Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencegah SARA? Mulailah dari Diri Sendiri dan Keluarga

2 September 2016   20:42 Diperbarui: 2 September 2016   20:52 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mau Ikut Mengatasi Masalah Sara? Mulailah dari Diri Sendiri dan Keluarga

Sebagai warga negara Indonesia yang baik,tentu saja bukan hanya baik ,tapi adalah kewajiban setiap warga untuk mencegah terjadinya sara dalam bentuk apapun. Baik yang dilakukan terang terangan secara phisik,maupun  sara yang terbungkus dalam bentuk tulisan dan komentar komentar di media sosial.

Dalam suasana memanas,maka ibarat berada diladang minyak,sekecil apapun percikan api akan mampu membakar habis seluruh ladang dan membumi hanguskan apapun yang ada disekelilingnya.

Orang yang suasana hati yang kering dan pikiran yang sudah terdistorsi oleh beragam masalah hidup yang sudah bercampur aduk,sudah tidak dapat lagi ,memisahkan mana yang patut dan mana yang keliru. Bahkan sepotong puntung rokok yang dicampakkan secara tidak bertanggung jawab ,dapat membakar berpuluh hektar hutan dan ladang.

Yang pada intinya, rasa ketidak puasan,bercampur aduk dengan kemarahan ,serta kebencian, hanya menanti pematiknya, untuk dapat meledak dan terbakar.Ironisnya justru, percikan api atau “puntung rokok” yang masih berapi ini tidak hanya dilemparkan oleh orang orang yang pola pikirnya dangkal,malah tidak sedikit dilakukan oleh orang yang dianggap sebagai tokoh masyarakat. Orang yang seharusnya menjadi contoh tauladan,justru menjadi penyebab terjadinya sara.

Mau Ikut Mencegah Sara?

Mau ikut mencegah terjadinya sara? Tentu saja merupakan sebuah niat, yang patut diacungkan jempol. Namun sebesar apapun rasa kepedulian dan rasa empathy diri terhadap terjadinya secara berulang ulang kali bentrokan yang dilator belakangi oleh sara,tentu harus dimulai terlebih dulu dari diri kita sendiri.

Contoh contoh factual,berupa sikap mental ,prilaku yang ditampilkan dalam berinteraksi dengan masyarakat yang majemuk ,serta yang yang dikedepankan dalam tulisan ,baik dalam bentuk artikel maupun dalam memberikan komentar,tentu merupakan tolak ukur. Sejauh mana kesungguhan hati kita untuk ikut berperan mencegah terjadinya bentrokan antara warga yang berbeda suku,budaya dan agama.

Sebuah contoh teladan ,lebih bernilai dari seribu kotbah ataupun wejangan yang diobral dimana mana. Menerapkan asas hidup bertoleransi  tentu dimulai dari kehidupan berkeluarga. Mendidik anak cucu dan membiasakan seluruh anggota keluarga untuk bergaul dan berbaur dengan siapa saja,tanpa membedakan warna kulit, suku,budaya dan latar belakang agama.

Open House dan Open Heart yang Bersifat Lintas Suku

Melakukan upaya upaya untuk menyembatani segala perbedaan ,tidak cukup hanya dengan melakukan open house dengan membuka pintu rumah kita ,bagi siapa saja untuk datang bertamu,melainkan tak kurang pentingnya adalah sekaligus melakukan open heart.

Menerima dan mengakui dengan rendah hati, bahwa semua orang berhak berbeda dengan diri kita.Bahwa perbedaan bukanlah halangan untuk menjalin sebuah persahabatan dan persaudaraan.

Persahabatan itu Menjadikan Hidup Kita Penuh Makna

Begitu pulang ke tanah air,kami berdua mendapatkan undangan dari Kompasianer Rudy Geron ,bersama istri beliau Abie. Padahal Pak Rudy tahu bahwa kami berbeda dengan dirinya. Setibanya kami di Lombok,kami dikenalkan dengan keluarga besar ,yang jelas semuanya beragama Islam . Tak setitikpun rasa kikuk atau risih ,ketika kami bertemu dan makan malam semeja. Malah seakan kami sudah kenal sejak lama sekali. Padahal antara kami dengan Rudy Geron sekeluarga,sama sekali tidak terkait dengan urusan bisnis apapun. Jadi persahabatan kami ,sama sekali tidak terkait dengan keuntungan secara materi. Inilah contoh hidup bertoleransi , walaupun dalam ruang lingkup terbatas.

Malahan dalam pembicaraan kami, pak Rudy Geron justru yang mengingatkan ,agar saya jangan gunakan kata kata :” orang Cina”.sebaiknya ;’ Tionghoa”. Hal yang tampak sepele,namun semakin kami merasakan bahwa persahabatan itu sangat indah. Saling mengingatkan dan saling memahami.

Saling Berbagi di Gedung Kompas Gramedia

Melanjutkan acara kopdaran dengan teman teman Kompasianers di Gedung Kompas Gramedia,kami sungguh merasakan sambutan yang hangat dan antusias. Dalam ruangan tersebut kami saling berbagi kisah ,tanpa menanyakan latar belakang, apalagi hingga nanya nanya agama.Persahabatan tulus, tidak dapat dibeli dengan apapun,melainkan diperoleh dengan jalan membuka hati kita,

Diundang Makan Siang Oleh Kompasianer Sisca

Tadi siang,dapat telpon dari Sisca:” Pak Tjip dan bu Lina,kami jemput ya. Kita makan siang bersama,jam 1130 “ Tentu saja undangan ini langsung saya sambut dengan antusias Bukan lantaran dapat makan gratis,tapi karena kami senang bersahabat.

Sesuai dengan jam yang telah disepakati,Sisca datang dengan Nadya,yang berasal dari Makasar dan Ratu yang berasal dari Banten. Kami menikmati makan siang semeja, walaupun kami berbeda daerah asal,beda budaya dan beda agama

Masih ada lagi undangan yang  belum kami penuhi,yakni dari BetterthangoodIna.serta undangan dari Wang Edy di Semarang. Dari Thomson di Tangerang.

Apa sih yang kita dapat dari sara? Selain dari menyusahkan orang lain dan menyusahkan diri sendiri,serta membawa dampak negative pada negeri kita? Mengapa kita tidak menjalin persahabatan dan mengawali dari diri dan keluarga kita?

Semoga tulisan ini ada manfaatnya,

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun