Sebagai Non Muslim, Boleh Nggak Kangen Susasana Lebaran di Kampung?
Lain Bengkulu, lain Bayang. Lain dahulu, lain pula sekarang. Apa yang dulu sama sekali tidak dipermasalahkan dan diterima ,sebagai bagian dari hidup damai dalam keberagaman, kini bisa jadi di nilai secara kritis. Karena dunia kini, penuh dengan penilaian penilaian .Dan penilaian tersebut ,bisa saja berkonotasi sinis,bila dianggap tidak seirama dan tidak senada ,Baik dalam arti tersirat , maupun dalam pengertian hidup yang sesungguhnya.
Bulan Puasa Diwaktu Dulu
Dulu, setiap bulan puasa ,setiap hari Sabtu, dirumah kami selalu ada acara buka bersama, baik dengan tetangga,maupun dengan teman teman yang menjalankan Ibadah Puasa.Tak ada keraguan sedikitpun dari teman teman kami dan tidak pernah ada seorangpun yang menanyakan ,tentang makanan yang kami sediakan.
Karena mereka yakin dan percaya kepada kami sekeluaga. Tetangga itu bagaikan satu keluarga. Kapan kapan mereka datang bertandang kerumah kami ,walau hanya sekedar ngobrol ngobrol ,sambil menikmati secangkir kopi atau sebaliknya ,kami yang bertandang kerumah mereka ,disaat saat ada waktu senggang.
Open House di Hari Lebaran
Bila Lebaran, mengadakan “open house” bagi anak anak sekampung dan anak anak karyawan kami yang 99 persen beragama Islam. Walaupun kami tidak merayakan Lebaran secara agama, namun secara phisik,kami turut mengambil bagian dari perayaan tersebut.
Hal ini menjadi suatu kebahagiaan tersendiri bagi kami sekeluarga. Karena kami peduli pada mereka, maka kami dikunjungi. Istri saya Lina sejak satu bulan sebelum hari raya Imlek dan Idul Fitri, sudah menukarkan lembaran uang kertas baru di bank.Untuk dibagikan pada anak anak yang berkunjung kerumah kami.Membuat anak anak bahaga, sungguh merupakan hiburan tersendiri bagi kami.
Walaupun hanya hal hal kecil yang kami lakukan, namun ternyata hingga anak anak itu beranjak dewasa,setiap kali kami pulang kampung dan ketemu salah satu ,mereka menyambut kami dengan sangat antusias.Apalah artinya “angpau” yang kami bagikan, bila dibandingkan dengan hubungan kekeluargaan yang berlangsung selama puluhan tahun hingga saat ini.
Sekeluarga Tidur di Kampung Yang 100 Persen Beragama Islam
Dihari ketiga lebaran,kami sekeluarga,bukan hanya sekedar berkunjung kerumah teman teman yang merayakannya,malahan kami tidur dikampung kampung.