keterangan foto; salah satu kuil tertua di Penang,yang sangat artistik,,/foto: dokumentasi pribadi
Sekilas Pandangan Mata Berkeliling Pulau Penang
Pagi tadi pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan AK6110,yang seluruh kursinya dipenuhi para penumpang, Â landing dengan mulus di Bandara Udara Pulau Penang. Tujuan saya dan istri kesini adalah untuk ikut merayakan Hari Ulang Tahun tante kami yang ke 91 .
Kami di jemput oleh anak Tante kami Un Mey dan suaminya Aho. Dari sini ,sebelum menuju ke Apartement dimana kami akan menginap  bersama sama dengan adik adik dan ponakan yang datang dari Padang dan Jakarta.diajak sarapan di kedai kopi. Begitu kami turun dari kendaraan yang disopiri oleh Aho, tampak Kedai Kopi penuh dengan pengunjung,yang juga akan menikmati makan pagi disana.
Selesai sarapan, kami keliling,menengok dan sekaligus memotret berbagai objek menarik,khususnya Georgetown,yang merupakan World Heritage City.
George Town adalah kota yang dinyatakan sebagai World Heritage City di bawah pengawasan UNESCO. Kota ini merupakan salah satu saksi bisu betapa pengaruh sejarah sejak jaman kolonial menyisakan secara utuh beragam bangunan yang ada di sini. Serta sekaligus menjadi bukti bahwa George Town dahulunya merupakan persinggahan, pertemuan dan sekaligus pembauran budaya Eropa serta budaya Timur.Dan semua bangunan tampak berdiri dengan megah dan utuh
Untuk dapat menjelajahi seluruh pulau ini,tentu tidak cukup sehari dua hari.. Apalagi tujuan utama kami kesini adalah untuk ikut hadir merayakan ultah ke 91 tante kami.
Karena saya bukan pemeluk agama Budha atau Hindu,maka walaupun sudah seringkali berkunjung keberbagai wihara atau kuil,namun sepintas masih kesulitan membedakan ,mana yang kuil Budha dan mana yang kuil Hindu. Mungkin kira  kira sama,dengan membedakan mana yang gereja Katholik dan mana yang gereja Kristen
Dibangun hampir seabad lalu, yang mengagumkan adalah kuil ini masih terjaga dan terawat rapi dan apik, menonjolkan sisa-sisa kebesaran jaman Hindu dengan ukiran dan pahatan pada hampir setiap ornamen yang ada di dalam bangunan ini.
Menurut A Ho ,pulau ini unik karena merupakan perpaduan antara budaya Melayu dan Cina,serta India.Tidak lepas dari komposisi warganya,khusus di Penang ini, adalah sekitar fifty fifty antara etnis Melayu + etnis India dibandingkan warga yang berasal dari etnis Cina. Kata :" tionghoa" agaknya kurang akrab terdengar disini,karena dari warga etinis Cina sendiri, menyebut diri mereka adalah turunnan Cina,bukan Tionghoa. Â Bahasa yang digunakan merupakan bahasa gado gado,yakni bahasa Melayu yang dicampur dengan kata kata bahasa Inggeris yang sudah diadopsi menjadi bagian dari bahasa Melayu. Sedangkan warga dri etnis Cina sendiri, masih tetap berbicara sehari harian dalam bahasa Mandarin.Â
Tulisan ini ,tentu bukan merupakan sebuah penilaian,karena mustahil dalam waktu kunjungan yang begitu singkat dapat memberikan gambaran ,apalagi sampai memberikan penilaian penilaian. Hanya sekedar selayang pandang, sebagai seorang pelancong di sini.
Kendati perbedaan dalam hal berbicara dalam berinteraksi,perbedaan budaya dan agama, namun di Pulau Penang ini, tidak pernah terjadi bentrokan phisik antara warga turunan Cina dan Warga Malaysia dari etnis Melayu,serta India.. Mungkin dalam hal ini, kita dapat mencontoh ,bagaimana atau apa saja yang dilakukan oeleh pemerintah dan masyarakat, untuk mencegah dan mengawal keamanan dalam negeri mereka,kendati hidup berbeda dalam banyak hal.
Di sini kita dapat menyaksikan warisan budaya, yang bersifat multikultural, yang pernah hidup secara berdampingan. Beragam agama dan budaya bertemu dan hidup bersama. Kondisi ini mencerminkan bahwa hidup bersama dalam keberagaman itu sesungguhnya sudah diaplikasikan sejak ratusan tahun lalu. Buktinya adalah berupa candi, kuil, masjid, dan gereja yang masih utuh dan terawat dengan baik.
 Padahal, kalau kita membaca sejarah, pengaruh kolonial Eropa sudah ada sejak abad ke-15 atau hampir 500 tahun lalu. Sekalipun dalam perjalanan waktu yang amat panjang, para pemegang tampuk kekuasaan silih berganti, tidak terjadi penghancuran bagunan kuno tersebut. Karena penduduk di sini amat memahami bahwa kota ini walaupun secara formalnya merupakan bagian dari kerajaan Malaysia, namun sekaligus merupakan warisan kekayaan dunia.
Satu contoh saja, ketika membaca ada spanduk dengan huruf mencolok :" Larian Lomba Merdeka" .Nah ,terpaksa saya harus tanya dulu pada sepupu ,apa artinya kalimat tersebut. Ternyata maksudnya ada pendaftaran Lomba Lari dalam merayakan hari Kemerdekaan Malaysia, pada tanggal 31 Agustus mendatang,,, Oooh,gitu ,,baru tahu saya maksudnya. Dalam berinteraksi dengan para sepupu kami berbicara dalam bahasa gado gado, yakni : Melayu campur Inggeris dan terkadang diselingi dengan sepotong dialek Hokkien.. Saya cuma bisa bilang :" tampo tampo esailah atau kamsiaaa".Yang penting, you understand me and I understand you
Kalau mau mengelilingi Pulau Penang ini,butuh waktu setidaknya satu minggu berada di sini.Tapi setidaknya sekilas dari laporan pandangan mata dari Pulau Penang ini,sudah tersampaikan,
(Catatan : seluruh foto dokumentasi pribadi tjiptadinata effendi)
Pulau Penang. 15 Agustus, 2016
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H