Berbisnis Dengan Tuhan
Tulisan ini tidak ada kaitannya dengan sara. Juga tidak mengacu pada agama tertentu.Hanya semata mata merupakan sebuah kritik diri. Bahwa ada banyak orang yang merasa doanya tak kunjung dikabulkan. Padahal sesungguhnya ,kalau mau dikaji dengan jujur,banyak orang yang tidak berdoa,tapi mencoba berbisnis dengan Tuhan. Dan dalam berbisnis, sudah pasti orang mau untung dan tidak mau mengambil resiko rugi.
Entah bagaimana jalan pikirannya,sehingga Tuhan yang Mahapencipta,malahan dianggap bisa diatur atur dengan jalan bernegosiasi.
“Ya Tuhan, dengan segala kerendahan hati, saya mohon kabulkanlah permohonan saya seperti yang berikut ini:
- Agar suami saya terpilih sebagai anggota dewan
- Anak kami lulus dengan nilai terbaik
- Mantu saya sukses dalam bisnis
- Kami semua diberikan kesehatan lahir dan batin
- Bila engkau berkenan mengabulkan permohonan ini ya Tuhan,saya berjanji, akan :
- Bersedekah kepada anak anak yatim piatu
- Saya akan berpuasa
- Saya akan membagikan sebagian dari keuntungan perusahaan kami untuk fakir miskin
- Amiin
Banyak orang menyangka ,bahwa ia sudah berdoa dengan cara begini. Padahal sesungguhnya hal ini bukanlah sebuah doa, tapi mencoba melakukan bargain atau tawar menawar dengan Tuhan. Dengan syarat, Tuhan harus mengabulkan terlebih dulu keinginannya, baru ia akan mengucap syukur dengan bersedekah, berpuasa dan membagi keuntungan.
Hal itupun sudah disamarkannya,misalnya, mau menyumbang berapa ,mau berpuasa berapa lama dan mau membagikan apa saja? Sehingga andaikata doanya benar benar terkabul,maka ia akan dapat menyiasati untuk :”membayar kaulnya” secara cerdik ,menurut logika manusia.
Sesungguhnya,Tidak Ada Doa Yang Tidak Dijawab
Sesungguhnya ,tidak ada doa yang tidak dijawab oleh Tuhan .Tapi yang pasti adalah jawaban dari Tuhan,belum tentu seperti maunya kita. Bisa jadi jawaban Tuhan adalah agar kita bersabar menunggu dan boleh jadi juga, bila dianggap apa yang kita minta ,dapat membahayakan keselamatan jiwa kita, maka mungkin Tuhan akan menjawab dengan :” Tidak”
Tulisan ini,merupakan kepriahatinan, bahwa banyak doa doa yang dimanipulasi, seakan Tuhan bisa diatur atur atau dipaksa mengabulkan permintaan kita.
Karena itu ,perlu kita mawas diri, agar ketika berdoa,jangan mengunakan logika bisnis.yang selalu menghitung untung rugi sebelum bekerja. Sesuai dengan arti kata :” doa” adalah memohon, maka tentu tidak seharusnya ,kita mencoba mendiktekan Tuhan, untuk mengabulkan apa yang kita inginkan.
Tulisan ini,sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama apapun,hanya sebatas kritik diri dan renungan pribadi,agar kita jangan sampai terjebak pada :”doa bisnis”. Mari kita kembali kepada makna dan dari kata doa itu sendiri,yang berarti :'memohon".Dalam kata memohon, maka sudah jelas,status kita sebagai manusia adalah meminta dan menunggu ,serta menerima, apapun keputusan dari permohonan kita tersebut, Kita bukan dalam kapasitas ,melakukan bargaining atau bernegosiasi kepada Sang Mahapencipta.
Agar mampu melakukan semuanya ini, dituntut kerendahan hati secara total dalam hati kita. Karena doa yang sesungguhnya,terlahir dari lubuk hati kita yang terdalam.Sedangkan doa yang terbit dari pikiran kita,sesungguhnya bukanlah sebuah doa,melainkan kecerdikan kita, yang dibungkus dengan doa.
Bukan Bermaksud Menggurui
Tentu saja tulisan ini,sama sekali tidak bermaksud menggurui, karena Penulisnya ,bukan dalam kapasitas sebagai guru dalam hal ini,hanya sebatas sebuah renungan diri.Yang mungkin ada manfaatnya, untuk sekedar saling mengingatkan.
Iluka.
Tjiptadinata Effendi/ 08.08.16
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H