Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Merencanakan Rumah Masa Depan

24 Juli 2016   11:38 Diperbarui: 24 Juli 2016   11:56 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*Merencanakan rumah masa depan ,tidak kalah pentingnya dengan merencanakan rumah masa kini. Tapi secara emosional,,mungkin saja kita belum siap menerima konsep hidup ini**(tjiptadinata effendi)

Merencanakan  Rumah Masa Depan 

Perbedaan budaya, dapat menciptakan cultural Shock bagi para pendatang, entah dari mana saja. Dan hal ini berlaku bolak balik. Dari mulai hal kecil kecil,hingga menyangkut masalah yang sangat pribadi.

Kalau di Indonesia,kita naik taksi ,maka yang dibayar adalah sesuai yang tertulis pada argometer.Andaikan ada kelebihan dan kita dengan ikhlas memberikan,tentu tidak menjadi masalah.Tetapi bila kita naik taksi di Amerika, selain dari angka yang tertulis pada argometer,kita juga dimintai tips oleh Sopir taksi. Tapi karena menyangkut hal hal kecil,,tidak sampai mengagetkan kita.

Ditawarin Rumah Masa Depan di Australia

Bagi yang sudah pernah tinggal di Australia dan sudah berumur diatas 50 tahun,pasti sudah pernah ditawarin  ,untuk merencanakan “rumah masa depan” dari berbagai perusahaan. Walaupun sesungguhnya,semua orang butuh “rumah masa depan” atau  kasarnya disebut:”kuburan” ,tetap saja kita mengalami semacam Cultural Shock. Apalagi sampai ditelpon berulang ulang kali dan didatangi oleh karyawan dari berbagai perusahaan.

Bagi saya pribadi, walaupun bukan merupakan hal yang pertama kalinya ditelpon oleh perusahaan pemakaman,jujur hati saya belum dapat menerima sepenuhnya, walaupun kalau dipikirkan dengan tenang, memang semua orang ,suatu waktu pasti akan membutuhkannya.

Pada waktu pertama kali saya dihubungi ,saya sempat emosi dan marah. Saya bilang ke putri saya:” Orang disini tidak tahu sopan santun,masa iya orang masih hidup ditawarin  untuk merencanakan penguburan diri sendiri?”

Putri saya mengatakan,bahwa di Australia hal ini sudah menjadi hal yang sangat biasa,jadi bila saya tidak suka,bilang saja terima kasih atau bilang  :”No English”., Pasti mereka tidak akan melanjutkan pembicaraannya.

Kemarin Dapat Telpon Lagi

Kemarin saya dapat telpon lagi dan minta izin mau berkunjung untuk menjelaskan lebih rinci. Entah kenapa, saya tetap saja tidak senang ,orang nawar nawarin rencana penguburan diri. Maka saya jawab ,sorry ya ,saya masih hidup dan tidak suka membicarakan tentang penguburan diri saya, Okay?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun