*menjaga diri agar tetap sehat lahir batin hingga menua, adalah kewajiban setiap orang,agar jangan kelak jangan jadi beban bagi anak cucu" tjiptadinata effendi
Mengajak Keluarga Olah Raga,Dimulai Dengan Diri Sendiri
Hari ini tanggal 9 September, 2016 merupakan Hari Olah Raga Nasional. Biasanya peringatan hari hari penting seperti ini,hanya bersifat seremonial. Baik melalui media cetak,media elektronik dan medsos,untuk kemudian dihari hari selanjutnya mengabur dan kembali dilupakan. Gaungnya hanya sampai dimata dan ditelinga,tapi tidak sampai merasuk kedalam pikiran dan hati.Memaknai Hari Olah Raga Nasional ,tentu tidak cukup sebatas semboyan atau yel yel di tv,saja,tapi seyogyanya diaplikasikan dalam keseharian.
Seharusnya perayaan hari hari penting,yang diperingati,mampu memberikan pencerahan kepada masyarakat Indonesia Bahwa olah raga itu adalah suatu hal yang bersifat sangat fundamental, untuk dapat menikmati hidup sehat hingga dihari tua. Dan untuk berolah raga,tidak harus menunggu hingga ekonomi keluarga berkecukupan. Karena olah raga dapat diawali dirumah sendiri, tanpa harus berkunjung ke fitness centre atau pusat pusat kebugaran ,yang biayanya bisa selangit,Belum lagi harus menyesuaikan penampilan dan cara berpakaian, bersepatu ,serta pakaian olah raga yang sesuai dengan norma yang diterapkan disana.
Mengawali dari Diri Sendiri
Untuk menciptakan kesadaran tentang pentingnya olah raga,untuk menjaga kondisi tubuh tetap sehat dan prima, mutlak harus dimulai dari diri sendiri. Menengok orang tua berolah raga, akan menjadi contoh nyata dan terekam dalam memory anak anak kita. Yang kelak ,tanpa disuruh suruh akan menerapkan dalam kehidupannya. Dan hal ini juga akan ditularkannnya kelak kepada anak anak mereka, yakni cucu cucu kita.
Menulis tentang kiat kiat menjaga kebugaran lahir batin,sangat mudah. Tinggal searching di google dan kemudian mengolahnya dengan kata kata sendiri,maka jadilah sebuah tulisan yang menarik. Tapi bila tidak sungguh sungguh diterapkan,maka sehebat apapun tulisan kita, tidak akan “bernyawa”,karena tidak ditulis berdasarkan pengalaman hidup.
Tentu saja tulisan ini tidak bermaksud mencegah orang menulis,melainkan hanya sebuah pemaparan dari sudut pandang yang bersifat pribadi.Yang boleh jadi , belum tentu benar secara keseluruhannya,
Kami sekeluarga Olahragawan
Kata olahragawan dalam konteks ini,bukanlah mengacu, menjadi juara ,tapi terlebih pada pemahaman, orang yang menjadikan olah raga,bagian dari kehidupan pribadi.
Tidak ada yang jadi juara nasional ,apalagi jadi juara dunia dalam keluarga saya,kecuali cucu pertama kami Kevin Effendi yang mendapatkan medali emas sebagai pe Wushu di Australia, Championship of Wushu di Turky dan Malaysia. Sementara istri Kevin juga mendapatkan medali emas dua kali di olah raga Thai Chi di Australia.
Dulu saya olah raga marathon dan angkat berat dan ikut cabang olah raga bela diri,tapi tidak pernah tidak pernah ikut kejuaran nasional,kecuali di daerah .Dan itupun hanya nomor dua. Istri saya perenang, walaupun sama dengan saya,tidak pernah menjadi juara.
Kini kami ganti hobi sesuai usia,yakni jalan pagi 10.000 langkah setiap hari dan sekali seminggu berenang di apartement kami. Yang menggantikan hobbi marathon adalah putri bungsu kami,seperti yang sudah saya postingkan kemarin.Suaminya selama enam tahun menekuni olah raga karate dan pedang.
Putra pertama kami dan istrinya , dulu badminton dan pernah dua kali mendapat medali ,dalam kompetisi yang diadakan Konjen RI di WA. dan kini lebih fokus ke olah raga golf. Putra kedua kami , senam dan pushed up. Sementara cucu cucu kami yang lain, selama beberapa tahun rutin ikut taekwondo dan karate. Termasuk cucu perempuan kami.
Jadi sejak dari kami berdua, anak mantu dan cucu cucu kami semua ikut ambil bagian dari olah raga dan semua mendapatkan pelajaran bela diri selama di SD dan SMP.
Tidak Ada Hari Tanpa Olah Raga
Boleh dikatakan ,dalam keluarga kami,tidak ada hari berlalu tanpa olahraga, kecuali sedang melaklukan perjalanan jauh atau ada halangan lainnya. Semua melakukan olah raga,karena mereka menikmatinya. Karena sesuatu yang dipaksakan ,tidak akan mengakar dan tidak mampu bertahan lama.
Bahkan cucu kami Kerisha ,yang masih duduk di Highschool,sudah menjadi pelatih gymnastic di salah satu club terkenal di kota Wollongong dan Kevin ,cucu pertama kami dulu menjadi guru Wushu.namun kini karena bisnisnya semakin berkembang ,tidak lagi mengajar, namun tetap menjadikan olah raga ini sebagai bagian dari kehidupannya.
Olah Raga Yang Tanpa Biaya
Bila memang kondisi keuangan dan waktu tersita untuk berpacu dalam mencari sesuap nasi,maka bukan berarti kehilangan kesempatan untuk berolah raga .Ada senam tai chi atau senam poco poco yang dapat dilakukan dirumah sendiri Atau bangun subuh dan jalan bersama suami istri sekitar 30 menit.menikmati udara bersih ,untuk kebugaran lahir dan batin. Dan sesekali melakukan olah raga lintas alam.tanpa harus berpergian jauh keluar kota.
Ada banyak cara agar kita semua dapat menjadikan olah raga bagian dari keseharian ,syaratnya hanya satu,yakni menyadari sepenuhnya bahwa olah raga itu bukan untuk orang lain,melainkan untuk diri kita sendiri. Menikmati hidup sehat lahir batin ,hingga menua,adalah kebahagiaan yang tak dapat digantikan dengan materi,sebanyak apapun.
Yuk,bangun jam 4.00 subuh, olah raga.Kasih contoh pada anak cucu kita. Jangan ikuti NATO – No Action,Talking Only .Do it now!
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H