Bayangkan,niat hati mau jalan jalan ,menengok Kanguru dan Koala,eee malah ditahan Polisi.Pasti akan merupakan pengalamanan yang sangat tidak enak.
Bila membaca di setiap ruang bagi publik, baik di perhentian bis, maupun di dalam bis dan kereta api, bila ada penggunaan kata-kata, 'please' jangan diartikan sebagai sebuah permintaan atau sekadar saran.
Karena kata 'please' ini diikuti dengan sanksi yang berat. Mulai dari 200 dolar, hingga 1000 dolar dan bisa masuk bui. Dalam menegakkan aturan dan disiplin, di sini tidak ada kata, ”Maaf bagimu”dan tanpa tebang pilih.
Sekalipun pejabat atau orang penting, yang melanggar aturan tetap akan dikenakan sanksi. Karena wewenang Polisi di sini, termasuk petugas di kereta api, tidak berada di bawah kekuasaan pejabat lainnya. Mereka berdiri sendiri dan tidak akan takut menindak siapa pun. Hal ini sudah berkali-kali dibuktikan, bahkan pejabat penting dan tokoh politik dicabut driver lisence-nya, karena mengemudi dalam keadaan mabuk.
Seharusnya Orang Tua Membekali Anak Anak Mereka. Sebelum Dilepas ke Negeri Orang
Sekalipun sudah mahasiswa dan boleh jadi sudah banyak mendapatkan ilmu di bangku kuliah.Tapi anak anak sebelum dilepaskan ke negeri orang, alangkah baiknya dibekali dengan mengajarkan mereka tentang bagaimana mematuhi aturan di negeri orang. Mengingatkan ,bahwa setiap orang Indonesia,yang keluar negeri tikda hanya membawa nama pribadi atau keluarganya,tapi juga membawa nama Indonesia. Ap[apun yang mereka lakukan, akan berdampak pada image bangsa lain,bagi Indonesia,Apalagi ,sampai melakukan tindakan memalukan,yakni menumpang kereta api,tanpa tiket.
Masalah yang sesungguhnya sepele.Karena apalah artinya uang 10 dolar? Tapi dengan semakin seringnya terjadi tindakan yang memalukan tersebut,makansecara tiak langsung akan menciptakan image bagi orang di sini,bahwa memang karakter orang indonesia seperti ini. Padahal yang melakukan hanyalah segelintir orang.
Pernah,kami naik kereta api ekspress ,jarak jauh di subuh hari. Penumpang boleh memilih,kalau mau tiduran,karena masih sangat pagi,bisa mengambil tempat duduk digerbong sunyi. Tapi kalau mau sementara kereta api meluncur,kita mau saling ngobrol dengan teman atau keluarga,maka naiklah ke gerbong biasa.Karena kami memang bangun terlalu pagi ,yakni jam 2.30 subuh,maka rasa kantuk,menyebabkan mata sangat berat. Karena itu kami mengambil tempat duduk digerbong sunyi.
Tapi agak jauh dari kami,ada remaja yang cecekikan sesama mereka. Sudah beberapa kali ,para penumpang menegor mereka dengan pandangan mata,namun mereka seakan tidak memperdulikan. Maka ada yang menelpon petugas dan dalam waktu beberapa menit, Petugas sudah berada di gerbong dan menegor mereka, Lagi lagia mereka mengatakan: "Maaf,kami baru datang dari Indonesia,jadi tidak mengerti ada aturan begitu" Rasanya gimana tuh...?
Saya sudah bertekad dalam hati,lain kali kalau ada kejadian lagi seperti ini,maka wajah mereka akan saya foto dan dikirimkan ke Konjen RI, agar dilacak ,siapa orang tuanya.Agar jangan sampai terulang terus ,kejadian kejadian yang mungkin dianggap sepele,tapi memalukan negeri kita.