Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biro Jodoh di Zaman Dulu

20 Juni 2016   09:29 Diperbarui: 20 Juni 2016   16:48 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Biro Jodoh Sudah Ada Sejak Zaman Doeloe

Kemarin, diantara salah satu komentar pada tulisan saya  yang membahas tentang lika liku menjadi seorang Broker, ada salah satu komentar yang mengelitik,disampaikan oleh Kompasianer Ikhwanul ,tentang biro jodoh.  Maka terinspirasi oleh komentar tersebut, saya jadi ingin menuliskan tentang biro Jodoh semasa dulu.

Kalau tentang Biro Jodoh di zaman sekarang.gampang, tinggal klik di google, banyak berserakkan.Mau cari suku bangsa apapun,dari yang 20 tahun ,hingga wanita usia 70 tahun juga ada.

Untuk tidak mengundang perdebatan,maka saya membatasi bercerita tentang Biro Jodoh dikalangan etinis Tionghoa, yang memang terjadi di dalam masyarakat  Tionghoa ,termasuk di dalam keluarga saya sendiri.

Kembali ke 50  Tahun Lalu

Pada jaman itu, mana ada yang namanya pacaran, Karena dikalangan masyarakat, wanita itu adalah makluk ,semacam porselen, yang harus diperlakukan secara sangat hati hati. Maka untuk menjaga kelestarian tradisi ini, tentu saja ada rambu rambu yang mengaturnya,

Walaupun tidak tertulis, tapi sanksinya adalah nyata,yakni  bila dilanggar ,akan :”dikucilkan ‘ dari pergaulan masyarakat. Jadi dari aturan lisan,bisa berakibatkan sanksi hukuman yang dirasakan secara nyata ,oleh setiap wanita yang melanggar kaidah kaidah yang sudah mendarah  daging, dalam kalangan etnis ini.

Semisalnya, wanita yang sudah berboncengan dengan laki laki  dan kemudian tidak jadi menikah, maka akan menjadi sangat rumit baginya mendapatkan jodoh,karena sudah ada stigma :” perempuan yang sudah dibawa bawa orang”

Biro Jodoh Gaya Lama

Bila wanita sudah berusia 17 tahun ,sudah mulai diincar oleh Broker, yang terdiri dari wanita tua. Karena kalau wanita sudah berusia 25 tahun ,belum menikah, wah, bakalan dapat gelar :” gadis gaek, cerewet ,makanya nggak laku laku” Sadis kan? Tapi itu adalah aturan hidup dikampung saya pada waktu itu.

Biro Jodoh pada waktu itu disebut Mak Comblang atau Jomblang

Broker, mulai rajin bertandang kerumah gadis tersebut. Karena Broker tidak bisa tiba tiba saja masuk kerumah orang dan nawar nawar gadis orang.kayak mau nawar mangga di kebun, bakalan dimarahin oleh yang punya gadis. Broker mulai melakukan survey 

  • Ayahnya siapa
  • Asal dari mana
  • Ibunya anak siapa
  • Ada yang tbc nggak
  • Ekonomi keluarga
  • Kira kira calon mantu tipe mana yang dikehendaki  ibunya
  • Karena peran ibu sangat dominan dalam urusan jodoh gadisnya
  • Maka Mak Cpmblang  mengeluarkan data base nya dan menyebut satu persatu:
  • A Tong  pria mapan, sudah punya toko ,usianya sekian
  • Atau ada A Lung, juga sudah punya kerjaan tetap
  • Mungkin mau yang kaya,tapi agak tua gimana

Pokoknya tidak mudah jadi  Mak Comblang  Jodoh pada waktu itu

Harus sabar berbulan bulan

Malah terkadang sudah sama sama ok. Eee batal, urusan biaya pernikahan

Comblang Dapat Angpau

Bila segala sesuatu berjalan lancar dan pernikahan berlangsung aman.maka Encim..panggilan untuk Broker.dapat angpau dari kedua pihak.Besarnya tergantung pada kondisi ekonomi pasangan yang menikah.

Dan pada hari syukuran .mak Comblang dapat kepala babi.sebagai tanda terims kasih.

Ada Tanggung Jawab Moril Mak Comblang

Walaupun tidak tertulis,tapi ada tata krama dan tanggung jawab moril dari Mak Comblang,dalam memberikan data data dari kedua calon mempelai, Bila terjadi manupulasi data, seperti misalnya,yang pria sudah pernah beristri  dikota lain dan kelak ketahuan,maka seumur hidup  Mak Comblang akan dikenakan sanksi oleh masayarakat Tionghoa ,yakni tidak lagi dipercayai,Berarti berakhirlah karirnya sebagai Mak Comblang

Dijodohkan Tapi Jarang Cerai

Pasangan yang dijodohkan belum saling kenal.tapi jarang yang cerai.Beda dengan jaman kini.yang katanya saling jatuh cinta dan menikah.tapi cuma mampu bertahan beberapa tahun.

Dari keluarga kami.hanya saya yang pembangkang..cari jodoh sendiri..Makanya sejak sma sudah saya kawal..jangan ada yang berani macam macam sama calon saya.Dan bersyukur saya tidak salah memilih.Gadis sma itulah yang sudah mendampingi saya dalam suka dan duka..Sudah 51 tahun kami lalui

Maaf.topiknya lain.koq jadi cerpri..maklum sudah kakek kakek

Tulisan ini sekedar gambaran tentang pernikahan di jaman dulu.

Ditulis via Hp dalam kereta api yang melaju ke down town.dan seperti biasa.selalu didampingi gadis sma tempo doeloe yang bernama Lina.Romantis kan?

Makanya yuk.saling setia sama pasangan kita dan sama sama menua bersama.

 

Tjiptadinata Effendi./on the traun..20 june.2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun