Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Bulan Kemanusiaan RTC] Ada Tangisan di Bawah Jembatan

26 Juli 2016   19:42 Diperbarui: 27 Juli 2016   06:47 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu , Robi bersama istrinya , baru selesai mengantarkan tamu yang berangkat melalui Bandara Sukarno -Hatta. Hujan lebat, Walaupun jalan menuju kebandara sudah dipertinggi dua tahun lalu, tetap saja ada air menggenangi jalanan.Sehingga begitu ada kendaraan lain yang lewat,maka percikan air berlumpur,mengotori mobil kami. Karena macet, maka Robi  mengendarai mobil dengan santai ,sambil sesekali mereguk kopi hangat yang dibawakan oleh istrinya  dalam termos air hangat.

Beberapa puluh meter sebelum jembatan, sayup sayup mata terlihat ada sosok yang melambai lambaikan tangan dari bawah kolong jembatan. Digesernya penghapus kaca pada kecepatan tinggi, agar dapat melihat lebih jelas. Setelah kendaraan yang do kendarai semakin mendekat, tampak sosok itu adalah seorang wanita. Yang menyerit jerit ,sambil mengangkat kedua belah tangannya, seakan memohon mohon Tak tampak seorangpun yang menghentikan kendaraannya. Mungkin dikira orang gila atau mungkin juga karena lagi hujan lebat dan orang tidak ingin basah kuyup, hanya karena seorang wanita yang sama sekali tidak dikenal.

Sebagai orang yang pernah merasakan hidup menderita selama  7 tahun, Robi tidak mungkin bisa pura pura tidak lihat ,bukan karena ingin dibilang orang baik,tapi memang suara hati tidak mungkin di tutupi. Dipinggirkannya  kendaraan diatas rerumputan,namun separuh badan mobil tetap saja menyita sebagian badan jalan. Karena itu ia menyalakan lampu sign kedua duanya, agar jangan sampai ditabrak kendaraan lainnya,

Robi berpesan pada istrinya,  ,agar mobil biar dalam keadaan terkunci dan ac tetap dinyalakan agar tidak sumpek,karena tidak mungkin membuka kaca di hujan lebat begini. Dikenakannya  jaket dan turun dari mobil.. Begitu  melangkah  mendekati ,sosok wanita ini, terdengar menjerit jerit,namun suaranya agaknya sudah habis terkuras dan hanya menyisakan suara perih dan pedih yang parau :" Alhamduliaah. ya Allaaah, akhirnya ada yang mau menolong,......."  Tentu saja Robi  kaget,padahal belum nanya dan juga belum mengatakan sepatah katapun, Bagaimana wanita ini mengetahui bahwa ia mau menolongnya.  ?

Ada Anak Terkapar Dibalik Kardus

Wanita ini langsung berlari kebawah kolong jembatan dan Robi mengikuti dari belakang. Begitu tiba dibawah kolong, kembali si wanita berteriak teriak :" Mas Mas,,Alhamdulilah ,,ada bapak ini yang mau menolong anak kita mas...." . Tampak kardus tersingkap dan seorang pria sedang memeluk sesosok tubuh,yang tampak terkulai. Robi berjongkok dan menengok ,seorang anak perempuan berusia sekitar 9 tahun,mengigil dalam pelukan ayahnya..Dalam keremangan cahaya lampu jalan yang membias kekolong jembatan tersebut, tampak gadis kecil berambut panjang ,yang terkulai dipelukan ayahnya,,Tak kuasa Robi menahan air matanya...

Namun beberapa detik terpana dan belum sempat Robi ngomong apa apa,tiba tiba Hp yang ada dikantongnya  berdering, Telpon dari istri nya,:"  Pa, Ini dibelakang mobil kita, kendaraan semuanya membunyikan klakson, tampaknya mobil kita menyebabkan kemacetan ," Kata istri nya,,"Baik,saya balik keatas" Jawab Robi singkat,

"Mas,mbak,,maaf saya tidak bisa antarkan kerumah sakit, karena sudah dimarahin orang, mobil saya parkir dipinggir jalan, Bawa segera kerumah sakit, Naik taksi saja ya mas, " kata Robi sambil menggenggam tangan lelaki yang sedang memeluk anaknya . Kemudian membuka jaketnya  dan memberikan kepada pria tersebut ,sambil berkata,:" Sementara kerumah sakit, pakaikan ini untuk putrinya ya mas".  

Pasangan suami istri ini berulang kali mengucapkan terima kasih dan bersujud ditanah, mengucapkan "" Alhamdulialah berkali kali.Dan Robi berlari keatas, Begitu tiba dipintu kendaraan , sudah langsung disambut dengan klakson bertubi tubi, Robi mengangkat tangan dengan syarat minta maaf dan langsung masuk ke mobil. Istri nya  langsung nanya,:" Pa, Sempat nggak dikasih bantuan untuk mereka ?" 

" Ya,kita tidak mungkin bisa menunggu mereka, karena akan dimarahin orang banyak,jadi tadi sudah saya titipkan untuk biaya kerumah sakit. Kelihatannya kelapaan dan kedinginan" jawab Robi sambil tancap gas dan merayap menuju ke Kemayoran.

Tubuh  Basah,Tapi Hati Terasa Hangat

Begitu masuk ke mobil ,tubuh Robi agak menggigil ,karena basah terkena hujan lebat, namun hati ,mereka berdua terasa hangat, Walaupun tidak banyak,setidaknya cukup untuk merawat anak tersebut dirumah sakit.....Adalah sebuah kebahagiaan tersendiri,bila bisa berbuat sesuatu untuk menolong meringankan derita orang lain. Apalagi Robi dan istrinya ,sudah mengalami ,ketika putra pertama mereka dulu , mengalami kejang kejang dan tidak ada uang untuk berobat, terpaksa menjual cincin kawin. Tapi bagi mereka yang hidup dibawah kolong, apa yang dapat mereka jual untuk menyelamatkan anak mereka? 

Tulisan ini diikut sertakan dalam event Bulan Kemanusiaan Rumpies The Club

rumpis-5794e4df0e9773593f22a965-57975aa024afbdbf38ceb7d6.jpg
rumpis-5794e4df0e9773593f22a965-57975aa024afbdbf38ceb7d6.jpg
Tjiptadinata Effendi 26/07/16

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun