Ketika Harapan Berubah Menjadi Tuntutan
Hidup penuh dengan harapan. Dan hal ini mutlak diperlukan oleh setiap orang,karena harapan merupakan kekuatan ,hingga orang mampu bertahan hidup . Mampu menghadapi berbagai penderitaan dalam perjalanan hidupnya. Karena berharap bahwa semuanya pasti akan berlalu. Bahkan orang yang hidup tanpa harapan, disebut sebagai putus asa . Dan orang yang putus asa.sesungguhnya sudah mati, sebelum kematian yang sesungguhnya menjemputnya.
Akan tetapi ,berharap itu ada takarannya. Semakin banyak berharap,maka semakin banyak peluang akan mendapatkan kekecewaan. Karena yang namanya harapan ,bisa jadi kenyataan ,namun bisa jadi juga , hanya merupakan sebuah bayangan yang tak pernah terwujudkan.
Logikanya sangat sederhana,namun sering kali terjadi,saking banyak memikirkan hal hal yang rumit rumit,orang menjadi lupa untuk berpikiran sederhana. Misalnya bila kita memiliki 3 macam harapan,maka ada 3 kali kemungkinan kita akan mengalami kekecewaan. Tapi bila kita memiliki 20 jenis harapan, logikanya ada 20 kali peluang untuk kita mengalami kekecewaan.
Harapan Tidak Selalu Dalam Bentuk Materi
Harapan tidak selalu harus berbentuk materi.Bisa jadi dalam hal materi, orang sudah cukup mapan.Namun dalam hal lain, memiliki harapan yang terlalu tinggi. Misalnya antara pasangan suami istri yang saling mengharapkan secara berlebihan terhadap pasangan hidupnya. Yang dikenal dengan istilah :” Over Expectation”
Suami mengharapkan istri :
- Tampak rapi sepanjang hari
- Membersihkan rumah
- Merapikan seluruh pakaian
- Menyediakan makanan yang enak
- Mendidik anak anak
- Selalu tersenyum
- Lemah lembut
- Berhemat
- dan seterusnya dan seterusnya.....
Sementara istri berharap agar suaminya :
- memiliki penghasilan yang memadai
- sebelum kekantor bantu urus anak anak
- pulang secepatnya dari kantor
- membantu membersihkan rumah
- membantu menjaga anak
- mengajak jalan jalan pada akhir pekan
- dan seterusnya dan seterusnya.....
Harapan Bisa Berubah Menjadi Sebuah Tuntutan
Semua yang tadinya berawal dari sebuah harapan, secara tanpa sadar dapat berubah menjadi sebuah tuntuan. Hal inilah yang perlu di waspadai. Baik dalam hubungan antara suami istri,maupun dalam berinteraksi dengan orang lain.
Contoh: Misalnya Suami sudah setuju,untuk bila ada waktu senggang dan cukup dana, mengajak anak dan istri , pada hari Sabtu ataupun hari Minggu,untuk berekreasi keberbagai tempat. Tentu saja, sebagai seorang istri,merasa senang, karena salah satu dari harapannya sudah terpenuhi. Tetapi lama kelamaan,secara tanpa sadar, hal ini berubah menjadi sebuah tuntutan. Entah karena lagi sibuk ,kecapaian ataupun karena keuangan tidak mengizinkan,maka sudah 2 kali weekend suami tidak lagi mengajak rekreasi.