Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebanggaan Sering Membuat Orang Lupa Diri

26 Juni 2016   11:51 Diperbarui: 26 Juni 2016   12:04 3244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akibatnya, bila tidak ada orang yang menyadarkan,maka orang tipe seperti ini secara sadar ataupun tidak, semakin lama semakin terperosok dalam jurang kesombongan.

Tega melakukan hal yang  dapat melukai orang lain, seperti:

  • cuek terhadap orang sekitarnya
  • Bahkan terhadap orang yang tinggal serumah
  • Tidak merasa perlu lagi menyapa orang  lain
  • Kata :”kita” sudah hilang dan diganti dengan kata :” Aku punya”
  • “ini rumahku, aku berhak memutuskan
  • Kalau tidak suka, keluar

Bahkan ketika ada kerabat yang miskin pingin ketemu, merasa diri telalu besar untuk sekedar menjumpai dan cukup menyuruh sekretaris ,memberikan  uang dan disuruh pergi.

Hukum Alam Selalu Terjadi

Adalah sebuah paradigma yang keliru,bila menganggap bahwa orang kaya dan sombong, hidupnya akan selalu enak. Sebagai orang yang sudah mendiami planet yang bernama dunia ini, selama  tiga perempat abad, saya sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri.bahwa akhir hidup yang tragis akan jadi milik orang yang angkuh.

Satu Contoh Saja

Salah satu tetangga kami dulu,hidup melarat. Kerja serabutan.mengumpulkan papan papan bekas dan kemudian merakitnya ,menjadi kursi dan meja belajar bagi anak anak. Yang kemudian dijual kemana mana. Hidup mengontrak dibelakang rumah orang tua kami. Kehidupan keluarga besar kami sendiri sudah sangat melarat, tapi hidup Ko Tjeng,jauh lebih melarat dari kami.

Suatu waktu, ada perusahaan rokok kretek buka pabrik di kota kami dan rupanya pemiliknya adalah teman sekolah Ko Tjeng sewaktu dulu.Maka nasib baik ,ia direkrut dan diberikan kepercayaan penuh. Sejak saat itu ,nasibnya seperti meroket ,karena begitu cepat perubahan demi perubahan. Dan dalam waktu kurang dari 2 tahun, dibekas gubuknya sudah berdiri sebuah rumah permanen . Digarasi ada sedan baru. Hidup Ko Tjeng berubah 360 derajat.

Sebagai orang sekampung dan bertetangga,tentu kami ikut senang, walaupun sama sekali tidak kecipratan apa apa. Tapi sayang sekali,sejak itu, bila lewat didepan rumah kami,jangankan menyapa dan singgah, menenggokpun tidak.

Bahkan setahun kemudian, mertuanya yang sudah tua ,datang kerumah kami sambil meratap sedih, karena diusir oleh si Ko Tjeng,mantunya. Padahal sewaktu masih melarat,mertuanya inilah yang menjaga dan merawat anak anaknya, karena istrinya juga bekerja sebagai perawat. Menurut mertuanya, karena sudah tua dan tangannya  yang sudah keriput,akibat setiap hari mencuci kan pakaian anak mantu dan cucu cucunya, tidak kuat memegang piring dan akibatnya piring yang dipegang,jatuh dan pecah.

Hidup Berachir Tragis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun