Namun, kami sudah terbiasa ,sejak masih muda, untuk tidak pernah goyah akan ancaman ataupun  ada orang yang menakuti nakuti. Karena menurut saya pribadi, tidak elok membatalkan rencana keberangkatan,hanya karena mendengarkan isu isu yang tidak ada buktinya.Maka kami tetap berangkat .Disana kami dijemput oleh pak Asrul Adami sahabat kami dan dibawa ke Hotel Lading untuk menginap.
Kami Berbeda,tapi Kami Makan Bersama
Sorenya ada undangan untuk berbuka bersama ke Jantho. Maka tanpa ada keraguan secuilpun, kami nyatakan siap untuk datang, Â Sorenya ketika acara makan bersama, ternyata kami diterima bukan hanya dengan tangan terbuka, tapi juga dengan hati yang terbuka. Tak satu patah kata juga ada yang menanyakan tentang agama kami. Kami berbeda dalam banyak hal, tapi kami makan bersama dengan damai. Adakah kebahagiaan yang lebih besar,daripada diterima sebagai seorang sahabat ?
(Kenangan bersama teman teman di Banda Aceh ,bahkan kami dihadiahkan batu akik oleh pak Haji, sebuah contoh hidup keberagaman yang nyata))
Tjiptadinata Effendi/09 Juni, 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H