Macet lagi
Begitu menghidupkan kendaraan dan berniat untuk melaju, ternyata ruas jalan penuh sesak karena semua jalan dialihkan kesini. Macet lagi, kendaraan merangkak sangat perlahan. Pikiran Eko sudah mulai kalut, tiap sebentar melirik kejam tangannya. Sudah menunjukkan  pukul 9.34 dan posisinya masih jauh dari bandara.
Ingin rasanya ia menerbangkan kendaraannya melintasi semua kemacetan, tapi apalah dayanya, selain dari berusaha menyelip kesana sini untuk menerobos kepungan kemacetan. Namun semua usahanya sia-sia, sementara jam tetap berjalan maju.
Begitu ada peluang.Eko tancap gas. Yang terbayang dalam benaknya adalah ayahnya yang terbaring sakit serta ibunya yang sudah tua dan setiap hari harus menjunjung bakul untuk berjualan.
Tiba-tiba sedan yang dikendarainya menabrak tiang beton penyanggah kabel listrik. Semua gelap....Eko baru sadar ketika membuka matanya dan ia berada di rumah sakit.
Bahkan ketika saya duduk sambil memegang tangannya. Eko sama sekali tidak mengeluh tentang kepalanya yang terluka parah. Satu satunya yang dipikirkannya adalah ketakutan yang luar biasa karena kendaraan yang disopirinya hancur.
Sore itu, Eko kehilangan kesadaran dan tidak pernah bangun lagi. Ia meninggal dalam usia 24 tahun...
Bossnya pak Jono hanya mampu menyesali dirinya.namun Eko tidak pernah akan hidup lagi. Peristiwa ini terjadi tanggal 7Juli, tiga tahun lalu. Namun bagi saya serasa baru kemarin terjadi.....
Â
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H