Biro Jodoh Sudah Ada Sejak Zaman Doeloe
Kemarin, diantara salah satu komentar pada tulisan saya yang membahas tentang lika liku menjadi seorang Broker, ada salah satu komentar yang mengelitik,disampaikan oleh Kompasianer Ikhwanul ,tentang biro jodoh. Maka terinspirasi oleh komentar tersebut, saya jadi ingin menuliskan tentang biro Jodoh semasa dulu.
Kalau tentang Biro Jodoh di zaman sekarang.gampang, tinggal klik di google, banyak berserakkan.Mau cari suku bangsa apapun,dari yang 20 tahun ,hingga wanita usia 70 tahun juga ada.
Untuk tidak mengundang perdebatan,maka saya membatasi bercerita tentang Biro Jodoh dikalangan etinis Tionghoa, yang memang terjadi di dalam masyarakat Tionghoa ,termasuk di dalam keluarga saya sendiri.
Kembali ke 50 Tahun Lalu
Pada jaman itu, mana ada yang namanya pacaran, Karena dikalangan masyarakat, wanita itu adalah makluk ,semacam porselen, yang harus diperlakukan secara sangat hati hati. Maka untuk menjaga kelestarian tradisi ini, tentu saja ada rambu rambu yang mengaturnya,
Walaupun tidak tertulis, tapi sanksinya adalah nyata,yakni bila dilanggar ,akan :”dikucilkan ‘ dari pergaulan masyarakat. Jadi dari aturan lisan,bisa berakibatkan sanksi hukuman yang dirasakan secara nyata ,oleh setiap wanita yang melanggar kaidah kaidah yang sudah mendarah daging, dalam kalangan etnis ini.
Semisalnya, wanita yang sudah berboncengan dengan laki laki dan kemudian tidak jadi menikah, maka akan menjadi sangat rumit baginya mendapatkan jodoh,karena sudah ada stigma :” perempuan yang sudah dibawa bawa orang”
Biro Jodoh Gaya Lama
Bila wanita sudah berusia 17 tahun ,sudah mulai diincar oleh Broker, yang terdiri dari wanita tua. Karena kalau wanita sudah berusia 25 tahun ,belum menikah, wah, bakalan dapat gelar :” gadis gaek, cerewet ,makanya nggak laku laku” Sadis kan? Tapi itu adalah aturan hidup dikampung saya pada waktu itu.
Biro Jodoh pada waktu itu disebut Mak Comblang atau Jomblang