Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mau Tengok Gaya Pasar Rakyat di Italia? Silakan Baca Artikel Ini

17 Januari 2017   20:50 Diperbarui: 22 Januari 2017   08:56 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa saya berani mengambil kesimpulan demikian? Karena ,bila mereka itu pedagang,maka buahan yang penyok sedikit ,pasti tidak akan mereka keluarkan ,agar tetap dapat dijadikan uang. Tapi saya menengok,mereka memilih,yang penyok atau sudah terlalu ranum,dikeluarkan dari pajangan dan disisihkan,sebagai bonus saja.

Bayangkan mereka rata rata punya mobil yang cukup baik. Apalah artinya hasil penjualan buahan dari kebun yang nilai nya mungkin cuma puluha Euro? Jadi mereka berjualan di pasar rakyat ini,bukan semata karena kebutuhan ,melainkan terlebih karena dianggap refreshing dan hiburan bagi keluarga.Tengok saja cara mereka berpakaian,tidak ada tampang "tukang sayur" atau "tukang buah"

Berbelanja di pasar rakyat disini,walaupun tidak ada tawar menawar,tapi kami sudah terhibur dengan penerimaan yang sangat antusias dan layananan yang sangat ramah. Bahkan kalau kita cukup waktu,mau nanya nanya,tentang bagaimana cara membuat keju ,maka dengan sangat senang hati,mereka akan bercerita panjang lebar. Tapi sayang ,rata rata tidak bisa berbahasa Inggeris. Syukur ada adik kami,yang sudah fasih berbahasa Italia. Jadi saya hanya membeo saja,"Grazie...cau" hehehe

Bila Direfleksikan Dengan di Indonesia

Mirip Dengan Orang Berjualan di Monas

Seingat saya ,dulu di Monas Jakarta, setiap hari Minggu,banyak mobil yang alih fungsi jadi Moko atau Mobil Toko. Ada juga Morung atau Mobil Warung,yang menjual bubur ayam dan bakso. Nah,kebanyakan mereka berjualan,bukan karena butuh uangnya, untuk menghidupi keluarga,melainkan terlebih merupakah refreshing bagi keluarga. Ada sebuah kebanggaan.bila bubur,ataupun bakso dan kue kue ,hasil karya tangan sendiri,laku terjual.

Kondisi ini,sesungguhnya sangat patut di lestarikan,karena memotivasi warga untuk memiliki jiwa berwiraswasta.Disamping itu, dengan berjualan ,mereka mendapatkan banyak kenalan baru,lewat berinteraksi dalam berjual beli.Sedangkan bagi yang ekonominya masih seret, cara berwiraswasta ini,sekaligus  mengangkat perekonomian keluarga.

Perlahan lahan ,tapi pasti, warga sama sekali tidak lagi gamang,apalagi malu,bila ketika berjualan,bertemu dengan teman temannya.Bahkan dengan senang hati,mereka memberitahukan ,bahkan mengundang teman teman dan kerabat ,untuk datang berbelanja di tempatnya.

Jadi bercerita tentang Pasar Rakyat,bukan hanya bercerita tentang di Indonesia,tapi ternyata  Australia dan Italia juga ,melestarikan Pasar Rakyat ,sesuai selera dan budaya mereka, Karena memiliki manfaat ganda.Salah satunya adalah menginspirasi dan memotivasi warga,agar memiliki jiwa kewiraswataan.Ketimbang,menghabiskan waktu dengan ngrumpi ,yang tidak ada manfaatnya.

Catatan: semua gambar adalah dokumentasi pribadi Tjiptadinata Effendi, di abadikan tahun lalu di Calabria, Italia

 17 .01.2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun