Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekali Berbohong, Seumur Hidup Orang Tidak Akan Percaya Lagi

30 Januari 2017   07:04 Diperbarui: 30 Januari 2017   08:32 7680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekali Saja Berbohong, Maka Seluruh Ucapan Kita Selama ini Dianggap Kebohongan

Adakah orang yang selama hidupnya tidak pernah berbohong? Kalau saya pribadi boleh menjawab :" tidak seorangpun". Bahkan,mungkin sudah ratusan kali saya berbohong. Misalnya ketika ditanya oleh tuan rumah yang mengudang makan:" Hmm gimana rasa masakannya pak?"

Maka saya menjawab:" Wah,enak sekali..".Padahal rasanya enggak karuan . Tapi demi untuk tidak mempermalukan orang  dan membuat orang terluka,maka saya berbohong. Begitu juga ketika bertamu ,untuk membezuk teman yang tergeletak sakit dirumahnya. Ketika ditanya :"Sudah makan pak?" Maka saya akan menjawab:" Oh,sudah ,baru saja makan". Padahal sesungguhnya perut saya sudah keroncongan. Masih perlu contoh satu lagi? Saya diajak makan disalah satu restoran Indonesia , di Australia,oleh teman sekampung saya,.. Tapi ketika baru saja makan hidangan yang disediakan, rasa rendangnya ,minta ampun..nggak karuan .Tapi ketika ditanya teman saya,masa iya saya tega mengatakan yang sesungguhnya? Karena teman saya sudah mengeluarkan uang yang tidak sedikit jumlahnya ,untuk mengundang kami berdua,makan siang di resto Indonesia.

Atau ketika hidup kami dulu morat marit,saya bawa sate sebungkus untuk istri saya yang lagi sakit.Terus istri saya bertanya :'Sudah makan?' " "Oh sudah sudah".jawab saya berbohong, Padahal sejak siang saya belum makan,.tapi karena memang tidak ada lagi uang untuk membeli makanan,maka saya harus berbohong,agar istri saya mau makan, Apakah berbohong ,seperti ini berdosa atau tidak? Itu hak preogatif Tuhan..Kalau dosa,ya diterima,kalau nggak yaa,disyukuri..

Nah, contoh contoh seperti ini,maksudnya adalah agar kita membedakan,mana yang "bohong" demi untuk tidak mempermalukan dan mengewakan orang lain. Dan mana yang berbohong untuk mendapatkan keuntugan atau kepentingan pribadi

Berbohong Untuk Kepentingan Pribadi

Saya pernah membawa kendaraan saya kebengkel teman ,untuk mengganti olie nya. Karena saya percaya kepadanya,maka tentu saya tidak merasa perlu untuk menengok,bagaimana ia membuang olie lama dan menggantikannya dengan Olie baru. Termasuk ada penggantian beberapa spare parts,yang menurut teman saya,sudah harus diganti. Sementara ia mengerjakan tugasnya, saya dan istri duduk di kantornya,sambil minum kopi dan baca koran,untuk mengisi waktu.

Sekitar satu jam kemudian. teman saya datang dan mengatakan:" sudah selesai" dan kemudian menyodorkan rekening yang harus saya lunasi. Setelah membayar seluruh biaya sesuai kwitansi,saya melanjutkan perjalanan keluar kota. Ternyata ditengah jalan,mobil panas dan temperatur naik hingga ke posisi High. Kendaraan langsung saya hentikan .Membuka kap mobil dan menunggu hingga mesin cukup dingin untuk di start kembali.Sementara menunggu,saya coba menarik tanda pengukur Olie,ternyata olienya sudah sangat encer,berarti tidak diganti,tapi hanya ditambah saja. Padahal tadi saya membayar harga olie penuh.

Tapi saya tidak percaya teman saya akan tega berlaku demikian,maka saya langsung kebengkel terdekat,untuk memeriksakan kendaraan,mengapa mesin menjadi sangat panas.? Setelah dicek,maka ternyata memang seperti dugaan,olie tidak diganti dengan yang baru,melainkan hanya ditambah,hingga penuh. Padahal olinya sudah tidak layak pakai lagi.,Untuk memastikannya,maka montir bengkel membuka baut olie dan menampungnya dengan ember. Kemudian memperlihatkan pada saya ,bahwa memang olienya sama sekali tidak diganti.

Sejak saat itu,seumur hidup saya tidak pernah lagi kebengkel "teman " saya ,yang telah membohongi saya,demi mendapatkan uang,

Tukang Ac

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun