Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Kehilangan Fokus dalam Menjalani Hidup

5 Januari 2017   09:13 Diperbarui: 5 Januari 2017   09:25 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan Sampai Kehilangan Fokus,Dalam Menjalani Hidup

Bagi yang pernah bergabung dengan Pramuka ataupun grup  Pencinta Alam.pasti sudah tidak asing lagi, bagaimana memanfaatkan  kaca pembesar ,untuk "menciptakan " titik api. Cara yang sangat mudah, yakni, hanya dengan mengarahkan satu sisi kaca pembesar ke sinar  matahari. Mencari fokus titik api dan mempertahankan  kondisi dan posisi ini. Mengarahkannya pada tumpukan dedaunan kering yang sudah kita persiapkan dan dalam hitungan detik, tampak titik api ,yang membakar tumpukan daunan kering.

Dan api sudah dapat dimanfaatkan untuk memasak air hangat, baik untuk membuat kopi,maupun untuk dimanfaatkan mempersiapkan makan siang dengan mie instant.Tentu saja perlu diperhatikan ,dari sudut keamanannya,yakni berada dilapangan terbuka dan jauh dari semak belukar. Untuk menghindari petaka,terjadinya kebakaran hutan.

Sebagai salah seorang Pencinta alam,hal ini sudah sering kami  lakukan dalam melakukan pertualangan ke daerah perbukitan, termasuk salah satunya ,ketika mendaki gunung Singgalang di Sumatera Barat

Yang penting diperhatikan,adalah bilamana  sudah ditemukan satu titik api,jagalah agar posisi kaca pembesar tidak bergeser. Karena begitu bergeser,maka akan kehilangan titik api,karena sinar mentari yang diserap menjadi membias. Akibatnya ,rencana mau ngopi bareng di puncak gunung,menjadi batal. Hanya karena kita tidak sabaran untuk fokus.

Kembali Ke Topik

Ilustrasi diatas, adalah merupakan gambaran, mengapa kita semuanya ,tanpa kecuali ,bila ingin mencapai goal goal dalam kehidupan kita,jangan pernah bergeser dari fokus ketitik yang menjadi tujuan kita.

Hal ini tidak mungkin secara serta merta kita dapatkan dalam diri,melainkan harus diawali dengan hal hal yang kecil dan tampak sepele.Karena jangan lupa,bahwa semua yang besar,selalu diawali dengan sesuatu yang kecil. Ibarat orang belajar bahasa, harus mulai dulu belajar dari satu persatu kata,baru dapat merangkai kalimat dan dapat menggunakannya untuk berkomunikasi.

Fokus Diawali Dengan Disiplin Diri

Fokus diawali dengan disiplin diri. Mulai dari hal yang tampak tak berarti .Misalnya :

  • Bangun di subuh hari
  • doa pagi /sholat subuh
  • Senam pagi
  • mandi
  • Sarapan
  • kegiatan pekerjaan
  • dan seterusnya
  • Target Harian

Ada target harian yang kita tempatkan sebagai goal  pribadi .Misalnya:

one day ,one article

Saya buktikan pada diri sendiri,ternyata saya dapat melakukannya.Buktinya,selama dua tahun belakangan ini, nama saya masuk dalam catatan sebagai Penulis Teraktif di Kompasiana,pada urutan pertama.

Disamping itu, selama Kompasiana didirikan,nama saya masih sebagai Kompasianer yang terbanyak mendapatkan Headline,yakni lebih dari 400 artikel .

Kedua hal ini hanyalah contoh contoh kecil,bagaimana saya menekuni setiap bidang kehidupan yang menjadi target pencapaian. Karena sudah mendidik diri sendiri,secara disiplin dan sudah terbiasa mematuhi aturan dan target yang diciptakan sendiri,maka ketika berhadapan dengan berbagai halangan dan kendala ,dalam kehidupan dibidang lainnya, sudah tidak lagi gamang,

Perlu Pengorbanan Diri

Untuk mempertahankan,agar kita tetap fokus pada tujuan yang ingin dicapai,tentu gampang gampang susah. Walaupun tampaknya hal kecil dan sepele,tapi tidak jarang,untuk menerapkan one day ,one article,saya harus menenteng laptop ,dalam perjalanan dengan menggunakan jasa Kereta Api ,bus,maupun dipesawat terbang.

Tidak jarang,saya menulis artikel di tempat,seperti acara Natal di lapangan,. di Kebun Binatang , di Pantai dan entah dimana saja. Saya tidak peduli,banyak mata yang menengok dan mengira saya ini wartawan. Yang penting,kegiatan yang saya lakukan,sama sekali tidak menganggu orang lain . Juga tidak mengambil ruang yang menjadi hak orang lain.

Jadi butuh "pengorbanan diri" yakni siap untuk merepotkan diri sendiri,membawa laptop kemana mana. Terkadang ada godaan,ketika ada yang bertanya:" Untuk apa Opa sibuk begitu?" Kan nggak dibayar,jadi nggak ada kewajiban.Menulis sajalah kapan kapan ada waktu santai.jangan memaksa diri"

Namun,kalau kita mau fokus,jangan tergoda atau termotivasi secara negatif,tentang apa yang kita dapatkan dengan susah payah menulis,karena tujuan kita menulis,bukan untuk mendapatkan uang.Walaupun kalau tulisan kita menghasilkan uang,mengapa tidak?

Hidup Banyak Godaan

Hidup itu banyak godaan,agar kita membias dan tidak lagi fokus pada apa yang menjadi tujuan awal kita., Pertanyaan yang cukup mengoda adalah :" Mengapa harus mati matian mengerjakan atau membantu orang lain, Dapat apa?"

Nah,disinilah sikap mental kita diuji. Untuk menegaskan pada diri kita sendiri,bahwa semua orang butuh uang,termasuk diri kita sendiri.Tapi tidak semua hal ,harus dihitung dengan uang. Dengan berlandaskan  sikap mental yang kokoh,maka kita tidak akan tergoda oleh motivasi negatif, dan tetap fokus dan tidak kehilangan arah hidup.

Karrena bila orang sudah kehilangan arah hidup ,maka dirinya adalan ibarat orang yang lagi berkendaraan,namun berputar putar ditempat,karena tidak tahu ,mau diarahkan kemana kendaraanya.

Tidak Akan Ada Pencapaian,Bila Kita Sudah Kehilangan Fokus'

Bila orang sudah tidak lagi fokus dalam upaya mencapai cita citanya ataupun apa yang menjadi targetnya,maka selamanya ia tidak pernah akan mencapai apapun dalam hidupnya. Inilah salah satu faktor terbesar,yang menyebabkan orang mengalami kegagalan demi kegagalan.

Kerja keras ,siang malam. Kerja dengan otot dan otak,sudah dilakukan,Tapi koq ya gagal dan gagal lagi ? Penyebab terbesar adalah karena orang terpana pada kerja dan kerja,sehingga kehilangan fokusnya.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun