Bila hal ini terjadi,maka orang menyalahkan uang,Dengan mengatakan bahwa "money is the root of evil", Sesungguhnya tidaklah sepenuhnya benar. Karena semua orang hidup membutuhkan uang.Termasuk pendeta,pastor dan para rohaniwan,juga butuh uang.Rumah rumah ibadah,tidak mungkin dapat dibangun tanpa uang. Negara akan bangkrut tanpa uang. Dan para orang tua,tidak mungkin dapat menyekolahkan anak anak mereka,bilamana tidak memiliki dana yang cukup.
Jadi sesungguhnya,bukan uang yang menjadi akar dari segala kejahatan,melainkan sikap mental dari manusia itu sendiri.Bagaiman aorang menempatkan posisi uang dalam hidupnya. Kalau uang sudah menjadi "tuhan" atau "master" dalam hidupnya,maka berlakukan pribahasa diatas bagi dirinya,Karena demi uang,orang mau berbuat apapun dan tega melupakan keluarga.
 Kebahagiaan Hanya Ada Dalam Hati yang Damai
Kebahagiaan hanya dapat tercapai ketika pikiran dan hati kita damai. Harta hanyalah pelengkap kebahagiaan .Tapi ternyata dalam hidup ini ,justru yang seharusnya menjadi pelengkap,berubah arah,menduduki urutan utama dalam hidup kekeluargaan Ketika pikiran dan hati sudah tidak ada lagi kedamaian, segala sesuatu yang dimiliki,tidak lagi dapat dinikmati.
Karena itu , perlu adanya kesadaran diri,bahwa kesuksesan adalah untuk disyukur. Dan kesuksesan baru memiliki arti,bilamana bermanfaat,tidak hanya bagi diri sendiri,tapi juga semakin mendekatkan diri kepada keluarga dan lingkungan.,
Menempatkan Kesuksesan Dalam Hidup
Dulu mau makan harus ngutang.kini sudah bisa makan enak.Dulu naik sepeda reyot.kini sudah naik sepeda motor.Dulu tinggal ditempat kumuh,kini sudah di rumah sendiri.Atau dulu ngontrak rumah,kini sudah memiliki rumah sendiri,malahan sudah punya mobil pribadi. Anak anak juga sudah sukses dan hidup mapan.
Hal ini,seharusnya semakin membuat rasa syukur kepada Tuhan,semakin besar. Tetaplah rendah hari. Jangan lupa,bahwa di dunia ini,tak ada yang kekal. Yang hari ini,kaya raya,belum tentu tahun depan juga tetap kaya.Bahkanbisa saja terjadi dalam waktu singkat semua harta yang dimilikimusnah. Karena itu ,dengan memahami falsafah hidup,semua pencapaian patut disyukur. Namun tetap rendah hati.
Jangan sampai kesuksesan yang dicapai,menyebabkan kita lupa diri dan merasa diri kita bisa sukses atas usaha sendiri.Jangan lupakan,bahwa selama ini,anak,istri atau suami,maupun anggaota keluarga yang lain,ikut memberikan dukungan ,sehingga kita dapat mencapai semuanya ini.
Jangan lupa,bahwa sehebat apapun pencapaian diri kita, baru berarti bilamana berguna tidak hanya untuk diri kita sendiri,tapi juga bagi keluarga dan orang sekeliling kita. Tanpa keluarga, maka kebahagiaan yang dicapai,hanyalah kebahagiaan semu.
Sepotong Kisah Hidup