Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merayakan Perbedaan

12 Desember 2016   05:39 Diperbarui: 12 Desember 2016   07:03 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemudian umat diajak untuk melakukan kontemplasi, merenungkan arti dan makna dari :"unity in diversity"

" Celebrating Diversity" (Merayakan Perbedaan)

Hari ini, Minggu 11 Desember, 2016. Pagi tadi kami ke Gereja. Misa di mulai jam 08.00 pagi. Jam 7.30 kami sudah berangkat dari rumah.Saya dan istri berdua saja. Dalam pesan penantian hari Raya  Natal yang disampaikan oleh Pastor  adalah :"Celebrating in Diversity"

Sempat termanggu manggu saya beberapa saat,karena tiba tiba saja pikiran saya menerawang kembali ke indonesia.Rasanya pedih banget ,merayakan perbedaan di negeri orang,padahal di tanah tumpah darah sendiri,malah meributkan perbedaan.

"Ada peta di belakang Gereja.Silakan Bapak Ibu,periksa.Sekiranya lampu pada negara kelahiran 'Bapak ibu tidak menyala,mohon kami diberitahu,agar dapat segera dinyalakan. Baru satu keluarga yang tadi melaporkan bahwa peta di Bosnia ,lampunya tidak menyala. Dan sudah diperbaiki." kata Pastor  dalam pesan Natalnya. "Kita ingin mempersiapkan diri dengan mewujudkan dan menunjukkan bahwa kita semua ,dalam segala perbedaan yang ada dapat hidup rukun dam damai. Dan bersama sama kita menerapkan hidup berbagi. Khususnya bagi saudara saudara kita yang sakit dan menderita,tanpa membedakan mereka itu asal dari mana dan apa agamanya"

lebih lanjut,umat disarankan pada hari Minggu depan ,masing masing membawa satu bingkisan,ke gereja.Bukan untuk pastor,tapi untuk dibagikan kepada semua orang yang membutuhkan. Boleh apa saja, yang dianggap bermanfaat

Kemudian umat diajak untuk melakukan kontemplasi, merenungkan arti dan makna dari :"unity in diversity"
Kemudian umat diajak untuk melakukan kontemplasi, merenungkan arti dan makna dari :"unity in diversity"
Karena kemampuan bahasa Inggeris saya ,masih dalam tingkat anak SD disini,maka saya mencoba mencari jawabannya di wikipedia.

Unity in diversity is a concept of "unity without uniformity and diversity without fragmentation" that shifts focus from unity based on a mere tolerance of physical, cultural, linguistic, social, religious, political, ideological and/or psychological differences towards a more complex unity based on an understanding that difference enriches human interactions.sumber: https://en.wikipedia.org/

Yang saya coba menterjemahkan dalam bahasa kemampuan saya,sebagai :" persatuan dalam keberagaman, tanpa harus menyeragamkan yang ada. Atau dalam kata lain:"kita memang berbeda dan perbedaan itu tidak harus diseragamkan, Tapi kita itu sama,yakni sama sama manusia ,yang sejajar dihadapan Tuhan.

Baik kesatuan berdasarkan toleransi fisik, budaya, bahasa, sosial, agama, politik, ideologi  yang lebih kompleks berdasarkan pada  pada pemahaman tentang  perbedaan yang dapat memperkaya diri ,dalam berinteraksi antar sesama manusia.

Berkumpul di Depan Peta Dunia

Selesai ibadah,semua berkumpul dibelakang,dimana tergantung sebuah peta dunia.yang dilengkapi dengan lampu lampu merah kecil yang menyala. Pandangan mata saya tentu yang pertama adalah menengok peta Indonesia.Ternyata lampu menyala dan bukan hanya satu ,malahan 3 sekaligus,yakni di Jakarta,Surabaya dan Medan. Mengapa Indonesia kebagian 3 lampu,padahal negara lain,seperti Cina, Rusia, Vietnam. Mesir, Turki. Iran, Afrika , Jepang,Philipina dan negara lainnya ,hanya satu yang menyala? Saya merasa tidak perlu harus bertanya,karena ada begitu banyak umat yang mau bertanya,kenapa lampu tanah kelahirannya tidak bernyala.  Karena nama mereka belum ada di dalam daftar,sedangkan kami sudah sejak dulu kesini dan malahan sudah kenal baik dengan pastornya.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Kemudian Ada Acara Morning Tea

Ada Cafe di samping Gereja.Dimana setiap orang boleh masuk,tanpa menanyakan asal dari mana atau agamanya apa?  Bagi yang mampu membayar 2 dolar,untuk secangkir capucinno dan sepotong kue tart. yang kalau di Cafe umum,harganya minimal 10 dolar. Karena baik kopi,capucino,teh dan kue kue ,disumbangkan oleh umat . 

Dan seluruh hasil penjualannya akan disumbangkan untuk membantu para pengungsi. Seluruh yang melayani disana,maupun yang mencuci piring ,cangkir dan sendok garpu,adalah voluntir,yang sama sekali tidak digaji dan tidak diberikan honor.Bagi orang Australia,menjadi relawan atau Volunteer adalah sebuah kebanggaan.

Didalam suasana morning tea ini, adalah kesempatan untuk saling mengenal satu sama lainnya dan menjalin hubungan persahabatan,tanpa membedakan asal muasal negeri ,tanpa menanyakan agamanya apa.

Diam diam ,dalam hati saya berdoa,semoga suatu waktu,suasana yang damai dan penuh tawa dan canda ,tanpa curiga ,menikmati secangkir kopi hangat, dapat dirasakan juga di tanah air kita.Semoga ini bukan hanya mimpi saya pribadi,tetapi juga menjadi mimpi semua orang Indonesia,yang memiliki niat yang baik. Sesuai dengan thema masa penantian Natal:"Semoga ada damai dibumi bagi semua manusia yang berkehendak baik"

11 Desember, 2016' (dipostingkan 12 desember 2016)

Tjiptadinata Effendi

*) catatan: semua foto dokumentasi pribadi tjiptadinata effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun