Potret Halim Perdanakusuma
Siang ini kami bersama pak Rudy Geron dan istrinya bu Abie, Kompasianers.bersama sama berangkat dari Lombok Raya ,menuju ke Bandara International Lombok. Pak Rudy dan istri akan menuju ke Surabaya dengan pesawat Garuda, sedangkan kami akan menumpang pesawat Batik Air dengan nomor penerbangan I.D.7334 dari Bandara International Lombok menuju ke Bandara International Halim Perdanakusuma. Kami sempat diajak makan siang di Saloria ,Tapi karena waktu sudah mepet, maka setelah santap nasi goreng seafood dan segelas teh es manis, kami mulai melangkah masuk keruang tunggu.
Jam 12.08 menit, ketika ada pengumunan, untuk kami naik ke pesawat,maka kami berdua pamitan dan diantarkan hingga kepintu keluar oleh sahabat kami pak Rudy serta istri. Selama penerbangan, kami mencoba untuk beristirahat,agar setibanya di Jakarta, bisa langsung melakukan akivitas lainnya. Dipertengahan penerbangan ,kami disuguhkan makanan kecil dan secangkir kopi. Namun kami hanya makan satu kotak berdua dan satu lagi dibawa oleh istri saya, untuk diberikan kepada sopir taksi. Setelah terbang lebih dari dua jam, maka pesawat mulai menurun . Perlahan lahan ,landing dan mendarat dengan mulus setelah terbang lebih dari 2 jam.
Ini adalah pertama kalinya sejak beberapa tahun lalu, kami landing di bandara ini, yang dulunya sempat terbengkalai.Bandara yang tempo dulu dikenal juga dengan nama Lapangan Udara Cilitan,sekaligus merupakan Markas Komando Operasi Angkatan Udara R.I.
Sekilas Sejarah Halim Perdanakusuma (sumber)
Pada masa perang kemerdekaan, Halim Perdanakusuma dan Iswahyudi mendapatkan tugas membawa pesawat tempur yang baru di beli oleh Indonesia. Namun dengan catatan pesawat harus dijemput di Muangthai atau yang sekarang disebutkan Thailand.
Namun ternyata pesawat tersebut tidak pernah sampai di Indonesia. Apa penyebabnya tidak ada penjelasan resmi. Hanya disebutkan bahwa Jasad Halim Perdanakusuma ditemukan dikawasan selat Malaka.Sedangkan jenazah Iswahyudi,tak pernah ada kabar beritanya.
Maka untuk menghargai pengorbanan mereka berdua. Keduanya dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional .Disamping itu , bandara Halim Perdanakusuma di abadikan sebagai Bandara Pangkalan TNI AU di Jakarta Timur ,sedangkan Bandara Iswahyudi dijadikan sebagai Pangkalan TNI AU di Madiun (sumber)
Mungkin sudah mulai dilupakan orang tentang tabrakan pesawat Boeing 737-800 Batik Air dengan pesawat ATR42-600 Transnusa pada bulan April tanggal 4 ,tahun 2016. Yang hingga kini,tidak pernah diungkapkan, apa yang sesungguhnya terjadi. Apakah pure accident ataukah human error atau mungkinkah karena landasan pacu yang tidak memadai ? Karena tadi kami menumpang pesawat Batik Air,maka mau tidak mau ,pikiran saya terhubung dengan kejadian bulan april lalu, yang melibatkan pesawat Batik Air juga. Syukurlah kami landing dengan selamat dan tak kurang suatu apapun.
Perlu banyak pembenahan ,agar Halim Perdanakusuma ,dapat menyesuaikan diri sesuai dengan nama :” bandara international” yang disandangnya. Antara lain, pengambilan barang barang penumpang,yang masih tumpang ditindih . Tapi setidaknya ,dengan dioperasikannya bandara ini, sudah memberikan sedikit kelegaan pada bandara Sukarno Hatta, yang sudah pernuh sesak, apalagi bila pada hampir waktu bersamaan, ada beberapa pesawat yang landing secara berturut turut.
Kehadiran Taksi Puskupau sungguh membantu para penumpang.. Karena taksinya dapat ,memuat barang barang bawaan penumpang, tanpa harus mengambil ruang duduk penumpang. Untuk naik taksi ini tidak perlu tawar menawar seperti seringkali terjadi pada beberapa perusahaan taksi lainnya. Disamping itu barang bawaan kita, dibantu angkat oleh petugas Puskopau dan tidak minta minta uang jasa,karena memang sudah menjadi bagian dari tugas mereka.
Disamping itu, taksi semuanya masih baru. Menurut Pak Parto ,Sopir yang mengantarkan kami berdua ke Kemayoran, taksi ini baru oprasional selama tiga bulan. Dan direncanakan dalam waktu dekat di Bandara Sukarno Hatta ,taksi yang dikelolah oleh Puskopau ini juga akan di operasikan.
Mudah mudahan pelayanan yang sudah sangat baik ini,mampu dipertahankan oleh Puskopau, agar jangan sampai ketularan seperti beberapa perusahaan taksi lainnya. Karena biasanya ,ada beberapa pengemudi taksi ,yang tidak mau menggunakan argo ,dengan alasan jalan macet atau lagi hujan lebat dan banjir.
Hal yang tampak sepele, namun penumpang yang sudah lelah menunggu di bandara ,tentu akan sangat berterima kash ,bila setibanya ditempat tujuan, jangan lagi harus berurusan dengan sopir taksi yang rewel dan mencari berbagai kesempatan secara tidak terpuji.
Halim Perdanakusuma,22 Agustus, 2016
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H