Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sumbar Terus Membangun Shelter untuk Antisipasi Tsunami

15 Oktober 2016   20:17 Diperbarui: 15 Oktober 2016   20:24 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keterangan foto : salah satu Shelter yang sedang dalam tahapan pembangunan ,untuk mempersiapkan pengungsian warga Sumbar , bila terjadi bencana tsunami. Lokasi bangunan ini berada tidak jauh dari Taman Budaya di kota Padang./foto : tjiptadinata effendi

Sumbar Terus Membangun Shelter untuk   Antisipasi Tsunami

Belajar dari pengalaman pahit yang dialami oleh warga Sumbar dan belajar juga dari pengalaman yang tidak kurang mengerikan dari peristiwa Tsunami di Aceh, telah  menjadikan Pemda di Sumatera Barat waspada  Mengingat bahwa bila terjadi  tsunami, maka beberapa daerah yang akan berhadapan langsung dengan Tsunami. Seperti Padang yang terletak dipinggir Samudra Hindia, Pariaman,yang lokasinya sekitar 57 km dari kota Padang,Pulau Mentawai, Pesisir Selatan dan Kabupaten Agam dan Pasaman.

Diperkirakan akan ada ratusan ribu orang yang akan mengungsi,maka Pemerintah daerah sudah mulai membangun Shelter. Yang merupakan gedung, yang dapat menampung para pengungsi ,bila kelak terjadi tsunami. Bahkan ada landasan heikopter yang dipersiapkan. Untuk  membangun Shelter di SMA Negeri !, dibutuhkan biaya sebesar 39 Miliar rupiah.Yang berasal dari sumbangan masyarakat dan yayasan sosial.Masih ada di sekolah  Theresia,yang juga dibangun Shelter untuk menampung in case of emergency.

dokpri
dokpri
Mentawai menjadi pedoman bagi pemerintah Daerah Sumbar untuk menganalisa  dampak bencana  tsunami dan kerusakan yang ditimbulkan gelombang tersebut. Sumbar sendiri, baru memiliki perangkat yang bekerja di tingkat hulu untuk memberikan peringatan dini tsunami. Enam sirine Tsunami Early Warning System (TEWS) milik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yang terpasang sebatas pemicu untuk penyebarluasan bahaya tsunami. Walaupun secara phisik pembangunan dari bekas puing puing reruntuhan akibat gempa bumi yang melanda daerah ini,memang tampak sudah hampir pulih. Akan  tetapi trauma yang ditinggalkannya masih sangat dalam membekas.

Sebagian warga yang dulu sempat hijrah ke Pekanbaru, hanya sebagian yang kembali lagi kekampung halaman di Sumatera BArat. Maka untuk memberikan rasa aman bagi warga ,direncanakan akan membangun lebih dari seratus unit Shelter diseluruh daerah Sumatera BArat.Namun, kesiapan warga akan bahaya bencana dinilai tak kalah penting dibanding peringatan dini yang berbasis teknologi. Berbagai perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa  ketinggian aman dari sapuan tsunami berkisar antara 15 meter hingga 25 meter.

Pasca gempa 7,9 SR yang mengguncang 30 September 2009, sejumlah bangunan yang direncanakan sebagai lokasi evakuasi mulai dibangun. Salah satunya gedung SMA Negeri 1 Padang di kawasan Belanti, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang.

Lokasi shelter yang berada di lantai tiga gedung tersebut berada pada ketinggian 16 meter dari permukaan laut. Di lantai atas yang berfungsi sebagai selter ini ditaksir mampu menampung sekitar 2.000 warga setempat. Gedung ini juga dilengkapi sejumlah gudang dan penampung air yang dalam keadaan darurat akan berfungsi sebagai tempat penyimpangan logistik.

Bangunan yang didesain dengan kekuatan hingga 9 SR ini juga dengan landasan helikopter untuk mempermudah akses bantuan. Yayasan Budha Tsu Chi yang menggelontorkan dana untuk pembangunan selter tersebut juga menyiapkan protap yang harus dijalankan penjaga sekolah saat gempa besar mengguncang.

Padang, (Antara) - Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Irwan Paryitno, menyebutkan Kota Padang telah memiliki total 70 buah shelter yang tersebar di daerah pantai atau zona merah untuk mitigasi bencana, terutama tsunami.

 "Keberadaan shelter ini penting karena 60 persen dari sekitar satu juta penduduk Padang atau sekitar 600 ribu orang, tinggal dan beraktifitas di pinggir pantai atau zona merah. Mereka harus memiliki tempat perlindungan yang dekat jika terjadi gempa yang menyebabkan tsunami," katanya. (sumber: salah satu pengurus Yayasan Budha Tsu Chi/ antara dan sumber lainnya)

Hidup  dalam bayang bayang bencana tsunami , pasti bukan sebuah hal yang menyenangkan,  Namun tidak semua orang siap untuk hijrah dari Sumatra Barat,baik dari sisi ekonomi ,maupun kesiapan mental. Maka satu satunya jalan ,adalah tetap menjalani hidup di sini,dengan kewaspadaan penuh.SEhingga seandainya sewaktu waktu petaka tsunami muncul,maka warga sudah harus siap memanfaatkan Shelter yang telah dipersiapkan dan terus dibangun.

Padang, Hotel Mariani International, 15 Oktober 2016

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun