Tulisan ini sama sekali tidak ada unsur SARA dan juga bukan dalam konteks melecehkan siapapun atau agama manapun. Murni ditulis sebagai kritik sosial terhadap sikap manusia yang entah sadar ataupun tidak telah mengangkat dan melantik dirinya sendiri menjadi Jubir Tuhan.
Orang yang termasuk tipe yang berkarakter seperti ini, sangat cepat sekali dalam menilai, mengambil kesimpulan dan kemudian menjatuhkan vonis terhadap seseorang atau sekelompok orang. Bagi dirinya, seakan Tuhan berada dalam dirinya, sehingga tanpa merasa perlu menanyakan informasi terlebih dulu, menengok sesuatu yang dinilainya tidak sesuai dengan nilai nilai dari manusia yang beriman, maka langsung menjatuhkan vonis.
Seorang Pengkothbah Naik ke Mimbar
Seorang Pengkotbah naik ke Mimbar dengan berpakaian necis dan penuh rasa percaya diri. Memandang sekeliling ruangan dan menunggu, hingga suasana sunyi senyap. Kemudian setelah mengedepankan beberapa ayat-ayat kitab suci, yang dihafal diluar kepala. Membuat hadirin terkagum kagum. Maka mulailah Sang Pengkotbah melakukan interogasi pada beberapa orang umatnya, yang menurutnya telah melakukan dosa besar.
“Coba anda,” sambil menunjuk kepada salah seorang umatnya yang duduk didekat pintu masuk.”Siapa nama anda?
“Robi, Pak “, jawab pria setengah baya yang berpakaian lusuh, yang ditunjuk oleh Sang Pengkotbah.
“Robi, mengapa anda tidak datang waktu ada acara Ibadah kemarin? Anda tahu itu dosa?"
"Mendahulukan kepentingan yang lain berarti menomorduakan Tuhan, dan menomorduakan Tuhan merupakan dosa tak berampun. Barang siapa yang menomorduakan Tuhan, maka akan dibuang kedalam api neraka jahanam! Mengertikah anda Robi?"
“Tapi pak,saya menolong orang……..” Jawab Robi…
Tapi belum selesai kalimatnya, Sang Pengkotbah sudah memotong pembicaraannya. “Demi untuk menolong orang, anda telah meninggalkan ibadah? Apakah menurut anda orang yang anda tolong itu lebih penting dari pada Tuhan Sang Pencipta?” Suara Sang Pengkothbah menggelegar, memenuhi seluruh ruangan. ”Tuhan sangat murka kepada anda, karena anda sudah menomor duakan Tuhan!”
Robi Berjalan Meninggalkan Ruangan