Tampak Robi memandang dengan sangat sedih dan dengan suara perlahan menjawab. Namun karena suasana sangat hening ,maka suara Robi terdengar sangat jelas.
“Kemarin ,memang saya tidak datang ke ibadah, Karena menolong orang, Walaupun saya tidak datang, Tuhan tidak akan mati. Tetapi ,kalau saya tidak menolong anak tetangga saya kemarin,maka ia sudah pasti mati. Karena tercebur di dalam sumur dan tidak ada orang dirumah……”
Hening….
“Saya pamitan dan tidak akan pernah lagi kesini, Karena tuhan disini pemarah. Saya akan mencari ketempat lain,dimana Tuhannya berbelas kasih dan mengijinkan saya untuk menolong orang lain yang dalam keadaan bahaya…..”
Kemudian Robi membalikkan tubuhnya dan melangkah meninggalkan ruangan……untuk berpetualang,mencari Tuhan yang penuh kasih sayang .Ia tidak mau berdoa kepada tuhan yang penuh angkara murka …..
(Sebagaimana yang diceritakan Robi kepada saya)
Renungan Diri
Tidak jarang saya termenung memikirkan Robi. Saya yakin,bukan hanya Robi yang mengalami shock seperti kejadian diatas. Jangan-jangan, ulah dari orang yang merasa dirinya Jubir Tuhan, dan dengan begitu gampang memvonis orang berbuat dosa, maka orang yang tadinya sedang dalam usaha mencari Tuhan, malah semakin menjauh, karena takut pada Tuhan yang pemberang, yang tidak memperbolehkannya menolong orang yang dalam bahaya maut……Kisah ini adalah kisah dari sahabat saya, yang sedang dalam pertualangannya mencari Tuhan yang sesungguhnya,
Tapi sayang sekali ia bertemu dengan orang yang mengangkat diri sebagai Jubir Tuhan dan begitu gampangnya menjatuhkan vonis berdosa dan hukuman api neraka untuk orang lain. Semoga tulisan ini ada manfaatnya untuk dijadikan renungan diri, emangnya kita ini siapa? Sehingga begitu berani mengangkat diri menjadi Juru bicara Tuhan? Kalau mau mengajarkan otang tentang kebaikkan, maka berikanlah contoh-contoh nyata dalam tindakan kita, karena sebuah contoh teladan yang baik, sesungguhnya jauh lebih bernilai dari seratus khotbah kosong.
Dalam tulisan ini,saya sama sekali tidak menyebut nama agama ataupun jabatan dalam agama, sehingga jangan ada yang merasa tersinggung,.
Tjiptadinata Effendi/ 6 Juli, 2016