Semisalnya kami tidur di :Simabu., Batusangkar, Payahkumbuh , Sungai Penuh .bukan dirumah sanak family, tapi dirumah teman teman beragama Islam,dimana kami sudah saling mengganggap sebagai keluarga sendiri, Ada  beberapa orang yang menganggap kami  sudah sinting,karena terlalu berani membawa anak istri tidur dikampung kampung, yang seratus persen beragama Islam.Tapi kami yakin dan percaya,tidak ada keraguan dan tidak ada saling menilai.  Kami makan apa saja, tanpa takut diracuni dan teman teman dikampung ,makan apa saja yang  kami bawa, karena mereka yakin dan percaya ,kami tidak mungkin memberikan makanan haram kepada mereka
Belajar Ketulusan dari orang kampung , tidak hanya menyenangkan dan memberi arti bagi kehidupan kami, tetapi sekaligus banyak hal yang bisa dipetik hikmahnya. Salah satunya adalah belajar ketulusan. Mereka menerima kami dengan hati ,bukan dengan pikiran dan merasa kami adalah bagian dari keluarga mereka.
Tinggal Puing Puing Kenangan Manis
Namun semuanya kini hanya tinggal kenangan manis .Terukir dalam jiwa kami.Sesuatu yang mustahil dapat ditemukan lagi, Karena dunia kini penuh dengan kecurigaan dan syakwasangka ,serta sinis. Kerukunan hidup dalam keberagaman sudah dikapling kapling berdasarkan suku,asal muasal dan agama.Mungkinkah masa seperti ini akan kembali lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H