Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pikiran Mendahului Realita

17 September 2016   22:56 Diperbarui: 17 September 2016   23:41 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pikiran kita selalu mendahului realita. Keberadaan kita saat ini,atau posisi dan kondisi kita dalam menghadapi hidup ,adalah merupakan cerminan atau manifestasi dari pikiran kita terdahulu. Karena apa yang kita pikirkan secara berulang ulang kali, akan mengendap dalam alam bawah sadar kita dan suatu waktu ,entah karena apa, akan mewujudkannya menjadi sebuah kenyataan hidup. Karena itu ,setiap orang yang selalu mengisi hidupnya dengan keluh kesah dan kemurungan,sesungguhnya secara tanpa sadar,ia sedang merancang masa depannya yang suram dan penuh dengan permasalahan hidup.

 Karena itu jangan pernah membiarkan pikiran kita melamun kesana kemari, tanpa arah dan tanpa tujuan. Menyusun jadwal dan aktivitas diri, adalah mutlak hari dilakukan,bila ingin menikmati hari hari tua dengan aman dan damai. Hidup tanpa akitivitas,akan menjadi jenuh dan tidak bernilai. Kita boleh saja melambungkan angan kita setinggi bintang dilangit,tetapi jangan lupa bahwa kita hidup dialam yang bersifat dinamika. 

Bergerak dari waktu kewaktu dan dari satu sudut ke sudut lainnya. Barangsiapa yang hidup statis dan tidak melakukan apapun,akan terlibas oleh arus kehidupan . Sesekali memanjakan diri,duduk santai diteras rumah ,sambil menikmati secangkir kopi ,tentu saja hal yang sangat wajar dan baik. Kalau kita tidak bisa menghargai diri sendiri,bagaimana orang lain bisa menghargai kita? 

All the Miracles Begin in the Mind 

Semua keajaiban berawal dari pikiran. Tetapi keajaiban ini bisa berubah ujud menjadi petaka dalam hidup kita,bilamana kita secara berulang kali memikirkan sesuatu yang tidak pas untuk masa depan hidup kita. Kitalah yang menggiring masa depan kita,sesuai dengan apa yang kita rancang dan yakini. Karena pikiran mendahului suatu realita. Boleh boleh saja kita mengangankan seperti apa hidup yang ingin kita jalani ,bila sudah memasuki usia pensiun. Tidak seorangpun berhak untuk menentukan 

Tetapi memutuskan sesuatu.apalagi hal itu tidak hanya menyangkut harkat hidup kita pribadi ,tetapi juga akan membawa dampak pada kehidupan keluarga dan anak cucu kita. Perlu Pertimbangan Matang Kita boleh saja mengatakan:bahwa saya bukan”” tipe manusia yang money oriented. tidak akan memboroskan uang hanya untuk pesiar pesiar. Bagi saya uang bukan segala galanya. 

Semuanya benar,tapi jangan kita lupa,bahwa roda kehidupan tidak mungkin bisa berjalan dengan lancar kalau kita tidak memiliki uang. Kegiatan sosial dalam bentuk apapun,pasti membutuhkan uang. Jadi idealisme kita hendaknya diselaraskan dengan kenyataan hidup,agar jangan jadi bumerang bagi diri kita. Memang uang bukan segala galanya,tetapi segalanya butuh uang. 

Hidup memang merupakan sebuah pilihan dan setiap orang berhak memilih jalan hidupnya sendiri ,tanpa ada yang boleh menginterupsinya. Semoga kita tidak salah memilih,yang kelak akan jadi sesalan seumur hidup. Pilihlah cara hidup yang berkualitas,yakni tetap melakukan aktivitas sesuai kemampuan diri . Hidup hanya satu kali ! 

Surabaya , 17 September, 2016 Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun