Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terlahir dari Kasta Rendah tapi Anak-anak Ini Hidup Rukun

8 Agustus 2016   07:45 Diperbarui: 8 Agustus 2016   15:59 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keterangan foto: seekor anjing turunan Siberian, hidup rukun dan damai dengan kucing asal Persia/ foto ' dokumentasi pribadi

Tengok Anak-anak Ini Rukun, Kita Jadi Malu

Sesungguhnya kita bisa belajar dari apa saja, tentu bila mau membuka hati dan pikiran kita. Membuka pintu hati dan membuka cakrawala berpikir untuk menerima masukan dari siapa saja dan bisa dari apa saja.

Menyaksikan bunga-bunga liar yang tumbuh di padang rumput dapat mengingatkan kita betapa bunga yang hanya hidup sehari dan esok akan layu dan mengering, telah memberikan yang terbaik dari dirinya, yakni sebuah keindahan, menampilkan keindahan untuk kita walaupun esok sudah mengering dan mati.

Atau kita bisa belajar dari sebatang pohon yang rindang, memberikan kita keteduhan di kala hangat menyengat serta memberikan kita kesegaran setelah beristirahat dan berteduh di bawah dedaunannya yang rindang. Suatu waktu, ia akan ditebang dan dijadikan papan dan perabot rumah yang mampu bertahan puluhan tahun. Pohon ini walaupun sudah mati, tetap dapat memberikan manfaat bagi kita, dalam bentuk perabot dan tiang-tiang penyanggah di rumah kita.

9 Anak yang Hidup Rukun

Putri kami memelihara sepasang anjing turunan Siberia, melahirkan 9 ekor anak yang lucu-lucu. Dan sebagaimana halnya anak-anak, walaupun anak anjing, mereka nakal-nakal. Berlari sana-sini dan bercanda sesama saudaranya. Tapi ketika tiba waktunya makan siang dalam satu piring, kami menyaksikan dengan terharu betapa mereka mampu makan bareng, tanpa saling berkelahi.

Terbayang di depan mata dan pikiran betapa manusia saling berantem, bahkan saling melukai ketika berebut rejeki untuk dimakan. Padahal, manusia dikatakan sebagai makhluk berakal budi dan merupakan makluk paling mulia diantara segala ciptaan Tuhan.

keterangan foto: seekor anjing turunan Siberian, hidup rukun dan damai dengan kucing asal Persia/ foto ' dokumentasi pribadi
keterangan foto: seekor anjing turunan Siberian, hidup rukun dan damai dengan kucing asal Persia/ foto ' dokumentasi pribadi
Ketika Dewasa, Hidup Rukun dengan Kucing

Induk anak-anak ini bernama Claudia. Suatu waktu ikut pasangannya Smoky lari keluar rumah. Entah saking gembiranya, lari jauh dari rumah dan melintas di rel kereta api ekspres, yang melaju dan hidupnya berakhir tragis di atas rel tersebut. Kami hanya menerima pending-nya , yang diantarkan oleh petugas kereta api dan mengabarkan kabar duka tersebut. Walaupun ”hanya” seekor anjing, seluruh keluarga sangat sedih. Cucu kami Kerisha selama 3 hari masih menangis karena sangat menyayangi Claudia. Dan uniknya, pasangan hidupnya, Smoky, mengurung diri di rumah.

keterangan foto: bila Snowy ,kucing ini keluyuran dan sampai sore belum pulang kerumah, maka Franky ,menunggunya didepan pintu pagar rumah,Dan begitu pulang ,terus di keloni.Sangat mengharukan,seakan sebuah kisah fiksi,tapi nyata /foto : dok,pri
keterangan foto: bila Snowy ,kucing ini keluyuran dan sampai sore belum pulang kerumah, maka Franky ,menunggunya didepan pintu pagar rumah,Dan begitu pulang ,terus di keloni.Sangat mengharukan,seakan sebuah kisah fiksi,tapi nyata /foto : dok,pri
Salah satu dari antara anak-anak ini hingga kini menetap di rumah putri kami di Wollongong. Karena sejak kecil dididik akur dengan saudara-saudaranya, hingga dewasa, bahkan bisa hidup rukun dan damai dengan seekor kucing turunan Persia. Bercanda dan makan sepiring, Padahal, menurut manusia, kucing adalah musuh bebuyutan anjing. Hingga kini, keduanya hidup rukun dan damai di kediaman putri kami di Mount Saint Thomas, NSW. Dan menurut kita, mereka adalah kasta yang jauh di bawah kita.

Illuka,

Tjiptadinata Effendi /08.08.16

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun