Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Hargailah Orang Lain, Seperti Kita Ingin Dihargai

7 Agustus 2016   21:47 Diperbarui: 7 Agustus 2016   22:00 2373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

keterangan foto: bapak ini masih menyimpan maianan kunci yang saya berikan kepadanya 7 tahun lalu.. Sudah berusia 76 tahun.Orang kecil tapi tahu menghargai sebuah pemberian. (foto: tjiptadinata effendi)

Hargailah Orang Lain,Seperti Kita Ingin Dihargai

  1. Sebenarnya hukum hidup itu tidak rumit rumit amat. Tidak perlu harus duduk di bangku kuliah jurusan falsafah,untuk memahami falsafah hdiup. Karena sangat simple dan  sederhana, yakni:
    hargailah orang lain, sebagaimana kita ingin dihargai
  2. Jangan lakukan pada orang lain, hal hal yang kita sendiri tidak ingin diperlakukan
  3. Kalau tidak bisa meringankan ,jangan bebani orang
  4. Bila tidak dapat menolong, jangan mengambil hak orang

Hal yang mungkin bagi kita kecil dan tidak bernilai,bisa jadi bagi orang lain diperolehnya dengan susah payah. Sehingga ketika pemberiannya kepada kita, yang diberikannya dengan setulus hati,kita biarkan tergeletak dilantai atau digudang, dapat dibayangkan betapa menyakitkan baginya.

Atau mungkin sebagai ungkapan rasa terima kasihnya ,seseorang menawarkan jasanya kepada kita ,untuk membantu  sesuai kemampuannya.Namun, selalu kita ulur ulur waktu, sehingga terkesan,seakan akan yang ditawarkannya kepada kita,akan memberikan keuntungan pribadi baginya.Padahal semata mata dilakukannya, demi  sebagai ungkapan rasa terima kasihnya kepada kita,karena mungkin selama ini,kita sudah menerimanya dengan baik.

Pernah Merasakan Ketika  Pemberian Kita Tidak Dihargai Orang?

Saya pernah merasakannya,ketika  suatu waktu mengantarkan oleh oleh,sebuah nangka yang sudah matang, kerumah Boss saya. Sebagai ungkapan rasa terima kasih ,karena saya sudah diterima kerja paruh waktu di kantornya.

Buah nangka itu adalah hasil dari kebun sendiri,yang pertama kali berbuah. Kami sendiri ,menahan selera untuk tidak menikmatinya, karena buahnya yang matang cuma satu. Tapi ketika saya bawa kerumah Boss ,penerimaaannya sungguh membuat hati saya terluka. Buah nangka yang baru saya antarkan kerumahnya, bukannya disambut dengan sekedar ucapan terima kasih, tapi langsung mengatakan :” Aduh,, lu bawa apaain nih, ntar rumah gua jadi bau ..” Masih belum pergi saya dari sana, Boss saya memanggil sopirnya, :” Tardi, tuh ambil barang tuh, (sambil  menunjuk ke buah nangka yang saya bawa), lu bawa pulang saja ya. Gua nggak mau tuh”

Tengorokan saya bagaikan terkancing. Ada rasa malu,terhina dan kehilangan rasa harga diri. Rasanya mau saya sembunyikan dimana wajah saya..Dan hari itu adalah hari terakhir saya bekerja disana.Karena saya langsung pamitan dan minta berhenti. Saya ingin menyampaikan,agar jangan lagi memperlakukan orang miskin seperti  itu lagi,Namun suara saya tidak keluar,saking galaunya rasa hati.

Pelajaran Bagi Diri

Kejadian ini menjadi pelajaran hidup yang sudah terpahat didalam hati saya.Agar jangan pernah saya melakukannya terhadap siapapun.

Karena itu, sekecil apapun pemberian orang, selalu saya hargai, Bahkan sebuah kartu pos ,ucapan Selamat Ulang Tahun,yang saya terima 20 tahun lalu ,masih saya simpan di apartement kami di Jakarta.Rasa sakit dan terhina, karena pemberian tidak dihargai ,saya jadikan pelajaran yang amat berharga sepanjang hidup 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun