Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Sampai Kehilangan Marwah Diri

30 Desember 2016   07:31 Diperbarui: 30 Desember 2016   23:33 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bercanda itu tentu saja sangat manusiawi dan baik adanya  asal saja tahu diri  canda semacam apa yang layak dikedepankan dalam komunitas dimana kita ditempatkan diruang terhormat. Apalagi menampilkan lelucon konyol yang berbau seks yang mungkin saja membuat orang yang hadir ketawa, tapi percayalah sejak saat itu sesunggguhnya kita sudah kehilangan marwah atau martabat kita sebagai sosok yang patut dihargai. Karena lelucon konyol tersebut adalah merupakan konsumi preman di terminal atau di pasar kumuh. Bukan dalam ruang keluarga dan para sahabat. Hal ini banyak orang terhormat dan intelek yang lupa diri, sehingga entah sadar ataupun tidak mencoba melakukan aktraksi lawakan yang sama sekali berada diluar bingkai orang-orang yang patut dihormati.

Dalam sepatah kata  santun sudah terkandung arti  menjaga kehormatan. Menjaga kehormatan diri dan juga menenggang rasa kehormatan orang lain. Santun itu terbit dari lubuk hati terdalam. Bahasa yang santun, namun hasil dari kepura-puraan akan terbongkar lewat pandangan mata . Your eyes is the window of your soul. Mata adalah jendela jiwa, oleh karena itu orang mungkin saja piawai dalam berpura-pura sopan dengan bertutur kata manis, namun bila tidak terbit dari hatinya maka akan terbaca lewat pandangan matanya.

Menjaga Marwah Diri

Menjaga agar tidak kehilangan marwah diri sesungguhnya sangat simple. Tidak perlu ikut kursus atau mencari cari di google, karena hanya satu hal yang dituntut dari diri kita, yakni lakukanlah segala sesuatu dengan setulus hati. Maka hal ini akan terpancar, baik dari sikap, gerak tubuh, maupun dalam bertutur kata.

Dengan demikian, sekaligus kita sudah menjauh dari kepura-puraan dan membangun dinding pembatas dengan kepalsuan. Hanya itu saja dan kita akan aman berada dimana saja dan dalam situasi apapun, karena tidak ada yang disembunyikan serta steril dari kepura-puraan. Dengan demikian, panggilan kehormatan bagi diri kita tidak akan pernah kehilangan marwahnya.

Semoga ada manfaatnya.

Joondalup, 30 Desember, 2016

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun