Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aneh Tapi Nyata! Orang Membangun Penjara bagi Diri Sendiri

14 September 2016   12:10 Diperbarui: 14 September 2016   13:47 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan foto: Tanpa sadar ,banyak orang yang telah membangun penjara bagi dirinya sendiri,sehingga mengalami depresi /dokumentasi pribadi

Orang tidak hanya terpenjara oleh bangunan phisik ,yang berupa ruangan sempit dan diberikan jeruji besi, agar yang dipenjara,tidak dapat melarikan diri. Masuk kedalam penjara ,tentu tidak menjadi masalah, bila hal tersebut merupakan kunjungan wisata. Misalnya mengunjungi penjara kuno di Fremantle, New South Wales ataupun mengunjungi penjara di Nusakambangan. Masuk penjara dalam rangka kegiatan sosial atau mengujungi kerabat, juga tidak menjadi masalah.

Masuk penjara menjadi masalah besar dan menakutkan bagi orang banyak, (kecuali para koruptor), karena begitu menjadi penghuni penjara, baik karena kesalahan yang dilakukan, maupun yang dituduhkan,menyebabkan orang kehilangan kebebasan dirinya. Bahkan yang tak kurang mengerikan adalah, masuk penjara juga merupakan penistaan bagi diri sendiri dan keluarga. Menjadi terpidana. Terlebih bila keberadaan diri dipenjara, bukan Karena kesalahan yang kita lakukan, melainkan karena sebuah fitnah atau penghianatan.

Bagi yang belum pernah merasakan, sebaiknya, jangan terpikirkan bahwa suatu waktu akan berada dalam penjara. Karena sebagai tahanan ,maka kita kehilangan segala kebebasan diri, kehilangan hak untuk bertemu keluarga dan kehilangan hak untuk dapat tidur ditempat yang layak. Saya sudah merasakannya.

Membangun Penjara Diri

Aneh rasanya ada orang yang membangun penjara bagi dirinya,dengan memasang “jeruji jeruji besi” bagi dirinya sendiri.

  1. Saya tidak berani kepasar,disana banyak copet
  2. Saya tidak berani masuk kerestoran, karena disitu tempatnya orang kaya
  3. Saya tidak mungkin bisa jadi pengusaha,karena saya tidak punya modal
  4. Saya tidak berani menulis, takut diketawakan orang banyak
  5. Saya tidak berani bergaul dengan orang yang tidak sesuku dan seiman dengan saya
  6. Saya minoritas, tidak berani masuk kedaerah mayoritas,bisa berbahaya bagi saya
  7. Saya tidak berani mengganti pekerjaan,kuatir gagal
  8. Saya takut menikah, ntar pasangan saya tidak setia
  9. Saya takut makan di tempat asing,kuatri diracuni
  10. Saya tidak berani naik motor,banyak bahaya di jalan
  11. Daftar ini dapat diperpanjang,tak habis habisnya.     

Setiap Kekuatiran Ibarat Memancang Satu Jeruji Besi

Tipe orang seperti ini,hanya merasa aman,bila  lagi di rumah sendiri atau di tempat kerja. Selain itu lokasi ini,selalu was was. Akibatnya hidupnya akan berjalan dari hari ke hari, secara monoton: Dari rumah ke tempat pekerjaan dan kembali lagi ke rumah. Tidak ada yang memaksanya,tapi ia mengurung dirinya sendiri. Orang yang menciptakan penjara untuk diri sendiri, tidak bisa ditolong oleh orang lain, kecuali dirinya sendiri,

Secara phisik,karena sesuatu kesalahan, seseorang bisa dipenjara dalam hitungan hari, minggu,bulan dan atau dalam hitungan tahun dan kemudian bebas, Tetapi penjara yang diciptakan oleh diri sendiri, bisa membuat orang terpenjara seumur hidupnya. Penjara diciptakan oleh pikiran pikiran yang negatif,seperti sudah diuraikan di alinea sebelumnya. 

Manusia bisa di penjarakan phisiknya,tetapi tak ada kekuatan apapun didunia ini yang bisa memenjarakan ide dan keyakinan seseorang. Tetapi orang yang memenjarakan jiwanya sendiri,secara otomatis memenjarakan phisiknya juga.

Semoga kita jangan sampai terjebak.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun