Gelar MBA Saja, Tidak Cukup Untuk Menjadi Eksportir
Walaupun untuk menjadi eksportir, orang tidak mungkin dapat terlepas dari bicara tentang bisnis dan ekonomi,tapi bukanlah berarti bahwa untuk menjadi seorang Eksportir,harus menjadi Sarjana Ekonomi ataupun bergelar Doktor dibidang ekonomi. Â Disisi lain,lulusan sarjana ekonomi,juga bukan secara serta merta dapat dengan mudah melangkahkan kaki menjadi seorang pengusaha yang bergerak dibidang ekspor.
Karena sekolah ataupun kuliah,hanya berfungsi untuk sarana dan prasarana mendapatkan ilmu. Namun ilmu yang di dapat di bangku kuliah,bukanlah sesuatu yang dengan mudah dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.
Karena antara teori dan praktik,ada misteri misteri,yang sama sekali tidak diajarkan dibangku kuliah.
Perlu Persiapan Matang
Putra sahabat saya di jakarta, lulusan MBA dari luar negeri. Begitu besarnya keyakinan ayahnya,yang adalah sahabat baik saya,bahwa putranya yang berusia 27 tahun,secara serta merta akan mampu menerapkan ilmu berbisnis yang dipelajari diluar negeri,sehingga mendapatkan gelar Master Business of Administration
Seluruh depositonya dicairkan dan diserahkan kepada putranya,untuk dijadikan modal usaha dan menjadi pengusaha ekspor .Sempat berbicara dengan saya di telpon ,menceritakan tentang niatnya. Saya hanya terdiam dan menyarankan,agar putranya perlu didampingi oleh seseorang yang sudah berpengalaman dibidang ini.
Tapi sahabat saya menjawab:"Repot, kalau harus pakai orang,ntar idea ideanya tidak sejalan,sedangkan putra saya tamatan luar negeri,yang pasti pola pikirnya sudah jauh lebih maju." .Mendengar jawaban tersebut,saya hanya bisa menjawab :" Oya,, kalau begitu ,saya doakan semoga sukses" .Karena tidak mungkin saya menghalangi niatnya. Uang modal adalah milik pribadinya  dan yang akan diserahkan adalah putra kandungnya,maka saya hanya menjawab:"Oya,kalau begitu ,saya doakan suks es"
6 Bulan Kemudian
6 bulan kemudian,saya dapat kabar,sahabat saya sakit dan dirawat dirumah sakit.Karena bertepatan lagi berada di Jakarta,maka kami datang membezuk. Kasian ,menengok wajahnya yang pucat dan tubuhnya yang kurus kering.
Ketika saya menyalami,sahabat saya menangis,sambil berbisik:"Anda sudah mengingatkan,tapi saya tidak mau mendengarkan.,semua modal amblas dan kini berhutang di bank. Karena kesalahan prosedur.."
Apalagi yang dapat saya lakukan,daripada menghiburnya.Karena untuk membantu meminjamkan uang,jelas ,dimasa kini,sudah tidak mampu lagi. Karena itu terpikir oleh saya untuk menuliskan  artikel ini.Dengan harapan,agar orang lain, jangan lagi sampai menjadi korban, akibat over expectation terhadap putra,yang mungkin saja sukses meraih gelar MBA atau mungkin juga Phd dibidang ekonomi,tapi percayalah ,dalam mempraktikkan ilmu ekonomi,gelar sarjana yang disandang,sama sekali belum cukup memadai ,untuk berdiri sendiri.Perlu seseorang yang menampingi,atau mungkin magang dulu diperusahaan ekport,untuk mendapatkan pengalaman kerja,sebelum menerapkannya sendiri.
Gampang Gampang Susah
Menjadi seorang pengusaha yang bergerak dibidang ekspor itu adalah gampang gampang susah.Maksudnya untuk membuka sebuah perusahaan baru,dijaman kini,sudah jauh lebih mudah.Bahkan tanpa uang sogok, izin sudah dapat diperoleh.
Bila modal tidak cukup kuat,maka dapat mengajak beberapa orang teman yang berminat untuk kongsi dagang Bila sudah ada misalnya 5 orang yang berminat, maka rudingkanlah untuk mendirikan PT (Perseroan Terbatas) Karena bentuk badan hukum ini adalah yang paling aman. Kita berharap yang terbaik,tapi harus bersiap,andaikata terjadi sesuatu yang buruk,maka yang menanggung kerugian hanyalah modal di stor saja.
Rumah /tanah dan harta kita yang lainnya tidak akan terembet rembet Kita tidak usah bicara yang muluk muluk, misalnya setiap persero menyetorkan uangnya masing masing 10 Juta rupiah. Berarti total sudah ada 50 Juta. Modal awal untuk ekspor sudah ditangan dan memadai.Bila ada yang mau menyetor lipat dua ,tentu tidak ada masalah,dengan catatan dalam pembagian keuntungan, bagiannya menjadi lipat dua.Setiap orang yang bergabung dinamakan Persero. Bila memungkinkan semua diajak ,selain dari stor modal awal ,sekaligus menjadi pelaku bisinis. Bila ada yang hanya ingin ikut stor modal saja juga tidak masalah. Ini dikategorikan sebagai Persero Pasif.
Nah,karena putra sahabat saya ,diberikan modal yang lumayan oleh ayahnya,maka tentu ia tidak perlu mencari mitra bisnisnya lagi.Cukup menggaji sekretaris untuk korespondensi.
Tetapi setelah berkantor dan memiliki izin usaha ekspor,maka mulailah timbul ,yang susahnya,yakni gimana sih memulainya.?
Apakah begitu gampang, pembeli diluar negeri di kirimi email atau ditelpon,dan kemudian barang di kapalkan? Tentu saja tidak semudah itu.Ada aturan baku yang perlu dan penting dipahami,sebelum kontrak jual beli ditanda tangani.
Kiat-kiat Berbisnis inilah yang tidak pernah di pelajari di bangku kuliah.
Tentukan Jenis Komoditas Rundingkan jenis komoditas yang akan diekspor. Untuk sementara cukup dua atau tiga jenis, sehinga bisa fokus. Pilihkan jenis barang yang tahan lama dan tidak gampang busuk. Hal ini penting, karena sejak dilakukan pembelian komoditas ekspor ,perlu waktu minimal dua bulan ,untuk persiapan pengolahan kualitas serta,menunggu jadwal keberangkatan kapal Negara tujuan
Perlu memahami,apa yang dimaksudkan dengan :
- L/C atau Letter of Credit
- F.O.B Â - Free on Board
- CandF -Cost and Freight
Karena itu perlu ,menggaji seseorang yang sudah biasa melakukan korepondesi dagang,Karena beda total dengan korespondesi biasa. Ada syarat syarat yang harus benar benar dipahami,karena bilamana salah,maka akibatnya fatal.Â
Mengirimkan contoh barang ,yang dapat mewakili stock barang yang ada.jangan mengirim contoh yang terlalu bagus,karena ketika barang tiba dialamat Pembeli,ternyata terlalu jauh bedanya,maka akibatnya bisa di klaim ,bahkan barang di retour. Dengan catatan semua resiko,ditanggung oleh Penjual,yakni Eksportir.
Membaca Sales Contract, diperlukan bukan hanya kemampuan berbahasa Inggeris,tapi juga pemahaman,apa yang dimaksudkan dengan:
- terms and conditions'
- part shipment
- latest shipment'
- packing -single gunny or double gunny
- standard quality
Kalau contoh yang dikirimkan ,sudah sesuai mutunya dengan calon pembeli,maka dimulaikan penutupan kontrak atau Sales Contract. Yang harus diperhatikan secara seksama.Total kontrak, harga yang disetujui dan syarat syarat pengiriman. Kemudian baru Surat Kontrak Jual Beli ditanda tangani  kedua belah pihak..Dan yang tidak kurang pentingnya adalah mencantumkan :" Insurance to be covered by buyer" .Satu kalimat ini terlewatkan,maka resiko yang akan ditanggung cukup berat.
Yakini bila terjadi sesuatu kecelakaan,sehingga barang rusak atau tidak sampai kealamat penerima,maka selurunya menjadi tanggung jawab pengirim,Tapi bilamana sudah dicantumkan,maka begitu barang sudah berada diatas,kapal,maka LC sudah dapat diuangkan,Dan apapun yang terjadi dengan komoditas yang kita kapalkan,sudah bukan lagi urusan kita,. Melainkan urusan asuransi.
Bilamana surat kontrak jual beli sudah ditanda tangani,maka Pembeli akan menerbitkan L/C atau Letter of Credit. Perlu dan penting dibaca seksama, expire date nya tanggal berapa dan kemudian nilai nominal tertulis,apakah sudah sesuai dengan yang tertulis di surat kontrak jual beli.
Sebelum Letter of Credit diterbitkan,tentu saja,perusahaan kita,sudah harus memiliki rekening dibank ,yang memiliki korespondensi dengan bank si Pembuka rekening.Agar jangan mendapatkan kesulitan,ketika barang sudah dikirim,tapi uang tidak dapat dicairkan.Tulisan ini ditulis,berdasarkan pengalaman pribadi sebagai orang yang sudah mengeluti bidang bisnis ini,belasan tahun,
Nah, jadi sudah jelas, modal pintar cas cis cus berbahasa Inggeris atau diploma MBA saja,tak cukup untuk mengawali bisnis di bidang ekspor.
Semoga ada manfaatnya.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H