Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencegah SARA? Mulailah dari Diri Sendiri dan Keluarga

2 September 2016   20:42 Diperbarui: 2 September 2016   20:52 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Medan, aula TVRI bersama sahabat sahabat. Kami berbeda, tapi sudah seperti satu keluarga/tjiptadinata effendi

Menerima dan mengakui dengan rendah hati, bahwa semua orang berhak berbeda dengan diri kita.Bahwa perbedaan bukanlah halangan untuk menjalin sebuah persahabatan dan persaudaraan.

Persahabatan itu Menjadikan Hidup Kita Penuh Makna

Begitu pulang ke tanah air,kami berdua mendapatkan undangan dari Kompasianer Rudy Geron ,bersama istri beliau Abie. Padahal Pak Rudy tahu bahwa kami berbeda dengan dirinya. Setibanya kami di Lombok,kami dikenalkan dengan keluarga besar ,yang jelas semuanya beragama Islam . Tak setitikpun rasa kikuk atau risih ,ketika kami bertemu dan makan malam semeja. Malah seakan kami sudah kenal sejak lama sekali. Padahal antara kami dengan Rudy Geron sekeluarga,sama sekali tidak terkait dengan urusan bisnis apapun. Jadi persahabatan kami ,sama sekali tidak terkait dengan keuntungan secara materi. Inilah contoh hidup bertoleransi , walaupun dalam ruang lingkup terbatas.

Malahan dalam pembicaraan kami, pak Rudy Geron justru yang mengingatkan ,agar saya jangan gunakan kata kata :” orang Cina”.sebaiknya ;’ Tionghoa”. Hal yang tampak sepele,namun semakin kami merasakan bahwa persahabatan itu sangat indah. Saling mengingatkan dan saling memahami.

Saling Berbagi di Gedung Kompas Gramedia

Melanjutkan acara kopdaran dengan teman teman Kompasianers di Gedung Kompas Gramedia,kami sungguh merasakan sambutan yang hangat dan antusias. Dalam ruangan tersebut kami saling berbagi kisah ,tanpa menanyakan latar belakang, apalagi hingga nanya nanya agama.Persahabatan tulus, tidak dapat dibeli dengan apapun,melainkan diperoleh dengan jalan membuka hati kita,

Diundang Makan Siang Oleh Kompasianer Sisca

Tadi siang,dapat telpon dari Sisca:” Pak Tjip dan bu Lina,kami jemput ya. Kita makan siang bersama,jam 1130 “ Tentu saja undangan ini langsung saya sambut dengan antusias Bukan lantaran dapat makan gratis,tapi karena kami senang bersahabat.

Sesuai dengan jam yang telah disepakati,Sisca datang dengan Nadya,yang berasal dari Makasar dan Ratu yang berasal dari Banten. Kami menikmati makan siang semeja, walaupun kami berbeda daerah asal,beda budaya dan beda agama

Masih ada lagi undangan yang  belum kami penuhi,yakni dari BetterthangoodIna.serta undangan dari Wang Edy di Semarang. Dari Thomson di Tangerang.

Apa sih yang kita dapat dari sara? Selain dari menyusahkan orang lain dan menyusahkan diri sendiri,serta membawa dampak negative pada negeri kita? Mengapa kita tidak menjalin persahabatan dan mengawali dari diri dan keluarga kita?

Semoga tulisan ini ada manfaatnya,

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun