Ini tentu bukan berita hoax,kalau tulis berita hoax sih gampang,seperti membalik telapak tangan.Yang sulit adalah mempertanggung jawabkan hasil karya tulis kita yang menuliskan kebohongan, dalam bentuk apapun. Jadi benar,bahwa hari ini,tanggal 13 Januari,2017 di super market IGA yang berlokasi di samping Joondalup Train Station,benar benar dijual per gram.
Tapi ,seharusnya orang Indonesia bersyukur,karena kendati harga cabe naik hingga kelangit langit rumah,masih ada barangnya. Bahkan mau beli 10 Kilogram juga ada,asal uangnya cukup.
Sejak minggu lalu,tepatnya tanggal 8 Januari,di Australia,harga cabe sudah naik,rata rata 5 dolar,sementara barangnya juga kosong,Tapi kami masih dapat membeli sebanyak 9 butir Cabai merah ,dengan harga 3,5 dolar atau senilai Rp.35.000, untuk 9 biji. Yang kalau dikalkulasikan jatuhnya,harga cabai perbiji -sekitar Rp.4.000.-- (empat ribu rupiah)
Tapi ,cabe yang 9 biji itu untuk sekali masak saja,sudah habis. Itupun rasa makanan,sudah tidak pas rasa Padang lagi. Tapi demi efisiensi,maka harus mau mengurangi cita rasa makanan ,dengan mengurangi masakan yang menggunakan cabai.
Maka kami ke Super IGA yang lokasinya di Joondalup.Naik kelantai 2 dan masuk kedalam gedung yang cukup luas. Setelah berbelanja beras,yang harganya 14 dolar per 5 Kg, tomat 5 dolar perkg. telur 3 dolar perlusin dan cumi seharga 15 dolar perkg,lalu  saya dan istri menengok kekeranjang pajangan cabai. Ternyata,seperti tidak percaya pandangan mata, tertulis dengan huruf jelas,harga cabe rawit,49,9 dolar atau setara Rp.500.000.-- perkg. Tapi tidak masalah,karena orang Padang tidak suka cabai rawit,tapi cabai keriting atau cabai merah.Kata istri saya,karena harganya terlalu mahal,kita beli 10 biji saja ya..Dan saya mengangguk,sambil mata menengok ke arah keranjang cabai merah.
Kaget! Untuk pertama kalinya ,saya temui,cabai dibungkus dengan plastik dan isinya cuma 2 (dua) biji cabai merah. Ditulis beratnya 30 gr. dan harganya 1,5 dolar atau Rp.15.000.--
Kalau beli cabai dua biji,mau dijadikan masakan apa yaa.? Hmm geram juga rasanya,mau beli cabai saja koq ,ditimbang pakai gram..emangnya Cabai sudah senilai emas? Mau protes,kepada siapa? Mau demo?NO way,ini bukan Indonesia . Kalau di Indonesia,warga sangat dimanja,dikit dikit demo dikit dikit demo. Keinjak sandal juga bisa demo. Kalau disini mau demo nggak karuan,ntar ada dinas sosial yang bakalan datang bersama ambulance. Dan yang demo ,harga cabai naik,bakalan dibawa ke RSJ..untuk diperiksa kewarasannya. Nah,kalau sampai saya yang dibawa,bukan hanya saya yang malu,tapi Indonesia juga malu.
Seorang Warga Negara Indonesia, dilarikan ke RSJ,karena diperkirakan mengalami gangguan jiwa.Karena demo sendirian dijalan,protes kelangkahan cabai. Sapa suruh datang ke Australia!
Tulisan ini ,memang tidak mirip dengan reportase seorang Jurnalis, seperti pesan pendiri Kompasiana:"Jangan Paksa Warga Jadi Jurnalis" Makanya,dengan penuh rasa percaya diri, saya upload tulisan ini,apa adanya
Refleksi
Setiap kejadian,sesungguhnya dapat dipetik hikmahnya, agar tidak berlalu begitu saja,tanpa ada yang dapat dijadikan pelajaran hidup.
Moral tulisan ini,sesungguhnya adalah  ingin menyampaikan,kalau masih ada barangnya yang mau dibeli,disyukuri. Kalau harganya murah,tapi barang tidak ada,ya sama saja dengan bohong. Kalau tidak cukup uang untuk beli cabai,yaa hitung hitung solidaritas sesama orang Indonesia, dengan  yang tinggal di Australia dan harus menahan selera,tidak makan cabai,entah dalam waktu berapa lama.Bagi yang harga cabai dirasa murah,silakan menikmati cabai sepuas puasnya
Kedua, nggak makan cabai juga ,kita tetap bisa hidup,walaupun masakan kurang enak,tapi masih ada yang bisa dimakan,seharusnya disyukuri. Jangan lupa,ada jutaan orang,yang mau makan ,tapi tidak tahu ,harus cari uang dimana.? Nah,kita yang sudah cukup makan,jangan pula masalah cabai ,jadi kepikiran. Ada banyak masalah hidup yang lebih penting dipikirkan,ketimbang mikirin harga cabai turun naik.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H