Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hati-hati Bersahabat dengan Orang Cerdik

18 Januari 2017   19:55 Diperbarui: 19 Januari 2017   00:39 3542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: freepik.com

Tapi bilamana berkaitan dengan sesuatu yang menghasilkan bagi dirinya, maka ia menjadi sangat hafal segala sesuatu hingga ke detail sekecil apapun. Dalam upaya mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri, maka orang yang cerdik,tidak akan peduli apakah orang lain akan menjadi korban atau dirugikan. Bahkan seandainya yang dirugikan adalah sahabat baiknya sendiri, maka ia akan tega melakukannya. Saya sudah mengalaminya berkali kali bahwa orang cerdik hanya bertindak searah, yakni bila menguntungkan bagi dirinya sendiri. Penuh dengan trik-trik yang tidak diduga, termasuk tipu muslihat, politik,dan kecurangan. Tega melakukan apapun yang tidak terpikirkan oleh kita.

Sebuah Pengalaman Pahit

Saya pernah berpekara karena di fitnah. Setelah menguras habis, baik dana maupun energi selama lebih dari dua tahun dan pernah ditahan akhirnya Mahkamah Agung,yang waktu itu diketuai oleh Bapak Abdurrachaman Saleh memutuskan,bahwa saya bebas total karena tidak terbukti bersalah. 

Menurut Pengacara, saya  dapat menuntut balik terhadap “sahabat” yang telah mengkhianati saya, karena pencermaran nama baik, pembohongan publik, saksi palsu dan menuntut kerugian materi dan non materi dalam nilai miliaran rupiah. Tapi karena yang bersangkutan datang bersama istrinya menemui saya dan sambil menangis mohon maaf, maka saya tidak tegaan untuk melanjutkan perkara. Karena bagaimanapun kami sudah pernah bersahabat selama lebih dari 8 tahun. Kemudian selesai salam-salaman karena sudah saya maafkan tentu saya yakin semuanya sudah selesai. Tapi ternyata alangkah terperanjatnya saya, ketika pengacara saya menelpon bahwa diam-diam setelah datang minta maaf, “sahabat baik” saya tersebut tega tetap melanjutkan perkara  dengan mengajukan PK atau Peninjauan Kembali. 

Sebuah pukulan yang teramat menyakitkan bagi saya, ternyata tidak salah orang mengatakan bahwa 'orang cerdik itu sama dengan ular yang pura-pura tidur atau mati dan tiba tiba mematuk diri kita. Syukur kepada Tuhan, PK-nya ditolak dan saya tetap bebas. Sebuah pembelajaran diri yang saya bayar uang sekolahnya teramat mahal. Jauh lebih mahal ketimbang bilamana dibandingkan dengan biaya kuliah seseorang hingga lulus sarjana.

Semoga tulisan ini dapat menjadi pengingat dan sekaligus menjadi catatan penting dalam hidup, bahwa berteman dengan orang yang tidak pernah duduk dibangku pendidikan jauh lebih baik dan aman,ketimbang bersahabat dengan orang cerdik. Belajar dari pengalaman diri sendiri tentu saja sangat baik karena pengalaman adalah guru yang terbaik dalam hidup ini,'Tapi lebih bijaksana lagi bilamana kita tidak hanya belajar dari pengalaman diri sendiri, tapi juga dari pengalaman hidup orang lain agar tidak perlu membayar uang sekolah yang sangat mahal dan menyakitkan.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun