Sebagai satu dari antara 250 warga Indonesia, saya sungguh sangat bersyukur,bahwa kami berdua ,diberikan kesempatan oleh Sang Maha Pencipta,untuk mewujudkan impian kami,yakni mengelilingi Nusantara ,dari Sabang hingga ke Merauke. Butuh waktu bertahun tahun bagi kami untuk dapat menjadikannya sebuah realita.Mengingat tanah air kita,merupakan  negara kepulauan,yang tidak dapat dikunjungj dengan mengunakan satu moda transportasi saja.Â
Disamping memanfaatkan pesawat terbang,kami juga menempuh jalan darat yang lumayan jauhnya. Salah satu contoh,untuk mengunjungi Tanah Toraja,kami menggunakan jasa travel dari Makasar. Membutuhkan waktu sekitar hampir 13 jam,dengan menempuh jalanan yang sempit dan berlubang lubang.Sehingga kendaraan berdisko sepanjang perjalanan . Sementara itu untuk mengunjungi  Sabang ,kami harus memanfaatkan jasa angkutan laut,sehingga baru dapat tiba di Indonesia Zero. Begitu juga dari Samarinda,juga harus menumpang kapal kecil ,agar dapat tiba di Tengarong.
Bertepatan ada kompetisi yang diadakan oleh Kompasiana yang bekerja sama dengan PT Freeport untuk menuliskan hal hal yang berhubungan dengan Tanah Papua.untuk mengungkapkan berbagai keberagaman yang hidup di Indonesia, seperti budaya, bahasa, serta pesona  alamnya.Dan salah satunya adalah Tanah Papua. Selama ini,kebanyakan orang ,bila mendengarkan nama :"Papua" ,maka yang terpikirkan hanyalah :" koteka dan Pesona Raja Ampat". Hampir senada dengan pemahaman orang diluar negeri,yang belum pernah berkunjung ke Indonesia,menganggap ,bahwa Bali itu adalah Indonesia, Padahal Pulau Bali,hanya salah satu dari sekian ribu pulau yang tersebar diseluruh nusantara.
Kompetisi ini,tentu dimaksudkan  sebagai salah satu upaya,untuk  membangun masa depan Tanah Papua ,dengan cara mengekpos segala potensi yang menarik dari pulau yang berada di paling ujung timur wilayah Indonesia ini,. Dalam upaya ,mengangkat  keunikan Papua da membuka jalan bagi  masa depan pariwisata Papua.
Yang Sudah Kami Kunjungi di Papua adalah:Â
Jayapura yang merupakan ibu kota Papua,merupakan kota yang paling sering kami kunjungi,Karena diundang oleh Pak Wayan,yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Dinas Sosial dan berkantor di Abepura,. Kami juga tinggal di Mess,karena kegiatan kami berhubungan dengan kegiatan sosial yang diselenggarakan pada waktu itu. Berbicara tentangn Jayapura,tentu tidak mungkin terlewatkan Danau Sentani.
Air danau yang tenang,pemandangan indah dan sejuknya semilir angin,membuat untuk sesaat kita terlena akan semua masalah hidup yang pelik pelik.Rasanya duduk seharian disini,ditemani secangkir kopi ,akan membuat orang betah,tidak hanya menikmati gurihnya ikan bakar segar,tapi juga mendapatkan ketenangan jiwa ,berhadapan dengan alam yang damai dan jauh dari noda kebencian dan kemunafikan manusia.Sungguh berlama lama disini,dapat membuat orang lupa diri,Karena bagaikan berada di taman firdaus.