Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terobesi Terus Mengkritik? Jangan Dianggap Sepele

13 Juli 2016   21:37 Diperbarui: 14 Juli 2016   06:49 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekiranya tanda-tanda seperti ini terjadi pada anggota keluarga kita ataupun sahabat kita, maka orang seperti ini sesungguhnya patut dikasihani dan dibimbing untuk jangan sampai kesasar semakin jauh.

Caranya:

Ajak yang bersangkutan untuk ikut dalam kegiatan olahraga atau hobbi lainnya yang dapat menciptakan kegembiraan hidup bagi dirinya. Sehingga kebekuan hati dan kebencian tersamar yang membelenggu jiwanya secara  perlahan dapat diuraikan.

Orang tipe seperti ini, hidupnya bagaikan sudah membatu. Tidak pernah tersenyum apalagi tertawa. Malahan menurut keluarganya, dirumah  selalu mengurung diri dan tidak boleh diganggu oleh siapapun, baik oleh anak maupun oleh istrinya sendiri.

Sering duduk melamun sepanjang hari dan mulutnya komat kamit dengan wajah yang menyirat kebencian entah kepada siapa.

Banyak orang terfokus pada menjaga kesehatan secara fisik saja dan sering kali mengabaikan gangguan kesehatan, akibat mengalami ganggaun kejiwaan. Padahal gangguan kejiwaan sesungguhnya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat sembuh. Karena tidak ada obat-obat khusus, selain dari dukungan keluarganya  yang mau dan mampu membimbingnya keluar dari lumpur hidup ini.

Orang seperti ini, tidak hanya bersikap sinis terhadap orang lain saja, tetapi juga sikap sinis ini juga diterapkan pada seluruh anggota keluarganya. Sepertinya satu-satunya kegembiraan hatinya adalah apabila dapat mengkritik dan menjatuhkan orang lain.

Tidak mudah bagi keluarga untuk selalu sabar menghadapi tipe orang seperti ini, tapi jalan kesembuhan bagi dirinya, justru adalah kasih sayang dari keluarganya dan orang orang terdekatnya. Sebuah dilema yang tidak mudah diuraikan ,apalagi dipraktikkan. Bila tidak ada anggota keluarga yang dapat menangani sudah waktunya untuk membawanya ke psikiater, sebelum terlambat.

Tjiptadinata Effendi

13 Juli, 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun