Berkunjung ke Taman Firdaus Angsa Hitam
Swan River ,merupakan sebuah sungai yang terkenal di Australia Barat, karena merupakan “Taman Firdaus“ dari angsa angsa yang berkembang biak disini sejak dulu.
Namun belakangan, sejak dermaga baru dibangun dan diberikan nama: ”Elisabeth Quay”, tempat yang dulu sangat tenang dan asri,kini sudah berubah ujud menjadi objek wisata. Apalagi dengan dibangunnya jembatan fly over yang melintasi Swan River,bukan hanya pada hari hari libur, tapi setiap hari lokasi ini selalu dikunjungi oleh wisatawan. Baik warga setempat, maupun turis dari mancanegara.
Merasa terusik ketenangan hidupnya, maka secara alami, ribuan angsa angsa ini, pindah ke hulu sungai, di mana belum ada bangunan apapun. Bahkan restoran maupun café, agak jauh letaknya dari lokasi ini, Untuk mengunjungi lokasi ini, sangat mudah Bisa dengan mengunakan angkutan umum, bis dan kereta api, atau menggunakan kendaraan pribadi. Lokasi ini ,kalau dari kediaman putra kami di Iluka,butuh waktu lebih dari satu jam, baru sampai kesini.
Parkir kendaraan di rerumputan dan kami berjalan kaki sejauh lebih kurang 200 meter, mendekati pinggir sungai. Air sungai ini menyambung dengan Danau Monger, yang berada disebelah selatan.
Bila ketemu angsa di Indonesia, biasanya angsanya bersifat agresif dan bersiap siap untuk menyerang, siapapun yang mendekatinya. Mungkin saja pengalaman jelek disakit oleh manusia, menyebabkan instinknya sebagai hewan bereaksi, terhadap pendekatan manusia. Namun semua angsa yang ada disini sungguh sangat berbeda. Bukannya menjauh, tapi menengok kedatangan kita, berbaris baris mereka keluar dari air dan mendatangi kami.
Terasa sangat nyaman sekali dihati,menyaksikan hewan hewan liar lepas di habitatnya ternyata menyambut kehadiran kita, tanpa rasa curiga apalagi takut,dijadikan santapan siang. Saya mencoba mengulurkan jari tangan kemulut salah satu angsa yang besar dan ternyata sama sekali tidak dipatuk.
Tak ubahnya bagaikan anjing atau kucing kesayangan kita, kemana saja melangkah ,mereka ikut ramai ramai. Menyaksikan semuanya ini, serasa semua beban pikiran pupuslah sudah dan berganti dengan rasa damai. Hati kita serasa bening sebeningnya air yang mengalir perlahan.
Hidup damai, tanpa rasa curiga, apalagi takut. Dan hal ini diajarkan oleh angsa angsa liar ini. Padahal jelas mereka dan kami sangat berbeda.. Mereka adalah angsa angsa yang bebas dan hidup diair, bisa terbang dan mengerami telurnya, sedangkan kami adalah manusia yang hidup didarat dan tidak bisa terbang, apalagi mengerami telur. Tapi persahabatan itu berlangsung sangat alami.
Berada di lingkungan yang aman dan damai di alam terbuka, sungguh sungguh merupakan sebuah obat yang mampu memupus semua beban lahir dan batihm serta menghadirkan kedamaian, Sempat terbersit dialam pikiran saya, seandainya di dunia manusia juga ada kedamaian seperti ini, dimana orang bisa hiduo tanpa rasa curiga satu sama yang lainnya, alangkah semakin indahnya hidup ini.
Saya teringat akan pepatah dikampung halaman saya: "Baguru ka alam nan takambang". Menyaksikan semuanya ini, saya semakin yakin, bahwa alam dapat dijadikan guru kehidupan bagi setiap orang, Setidaknya, bahwa hidup damai dalam perbedaan, sungguh sungguh menghadirkan kedamaian di dalam hati.
Tjiptadinata Effendi/ 4 Juli, 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H