Bahwa rejeki akan mengalir terus, bagaikan memiliki mata air sendiri, sehingga menghambur hamburkan uangnya, untuk sesuatu yang tidak perlu. Lupa menyukuri hidup dan beranggapan, bahwa semuanya akan abadi. Padahal hidup itu memiliki dinamikanya tersendiri. Berubah dari waktu kewaktu dan dari suatu sudut, kesudut kehidupan lainnya, tanpa kita kuasa untuk mengaturnya.

Karena itu bagi yang masih berusaha meraih sukses, jangan pernah menyerah. Sedangkan bagi yang merasa hidupnya sudah mapan,jangan takabur. Belajarlah dari kegagalan kegagalan orang lain, agar jangan terjerumus kedalam lubang yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun