Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hari Raya dan Kado untuk Orang Miskin, Bukan untuk Pejabat

14 Desember 2016   06:45 Diperbarui: 14 Desember 2016   09:27 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahun lalu, hari Raya Paskah terkumpul dana sebesar 170 miliar rupiah,dari warga ,termasuk sumbangan dari umat Budha dan Muslim.Sumbangan ini ,dan dibagikan semuanya untuk para pengungsi dan homeless (sumber:australianplus)

Kalau di Indonesia, biasanya setiap tahun pada hari raya yang dapat kado adalah para pejabat, tapi di Australia justru sebaliknya. Yang dapat kado adalah orang yang hidup di pinggiran kota dan tidak ada keluarga yang mengurusnya.

Mengapa orang yang sudah kaya dan pejabat lagi masih diberikan kado? Karena itulah tradisi yang sudah berlangsung sejak tempo doeloe. Demi lancarnya hubungan "baik" dan demi lancarnya hubungan bisnis, maka orang harus memberikan upeti setiap ada kesempatan dan alasan yang paling tepat adalah ketika hari raya.

Belakangan, pemberian kado mahal mahal sudah dijerat dengan pasal korupsi karena dikategorikan sebagai gratifikasi. Tapi kita semua paham bahwa tidak satu jalan menuju ke Roma. Begitu juga tidak satu jalan untuk dapat melanggengkan tradisi lama ini. Karena kalau dulu, memberi kado biasanya diantarkan langsung sambil mengucapkan selamat hari raya, kini  memberidapat dilakukan secara online dan tidak berbekas atau dapat juga dengan mengirimkan voucher kepada partner bisnis yang biasa membantu memuluskan urusan dengan kantor pemerintahan sehingga tidak dapat dibuktikan.

Aturan yang Memberi Peluang

"Kalau kado di bawah 1 juta rupiahya wajarlah." 

Nah, kalimat ini merupakan peluang untuk pejabat terus menerima kado yang harganya "dibawah 1 juta rupiah". 

Untuk jelasnya,saya kutip sebagai berikut:

Merdeka.com - Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB), Yuddy Chrisnandi menyatakan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilarang menerima hadiah Hari Raya Lebaran yang menyangkut dengan unsur penyalahgunaan jabatan. Menurut dia, hal itu melanggar kode etik PNS. Cara Irit Pererat Pertemanan dengan Jalan-Jalan"Ada larangan (pemberian hadiah) melanggar kode etik pegawai negeri sipil," kata Yuddy seperti dikutip dari Antara, Kamis (16/6). Ia menuturkan larangan itu bagi pegawai negara menerima hadiah dengan jumlah besar yang berkaitan dengan kepentingan jabatan. Jika pemberian hadianya masih di batas wajar seperti di bawah Rp 1 juta, Yuddy tidak melarangnya.

Dapat Kado Natal Sekotak Coklat Harus Lapor

Dalam perbincangan dengan teman baik kami Traver yang kebetulan bertugas di kantor pemerintahan sebagai Kepala bagian perizinan perumahan sambil bercanda saya katakan "Wah enak ya, jadi kepala. Natalan pasti kadonya banyak."

Tapi malahan ditanggapi serius oleh Traver. Katanya, pernah temannya dapat satu kotak cokelat dari warga dan tidak dilaporkan. Ketahuan oleh pimpinannya, terus diberikan peringatan keras. Karena pejabat yang ada urusan perizinan apapun bentuknya dengan warga dilarang menerima bingkisan Natal termasuk keluarganya.

Kado Natal untuk Orang Miskin dan Pengungsi

Tahun lalu kado Natal menumpuk di gereja, walaupun sudah diumumkan berkali kali oleh Pastor bahwa siapa saja yang membutuhkan boleh mengambil salah satu kado yang ada dibawah pohon Natal. Kado-kado tersebut berasal dari umat yang terdiri dari pakaian, selimut, baju hangat dan barang barang makanan kering. Tapi tidak ada umat yang mau mengambilnya. Akhirnya, semua kado diantarkan ke panti-panti sosial dan pemukiman para pengungsi serta para tunawisma yang tidak ada lagi punya keluarga yang mengurus mereka.

Kalau Bisa Beli Mengapa Ambil yang Gratis

Hal ini tidak luput dari faslafah hidup yang diterapkan di sini, yakni " Kalau bisa beli, mengapa ambil yang gratis. Kalau bisa menyumbang, kenapa tidak?"

Paskah tahun lalu, menurut Australianplus terkumpul sumbangan sebesar 17 juta dollar atau senila 170 miliar rupiah untuk dibagikan kepada tunawisma dan pengungsi yang belum mendapatkan rumah yang permanen.

Uang ini terkumpul dari sumbangan masyarakat, baik dalam bentuk penjualan barang-barang bekas, sumbangan warga, termasuk sumbangan dalam bentuk tunai. Walaupun pengumpulan dana ini sehubungan dengan hari Raya Paskah, menurut Australianplus warga yang bergama Budha dan Muslim juga ikut memberikan sumbangan.

Warga yang menyumbang ala kadarnya, antara 5 – 10 dolar menyerahkan dalam bentuk tunai dalam kotak kotak sumbangan yang diletakkan di belakang gereja, Sedangkan bagi warga yang mampu menyumbangkan dalam emplop yang isinya antara 50 dollar dan ratusan dollar, serta dalam bentuk check. Untuk aksi Natal tahun ini,belum diumumkan besarnya sumbangan yang terkumpul.

Perbedaan Kesibukan

Kalau di Indonesia, pada setiap hari raya para pengusaha sibuk mencari kado untuk dipersembahkan kepada pejabat yang ada urusan dengan bisnisnya, disini pengusaha dan warga juga sibuk mengumpulkan sumbangan, tapi untuk dibagikan kepada orang-orang yang tidak mampu. Sama-sama sibuk, tapi kesibukan yang berbeda total.

Greenwood.14 Desember, 2016

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun