Untuk Hindari Kekecewaan, Jangan Berharapkan Balasan
Semakin banyak kita berharap,semakin besar kemungkinan rasa kekecewaan akan menimpa kita setiap hari. Berharap disini,dimaksudkan adalah melakukan sesuatu dengan mengharapkan balasan.
Menolong orang dengan berharap akan menerima ucapan terima kasih. Memberikan tips pada security dan berpikir, pasti ia akan berterima kasih. Atau argo taksi yang seharusnya hanya dibayar Rp.41.000 ,-- karena rasa empathy pada sopir taksi,maka kita berikan Rp.50.000 dan mengatakan kepadanya, tidak usah dikembalikan.
Namun ternyata hanya diterima begitu saja, tanpa ekspresi dan ucapan terima kasih. Kita kecewa,karena ternyata sopir taksi,maupun security atau orang yang kita tolong, sama sekali tidak tahu berterima kasih. Dalam rasa kecewa itu ,pikiran kita bisa saja terdistorsi dengan : ”Percuma saja berbuat baik, karena ternyata ketemu orang yang tidak tahu berterima kasih”. Sudah tertanam dalam hati kita,kelak kita tidak lagi akan memberikan tips, tidak lagi akan memberikan kelebihan uang kepada sopir taksi.
Secara tanpa sadar, terbentuklah sebuah rasa menyesal karena telah salah menolong orang dan telah keliru memberikan tips. Yang bila dibiarkan berlarut larut, akan mengkristal dalam diri dan menjadikan kita manusia yang apatis atau kehilangan rasa sympathy dan empathy pada orang lain yang sedang kekurangan ataupun kesusahan. Padahal masalahnya sangat sepele, yakni : ”orang yang ditolong, tidak berterima kasih”
Menolong Dengan Ikhlas
Untuk menghindari rasa kekecewaan merusakkan kedamaian jiwa dan mengotori hati nurani kita, maka jalan terbaik ,bukannya berhenti berbuat baik,tetapi menolong orang dengan ikhlas,tanpa mengharapkan apapun, termasuk ucapan terima kasih.
Sehingga dengan demikian, kita melatih diri dan sikap mental ,agar selalu siap menerima keadaan, apabila perbuatan baik yang kita lakukan,baik dengan menolong orang, maupun membantu secara materi dan sama sekali lupa mengucapkan terima kasih kepada kita.
Tidak Jarang Pemberian Kita Disepelekan
Bahkan tidak jarang kita ketemu orang, yang bukan hanya tidak tahu berterima kasih,malah menyepelekan pemberian kita. Saya sudah sangat sering merasakannya. Umpamanya,dalam suatu kesempatan ,ketika istri saya membagikan mainan kunci yang kami bawa dari Australia,ada komentar yang mengatakan:” Aduh, jauh jauh datang dari Australia, koq Cuma bawa ginian ”Walaupun diucapan sambil ketawa, seandainya ,kita tidak siap diri,mungkin akan merasa kecewa. Bayangkan, membeli barang di Australia, walaupun harganya Cuma 5 dolar, tapi khusus sebagai tanda kenang kenangan. Tapi ternyata diterima dengan sikap tak menghargai.
Tapi karena sudah terbiasa memberikan tanpa mengharapkan ucapan terima kash,maka hal ini tidak menjadi masalah apa apa. Mendapatkan ucapan terima kasih ,tentu saja senang, Umpamanya; ”Wah, gunting kuku? Asyik,saya perlu nih”. Ucapan kecil,namun dalam ucapan tersebut sudah terangkum rasa persahabatan yang mendalam.
Sebaliknya
Sebaliknya, bila kita yang menerima pemberlan orang lain,apakah teman atau sahabat,maupun kerabat,tentu setidaknya menunjukkan rasa terima kasih. Bukan karena harga barang atau pemberian yang diterima, melainkan sebagai tanda penghargaan yang diberikan kepada kita.
Minggu lalu ,kami berdua diundang oleh Pak Rudy Geron ,Kompasianer dan bu Abie, istri tercintanya, ke Lombok. Ternyata menginap selama 3 hari dihotel Lombok Raya dikamar Delux, serta semua jamuan makan siang dan malam dan pesiar kepulau pulau,semuanya ditraktir oleh pak Rudy.
Tentu saja bagi kami, hal ini merupakan sebuah penghargaan yang sangat besar dari seorang sahabat .Bukan karena jumlah jutaan rupiah yang dibayarkan untuk kami berdua, melainkan rasa persahabatan dan kekeluargaan yang ditunjukkan selama kami berada di sana.
Semoga kisah kisah kecil ini,ada manfaatnya,untuk sekedar mengingatkan,agar dalam memberi, jangan pernah berharap ucapan terima kasih dan bila ada yang mengucapkan terima kasih, maka hal tersebut anggaplah sebuah surprise bagi diri kita, Sebaliknya. ketika kita menerima,maka jangan pernah lupakan kebaikan orang. sekecil apapun yang pernah diberikan kepada kita,
Kemayoran, 26 Agustus, 2016
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H