Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Daripada Meratapi yang Hilang, Mengapa Tidak Menyukuri yang Tersisa?

6 Januari 2017   20:02 Diperbarui: 6 Januari 2017   23:14 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Meratapi sesuatu yang sudah terjadi,tidak akan mengubah apapun. Malahan hanya akan memperburuk keadaan. Mengapa tidak berusaha menyukuri apa yang masih ada?Kalau tidak dapat mengikhlaskan ,maka dapat berakibatkan ,kita kehilangan segala galanya yang masih tersisa. -tjiptadinata effendi

Akibat tidak dapat menerima sebuah kenyataan yang mungkin saja teramat pahit dirasakan,maka orang akan dibelenggu oleh stress berkepanjangan.Apa yang dimaksudkan dengan :"stress' ,rasanya tidak perlu dijelaskan lagi.Dan juga tidak usah buang waktu untuk cari tahu dengan berselancar di google. Karena kata "stress" ini sudah begitu populernya,sehingga anak anak SD juga, sudah fasih mengatakan :"Saya stress"

Orang tua  yang jengkel tengok anaknya tidak mau belajar,juga mengatakan dirinya stress ,akibat anaknya malas belajar. Stress dibicarakan tidak hanya dalam rumah tangga, di sekolah,di kampus, tetapi dimana saja, Bahkan ada ratusan seminar yang membahas tentang stress.dalam beragam sisi pandang.

Seperti apa "wajah" stress yang sesungguhnya, tentu terpulang pada penilaian setiap orang. Setiap pribadi memiliki definisi masing masing tentang makna stress ,tergantung posisinya dalam kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa atau pelajar mengatakan "stress" karena materi ujian yang diberikan ,sama sekali belum pernah diajarkan dalam mata pelajaran di sekolah atau di bangku kuliah..

Muda mudi menjadi stress,karena pacarnya dibawa orang lain. Sementara itu, seorang pengusaha mengatakan "stress" karena tidak mampu bersaing dengan lawan lawan dagangnya. Seorang Penulis, mengalami stress,karena tulisannya ditolak redaksi media berkali kali. Atau reportase yang sudah sangat bersusah payah di susun secara rapi dan disertai gambar gambar pendukung ,ternyata tidak dilirik oleh Admin.

Dalam kalimat lain, stress bisa hinggap kepada siapa saja,tanpa membedakan suku, bangsa dan latar belakang pendidikan dan latar belakang sosialnya.Kalau orang mau berbicara secara jujur,maka  dapat dikatakan,bahwa setiap manusia yang normal,pasti pernah mengalami stress didalam perjalanan hidupnya. Entah  diakuinya ataupun tidak.

Mengapa Orang Bisa Stress?

Ada banyak alasan ,yang dapat membuat orang menjadi stress. Antara lain:

  • kehilangan sesuatu yang amat di sayanginya
  • kejadian yang berada diluar dugaannya
  • merasa hidupnya terintimidasi
  • melakukan perkerjaan yang membosankan

Stress adalah suatu keadaan ,dimana manusia mendapatkan suatu tekanan bathin. Hal ini bisa datang dari berbagai sudut kehidupan,misalnya karena kehilangan salah seorang anggota keluarga atau sahabat karib,akibat  ditimpa musibah  Tetapi penyebab stress sebagian besar ,justru datangnya karena faktor internal ,yaitu: beban pikiran,beban bathin ataupun karena beban pekerjaan,yang tidak didapatkan solusinya

Daftar ini tentu dapat diperpanjang lagi,karena seperti sudah dijelaskan diatas, setiap orang memiliki tafsir tersendiri,tentang arti dan makna stress bagi dirinya.

  • Stress Berimbas Pada Kesehatan
  • Stress yang berkepanjangan,sangat berpotensial ,mengganggu kesehatan kita,antara lain;
  • maag kambuh
  • tekanan darah meningkat
  • sakit kepala
  • tidak bisa tidur nyeyak
  • menjadi emosional
  • tidak mampu berpikir secara jernih

Jangan Anggap Remeh

Kalau dibiarkan,maka  gangguan kesehatan ini,semakin menggerogoti kesehatan kita.Karena bila pikiran kalut,suasana hati yang tidak menentu,akan merusak kesehatan Akibat yang ditimbulkan oleh stress pada diri kita ,dimulai dari yang ringan: seperti perih pada lambung(mag) sakit kepala tidak bisa tidur gelisah emosional kehilangan rasa percaya diri tidak antusias lagi menghadapi hidup/apatis menarik diri dari pergaulan memicu terjadinya hipertensi dan berachir dengan stroke/kematian./gila.

Karena antara tubuh dan pikiran,tidak dapat dipisahkan Karena manusia seutuhnya terdiri dari tubuh phisik dan jiwa,yang keduanya saling berhubungan. Bila tubuh sakit,maka jiwa juga akan sakit,sebaliknya bila jiwa sakit,maka tubuh tidak mungkin akan sembuh.

Salah satu point. yang digaris bawahi dalam kriteria sehat menurut Badan Kesehatan Dunia (W.H.O.) adalah bahwa :manusia baru dapat dikatakan sehat,bila ia mampu menyesuaikan diri secara konstruktif dan dapat menerima dengan ikhlas apapun yang terjadi,walaupun kenyataan itu tidak sesuai dengan harapannya.

 Adalah suatu dilema,ternyata penyebab orang menjadi stress, sebagian terbesar justru datang dari orang orang yang termasuk dalam "ring satu" ,secara pribadi. Misalnya : orang yang paling disayangi orang yang diberikan kepercayaan penuh orang yang sudah dianggap keluarga sendiri orang yang selama ini dianggap panutan boss ditempat pekerjaan Justru orang orang dari kelompok inilah yang paling banyak andilnya dalam menciptakan stress ,pada diri manusia .

Langkah langkah efektif atasi stress

  •  jangan terpaku pada apa yang sudah hilang
  •  bersyukurlah atas apa yang masih tersisa
  •  carilah kegiatan apapun,asal positif
  • misalnya: memelihara ikan hias
  • tanaman hias
  •  berkebun
  • olah raga
  • musik,seni
  •  ikut kegiatan kegiatan sosial

 Ternyata dengan melakukan berbagai kegiatan secara rutin, mampu mengembalikan lagi antusias hidup yang selama ini sudah hampir padam. Seiring dengan menyalanya lagi semangat hidup,maka jalan yang selama ini terlihat buntu, mulai menampakkan titik titik terang. Memang stress yang mendalam,tidak mungkin sembuh dalam waktu seketika, Butuh waktu untuk pemulihan diri..

Terakhir,yang tidak kurang penting untuk dipahami,adalah bahwa bila kita tidak dapat mengihklaskan sesuatu yang sudah hilang dari diri kita,maka kita akan kehilangan segala gala yang masih tersisa, termasuk diri kita sendiri.


Joondalup, 6 Januari, 2017

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun