Mengapa Orang Gelisah Berlebihan?
Gelisah karena ada alasannya tentu saja sangat manusiawi. Ada anggota keluarga yang sakit dan harus di operasi atau sudah larut malam, anak belum pulang dan tidak ada kabarnya, pasti akan menghadirkan rasa gelisah dalam diri kita sebagai orang tua. Atau mungkin diri kita sendiri yang terbaring di rumah sakit dan menunggu saatnya di operasi, pasti tidak akan menyebabkan kita menjadi gelisah.
Tetapi tidak jarang orang bisa gelisah secara berkelebihan termasuk saya sendiri pernah mengalaminya. Rasanya suasana hati tidak nyaman, irama jantung berdebar nggak karuan. Nafas agak memburu, pusing dan rasa mual serta merasa uring-uringan. Tidak sedikitpun dapat merasakan nikmatnya hidup. Entah apa yang sesungguhnya membuat hati gelisah, tidak jelas. Akhirnya lari ke obat-obat penenang. Belakangan baru saya pahami bahwa gejala seperti ini adalah petanda diri saya sudah terjerat oleh stres yang cukup serius.
Stres
Stres adalah tekanan atau beban yang bisa datang kepada siapa saja. Dalam arti positif, stres sesungguhnya dibutuhkan oleh setiap orang Karena stres memacu, mendorong dan “memaksa “ kita untuk bisa mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Stres juga diperlukan untuk memotivasi orang untuk mencapai tujuannya. Namun stres dalam kadar yang overdosis akan melahirkan reaksi fisik maupun emosional, yang bila orang yang dihinggapi stres tidak siap atau tidak kuat menahan tekanan atau beban ini, maka ia akan menjadi rapuh dan tumbang atau dalam bahasa kerennya disebut:” distres”
Seperti apa "wajah" stress yang sesungguhnya, tentu terpulang pada penilaian setiap orang. Setiap pribadi memiliki definisi masing-masing tentang makna stres ,tergantung posisinya dalam kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa atau pelajar mengatakan "stres" karena materi ujian yang diberikan sama sekali belum pernah diajarkan dalam mata pelajaran di sekolah atau di bangku kuliah..
Dalam kalimat lain, stres bisa hinggap kepada siapa saja tanpa membedakan suku, bangsa dan latar belakang pendidikan dan latar belakang sosialnya. Kalau orang mau berbicara secara jujur maka dapat dikatakan bahwa setiap manusia yang normal, pasti pernah mengalami stres didalam perjalanan hidupnya. Entah diakuinya ataupun tidak.
Stres bisa datang dari pelbagai penjuru
Penyebabnya bisa saja karena faktor fisik atau karena faktor psikis dan atau bisa jadi karena kedua duanya, yakni fisik maupun psikis atau mental. Antara lain: meletakkan target yang terlalu tinggi, sedangkan pencapaian jauh di bawah itu. Kerja keras yang berlebihan Kelelahan lahir batin, kecemasan yang tidak pada tempatnya kehilangan pegangan hidup merasa tidak mendapatkan tempat dalam hidup bermasyarakat Stress dalam kadar yang lebih berbahaya, penyebabnya bisa dari: Kehilangan orang yang dicintai, perceraian/broken home, ditipu oleh sahabat/orang dekat Konflik dalam rumah tangga. Urutan daftar ini tentu dapat diperpanjang sesuai dengan pengalaman hidup masing-masing. Karena hal hal yang dapat memicu stres bagi kita, belum tentu memberikan efek yang sama pada diri orang lain.
Akibat Stres pada kesehatan
Akibat stres yang berkepanjangan atau stres yang ”overdosis”, secara langsung ataupun tidak akan berdampak negatif pada tubuh kita. Antara lain :
Pusing-pusing, nafsu makan menurun, tidak antusias menghadapi hidup, maag kambuh, tidur gelisah, bahkan tidak jarang yang mengalami susah tidur , jantung mulai berdebar tidak teratur, berat badan menurun drastis , sariawan, ulu hati tidak enak dan tensi turun naik tidak teratur. Dalam kapasitas yang lebih buruk, stres dapat menjadi penyebab orang bunuh diri atau menciderai orang lain.
Atasi Stres. Sejak Sedini Mungkin
Kita sudah harus memiliki falsafah hidup yang mantap, yang menjadi pedoman ketika hidup kita dilanda badai.Salah satunya adalah memahami, bahwa setiap waktu hidup itu bisa berubah, menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk.Siapkan mental sedini mungkin. “Hoping for the best, but ready for the worst” Jangan terkecoh oleh “kata kata bijak” atau the wisdom words.
Jangan menempatkan sesuatu menjadi segala galanya dalam hidup ini.
Impian atau cita cita ,sudah menjadi suatu keharusan yang harus dimiliki oleh setiap insan. Karena manusia yang hidup tanpa cita cita ,sesungguhnya sudah mati ,walaupun masih bernafas. Namun, setinggi apapun cita cita atau impian yang ingin dicapai. Jangan pernah menempatkannya ,,sebagai :”segala galanya” didalam hidup. Hal ini untuk mencegah, seandainya impian atau cita cita tersebut tidak atau belum tercapai, jangan sampai menghempaskan hidup kita dalam stress berkepanjangan.
Jangan lupa, bahwa sebuah impian memberikan kita harapan dan Sekaligus Resiko
Harapan adalah sebuah kekuatan. Namun antara cita-cita atau impian hingga menjadi sebuah kenyataan, ada sebuah jurang pemisah, yakni waktu yang diperlukan untuk meraih atau untuk menjelmakannya menjadi sebuah realita. Rentang waktu atau jarak inilah yang dinamakan resiko.
Dan kita harus berani mengambil resiko. Karena didalam hidup ini, yang paling buruk,bukanlah orang yang gagal meraih cita-citanya, tapi justru orang yang tidak berani mengambil resiko dalam hidupnya. Tetapi perlu diwaspadai agar risiko itu tidak mempertaruhkan hidup kita bersama keluarga.
Kebiasaan jelek
Ada kebiasaan jelek dalam masyarakat kita, yakni sakit kepala sedikit ,minum obat, tubuh agak panas panas dingin,minum obat. Mulut terasa kering ,lari ke obat juga. Pokoknya seakan segala rasa tidak nyaman yang dirasakan, rasanya hanya obatlah yang mampu menolong menyembuhkan. Padahal kita semuanya memahami bahwa setiap obat yang diminum, selalu meninggalkan efek negatif pada tubuh. Yang semakin lama,menyebabkan kita terserang semacam kecanduan akan obat obatan.Banyak orang yang berpikir,bahwa ketagihan minum obat,hanyalah berarti obat obat terlarang,seperti morfin dan sejenisnya. Padahal ada banyak obat obat ,yang kalau di Indonesia,dapat dibeli di toko obat di pinggir jalan,dapat menyebabkan ketergantugan pada diri kita.
Masih dilanjutkan, susah tidur? Obat penenang jawabannya. Rasa kecemasan yang berlebihan? Juga larinya ke obat penenang! Lama kelamaan, semangat hidup semakin rontok dan satu satunya keinginan adalah tidur. .Kalau dibiarkan berkelanjutan,maka akhirnya ,orang akan tidur selama lamanya karena over dosis obat-obatan.
Latar belakang saya bukan medis, juga bukan psikiater, Tapi pengalaman pribadi selama bertahun tahun ,mengalami stress,menyebabkan setidaknya saya memahami gejala gejala, apa yang disebutkan sebagai:"stres”.
Jangan Anggap Remeh
Kalau dibiarkan,maka gangguan kesehatan ini,semakin menggerogoti kesehatan kita.Karena bila pikiran kalut,suasana hati yang tidak menentu,akan merusak kesehatan akibat yang ditimbulkan oleh stres pada diri kita ,dimulai dari yang ringan: seperti perih pada lambung(mag) sakit kepala tidak bisa tidur gelisah emosional kehilangan rasa percaya diri tidak antusias lagi menghadapi hidup/apatis menarik diri dari pergaulan memicu terjadinya hipertensi dan berakhir dengan stroke/kematian/gila.
Karena antara tubuh dan pikiran,tidak dapat dipisahkan Karena manusia seutuhnya terdiri dari tubuh fisik dan jiwa yang keduanya saling berhubungan. Bila tubuh sakit, maka jiwa juga akan sakit, sebaliknya bila jiwa sakit, maka tubuh tidak mungkin akan sembuh.
Salah satu poin yang digaris bawahi dalam kriteria sehat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah bahwa :manusia baru dapat dikatakan sehat bila ia mampu menyesuaikan diri secara konstruktif dan dapat menerima dengan ikhlas apapun yang terjadi walaupun kenyataan itu tidak sesuai dengan harapannya.
Langkah-langkah efektif :
- Jangan meratapi yang sudah hilang
- Syukurilah apa yang masih tersisa
- Carilah kegiatan apapun, asal positif. Misalnya: memelihara ikan hias
- tanaman hias berkebun
- Olah raga
- Musik & seni
- Ikut kegiatan kegiatan sosial
- Olah raga lintas alam
Ternyata dengan melakukan berbagai kegiatan secara rutin, mampu mengembalikan lagi antusias hidup yang selama ini sudah hampir padam. Seiring dengan menyalanya lagi semangat hidup,maka jalan yang selama ini terlihat buntu, mulai menampakkan titik titik terang.
Semoga tulisan kecil ini ada manfaatnya
Disarikan dari buku : Never Ending Meditation". karya Tjiptadinata Effendi - terbitan PT Elekmedia Komputindo - jakarta
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H