Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Kita Baru Sadar Bila Sudah Kehilangan?

20 Januari 2017   06:28 Diperbarui: 20 Januari 2017   07:06 2620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman Pribadi

Dari 11 orang total kami bersaudara,kini hanya tersisa diri saya dan kakak perempuan saya,yang pernah kehilangan dua orang puteranya dengan MH370. Kini kakak saya dan suaminya tinggal di Bandung, Kesalahan saya dulu,terlalu sibuk mencari kesuksesan,sehingga satu persatu saudara saya pergi meninggalkan dunia ini.

Satu lagi ketika cucu kami Shannon yang cantik ,ketika berusia 3 tahun terjatuh di lantai. Saya berpikir :" anak anak jatuh tergelincir adalah hal biasa." Maka saya tetap ke Bandung,karena acara sudah terjadwal,tapi sorenya ,saya dapat telpon. Shannon sudah pergi untuk selama lamanya.Maka saya langsung balik ke Jakarta dan mengendarai mobil dengan perasaan yang sungguh tidak dapat dilukiskan. Penyesalan mendalam dan duka yang perih.Tapi saya tidak dapat lagi membalikkan waktu. Hingga kini,beberapa tahun sudah berlalu,saya masih sering bermimpi di datangi dan di peluk cucu kami,Shannon..

Pengalaman pahit itu,membuat saya sadar diri,walaupun agak terlambat. Kini,cuma tersisa satu satunya saudara saya.Maka ketika kami kembali ke Indonesia, selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke Bandung dan menginap disana,betapapun padatnya acara. 

Kehilangan Sahabat

Suatu waktu sahabat baik saya menelpon dari rumah sakit Mount Elisabeth di Singapore.Suaranya sangat lemah . Entah setan apa yang menimbun kesadaran saya,sehingga tidak tergerak hari saya ,untuk hari itu juga berangkat ke Spore .Saya masih berpikir:" Besok kalau sahabat saya kembali,saya akan menjemputnya di Bandara" Ternyata keesokkan harinya,memang saya ke bandara menyemputnya,tapi ia sudah berada dalam peti mati........Saya hanya mampu menyesali diri,,, begitu teganya saya.....

Kita pelupa,termasuk diri saya,bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi. Kita sering berpikir :" Ah,nantilah bila saya sempat atau bila ada waktu,baru berkunjung".Kita lupa,bahwa kita bukan penentu.Kita hanyalah manusia yang menjalani hidup ini,hingga Tuhan ,memanggil .

Semoga tulisan kecil ini,setidaknya mampu untuk mengigatkan kita semua :"don't wait ,till to-morrow,what you can do to-day,cause to-morrow maybe too late" .jangan  tunggu hingga besok,apa yang dapat kita lakukan pada hari ini. Jika hari ini ,kita dapat berkunjung atau minimal melakukan komunikasi dengan orang orang yang dicintai,maka lakukanlah. Karena hari esok,belum tentu milik kita.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun