Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tengok Acara Bagi-bagi Angpao di Australia

28 Januari 2017   21:34 Diperbarui: 28 Januari 2017   23:21 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara menuju  ke restoran untuk santap malam karena ada undangan dari tetangga, saya dan istri bersama cucu dan mantu cucu singgah menonton atraksi yang diadakan diaula terbuka. Dekorasi dengan warna merah menyala mendominasi dalam semaraknya pernak pernik Imlek di sini. Ada pertunjukan seperti yang sering kita tengok di Circus Circus. Tapi kalau nonton Circus ada tiket masuk yang harus dibeli, di sini semua pengunjung boleh masuk secara gratis.

Salah satu atraksi yang dipertontonkan adalah  semacam akrobat seperti yang tampak pada gambar. Seorang wanita naik kepundak dua orang pria dan kemudian melepaskan kedua belah tangannya sambil mengibarkan bendera ditangannya. Tidak tampak ada alat alat pengamanan seperti biasanya orang main Circus. Entah, mungkin karena tidak terlalu dekat sehingga saya tidak dapat menengok pengamanannya

Koleksi Foto: Tjiptadinata Effendi
Koleksi Foto: Tjiptadinata Effendi
Atraksi selanjutnya adalah memperlihatkan ketangkasan dan masih diperankan oleh pemain wanita tadi,yakni dengan jalan berlari sekencangnya dan dengan gerakan gesit,naik kepundak kedua pria,yang bertindak sebagai basisnya.Setiap kali ada gerakkan akrobatik,selalu diiringi dengan applaus yang meriah dari para penonton.Ada juga atraksi unjuk kekuatan oleh seorang pemain pria,seperti yang tampak digambar.

Koleksi Foto: Tjiptadinata Effendi
Koleksi Foto: Tjiptadinata Effendi
Sesudah selesai menonton atraksi yang disuguhkan,maka salah seorang dari pemainnya,berjalan berkeliling,sambil membawa kotak,untuk menampung angpau atau sumbangan dari para penonton. Jumlahnya tidak ditentukan,tapi  memang tidak ada yang memberikan uang recehan. Lembaran paling kecil yang tampak dalam kotak,bernilai 5 dolar. Bahkan ada lembaran 20 dan 50 dolar. Dan banyak yang memberikan dalam sampul warna merah,sebagai Angpao Imlek.Bagi kita ,mungkin nilai ini cukup besar,tapi bagi penonton yang kondisi keuangannya memadai,uang segitu ,ibarat 5 ribu rupiah,mungkin bagi ukuran rata rata orang Indonesia.

Koleksi Foto: Tjiptadinata Effendi
Koleksi Foto: Tjiptadinata Effendi
Makan di Restoran Juga Ada Bagi Bagi Angpau

Saat ini,kami masih berada di pusat perayaan Imlek di kota Perth. Tepatnya di Francis Street. Diajak makan malam bersama anak mantu ,cucu dan mantu cucu, oleh Pak Willy ,tetangga kami , ,bersama keluarganya.Total kami semua berjumlah 14 orang. Semua restoran ,khusus hari ini tidak menerima booking tempat ."First come,first service" ,gitu kira kira pengertiannya,karena saking banyaknya orang yang antri untuk santap malam bersama keluarga. Dan yang antri bukan hanya dari penduduk Australia ,etis China,melainkan seluruh lapisan masyarakat, ikut merayakan Imlek,dengan cara mereka masing masing.

Koleksi Foto: Tjiptadinata Effendi
Koleksi Foto: Tjiptadinata Effendi
Selesai menikmati roti canay dan berbagai makanan enak lainnya di Paparich restoran ini,kepada setiap orang yang makan malam disana dibagi bagikan Angpau. Ada yang dapat :"free drink" ,ada yang :"free meal" .Sementara saya dan istri mendapatkan angpau, masing masing voucher bernilai 10 dolar. Lumayan,besok lusa,kalau kami makan disini, sudah ada 20 dolar  free voucher.

Koleksi Foto: Tjiptadinata Effendi
Koleksi Foto: Tjiptadinata Effendi
Semakin Malam Semakin Ramai'

Semakin lama,tampak semakin ramai para pengunjung memadati seluruh ruas jalan di pusat kota ini.Bahkan ada restoran yang mengundang permain Barongsay. Undangan tentu tidak gratis,karena ada Angpau untuk para pemain ini. Tapi karena penonton berjubel jubel,maka tidak memungkinkan untuk mendapatkan foto yang memadai.

Koleksi Foto: Tjiptadinata Effendi
Koleksi Foto: Tjiptadinata Effendi
Disudut sudut jalan,banyak sekali para pengamen yang memainkan beragam alat musik,untuk mendapatkan Angpau pada hari tahun baru Imlek ini. Disini,semua Pengamen,wajib memiliki lisensi. Tadi saya tengok patroli Polisi,memeriksa surat surat dari para pengamen. Jadi tidak seperti di Indonesia,dimana setiap orang boleh saja ngamen. Disini ngamen,tanpa izin,akan diangkut ke kantor Polisi.

Koleksi Foto: Tjiptadinata Effendi
Koleksi Foto: Tjiptadinata Effendi
Malam semakin larut,tapi para pengunjung restoran dan bar bar,bukannya menyurut,melainkan semakin ramai. Saat ini,saya menggunakan free wifi di Paparich restoran ,dengan pasword:" nasilemak". Lumayan,sementara menunggu yang lain siap makan,artikel saya sudah siap terposting,dengan menggunakan free wifi.

Imlek di Perth. 28 januari,2017

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun