Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Biarkan Harapan Berubah Jadi Tuntutan

29 Juli 2016   20:17 Diperbarui: 29 Juli 2016   20:20 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Harapan Berubah Menjadi Tuntutan

Hidup penuh dengan harapan. Dan hal ini mutlak diperlukan oleh setiap orang,karena harapan merupakan kekuatan ,hingga orang mampu bertahan hidup . Mampu menghadapi berbagai penderitaan dalam perjalanan hidupnya. Karena berharap bahwa semuanya pasti akan berlalu. Bahkan orang yang hidup tanpa harapan, disebut sebagai putus asa . Dan orang yang putus asa.sesungguhnya sudah mati, sebelum kematian yang sesungguhnya menjemputnya.

Akan tetapi ,berharap itu ada takarannya. Semakin banyak berharap,maka semakin banyak peluang akan mendapatkan kekecewaan. Karena yang namanya harapan ,bisa jadi kenyataan ,namun bisa jadi juga , hanya merupakan sebuah bayangan yang tak pernah terwujudkan.

Logikanya sangat sederhana,namun sering kali terjadi,saking banyak memikirkan hal hal yang rumit rumit,orang menjadi lupa untuk berpikiran sederhana.  Misalnya bila kita memiliki 3 macam harapan,maka ada 3 kali kemungkinan kita akan mengalami kekecewaan. Tapi bila kita memiliki 20 jenis harapan, logikanya ada 20 kali peluang untuk kita mengalami kekecewaan.

Harapan Tidak Selalu Dalam Bentuk Materi

Harapan tidak selalu harus berbentuk materi.Bisa jadi dalam hal materi, orang sudah cukup mapan.Namun dalam hal lain, memiliki harapan yang terlalu tinggi. Misalnya antara pasangan suami istri yang saling mengharapkan secara berlebihan terhadap  pasangan hidupnya.  Yang dikenal dengan istilah :” Over Expectation”

Suami mengharapkan istri :

  1. Tampak rapi sepanjang hari
  2. Membersihkan rumah
  3. Merapikan seluruh pakaian
  4. Menyediakan makanan yang enak
  5. Mendidik anak anak
  6. Selalu tersenyum
  7. Lemah lembut
  8. Berhemat
  9. dan seterusnya dan seterusnya.....

Sementara istri berharap  agar suaminya :

  1. memiliki penghasilan yang memadai
  2. sebelum kekantor bantu urus anak anak
  3. pulang secepatnya dari kantor
  4. membantu membersihkan rumah
  5. membantu menjaga anak
  6. mengajak jalan jalan pada akhir pekan
  7. dan seterusnya dan seterusnya.....

Harapan Bisa Berubah Menjadi Sebuah Tuntutan

Semua yang tadinya berawal dari sebuah harapan, secara tanpa sadar dapat berubah menjadi sebuah tuntuan. Hal inilah yang perlu di waspadai. Baik dalam hubungan antara suami istri,maupun dalam berinteraksi dengan orang lain.

Contoh: Misalnya Suami sudah setuju,untuk bila ada waktu senggang dan cukup dana, mengajak anak dan istri , pada hari Sabtu ataupun  hari Minggu,untuk berekreasi keberbagai tempat. Tentu saja, sebagai seorang istri,merasa senang, karena salah satu dari harapannya sudah terpenuhi. Tetapi lama kelamaan,secara tanpa sadar, hal ini berubah menjadi sebuah tuntutan. Entah karena lagi sibuk ,kecapaian ataupun karena keuangan tidak mengizinkan,maka sudah 2 kali weekend  suami tidak lagi mengajak rekreasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun