Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Biarkan Keajaiban Dunia Ini Merana

7 Juni 2016   12:02 Diperbarui: 7 Juni 2016   20:24 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

keterangan foto: Papan Komodo National Park  yang seharusnya di pajang megah dan terhormat,tampak hanya dipancang secara acak dengan sepotong balok,sebagai tiang penyanggahnya, Belum lagi plafond langit langit "kantor' informasi wisata,yang hampir copot,sungguh membuat hati kita sedih.Karena untuk dapat menyandang predikat The 7 Wonders of Nature,sesungguhnya adalah sebuah kebanggaan bagi bangsa Indonesia, Karena sejak saat itu ,Pulau Komodo sudah menjadi warisan dunia./foto: tjiptadinata effendi

Pulau Komodo ,Sebuah Keajaiban Dunia Yang Merana

kantor-pulau-komodo-800x600-5756504eac9273f3038b4573.jpg
kantor-pulau-komodo-800x600-5756504eac9273f3038b4573.jpg
keterangan foto: tampak kantor informasi wisata,yang sangat memelas,/dok,pribadi

Kita semuanya masih ingat: Setelah sempat gunjang ganjing, antara pro dan kontra , terkait masalah perlu tidaknya Pulau Komodo ikut serta dalam kompetisi international , dalam memperebutkan mahkota untuk mendapatkan gelar :" The New 7 Wonders Nature of the World"

Setelah perjalanan panjang yang mendebarkan ,akhirnya Taman Nasional Komodo Indonesia  berhasil memasuki 28 besar new 7 wonders of nature dan menyisihkan 440 nominasi yang berasal dari 220 negara.Dan kemudian melalui voting yang cukup sengit dan mendebarkan ,Pulau Komodo dinyatakan sebagai one of the New 7 Wonders of Nature  oleh rganisasi New 7 Wonders Nature of the World pada penghujung tahun 2011.Bahkan Pemerintah yang pada waktu itu terkesan ragu ,setelah Pulau Komodo dinyatakan menang voting, akhirnya turun kelapangan dengan gebyar :”Sail Komodo”

Enam keajaiban lain:

  1.  Halong Bay (Vietnam),
  2.  Amazon (Amerika Latin),
  3.  Pulau Jeju (Korea Selatan),
  4.  Table Mountain (Afrika Selatan)
  5.  air terjun Iguazu (Amerika Latin),
  6.   Puerto Princea Underground River (Filipina).

Acara penetapan Pulau Komodo sebagai tujuh keajaiban dunia dilakukan di Taman Nasional Komodo, Pulau Komodo, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur

komodo-u-5756c94aef9673a713dbb45b.jpg
komodo-u-5756c94aef9673a713dbb45b.jpg
Keterangan foto: Komodo yang masih muda, tampak berkeliaran dimana mana ,Namun walau masih muda, tetap saja berbahaya/foto: dokometasi pribadi

Berkunjung ke Pulau Komodo

Kami terbang dari Jakarta dan pesawat landing dengan mulus di Bandara El Tari. Kami dijemput pak Markus sahabat kami.Kemudian kamipun meluncur menuju Rumah Makan Sederhana untuk makan siang . Selesai makan kamipun menuju ke hotel Pantai Timor yang terletak dipinggir pantai Kupang.

Keesokan harinya, kami sudah dijemput untuk ke bandara El Tari,karena akan ke Labuan Bajo. Kami menumpang pesawat Wing.Pesawat foker ,yang masih menggunakan baling baling, Penumpang hanya belasan orang

Sesampai di Labuan Bajo ,kami dijemput Roni yang bekerja di Dinas Pertambangan. Ini merupakan kunjungan kami yang ketiga kalinya

men-of-the-year-2010-074-575651496d7e61d004da2525.jpg
men-of-the-year-2010-074-575651496d7e61d004da2525.jpg
keterangan foto: komodo muda,yang tersebar didalam semak semak /dokumentasi pribadi

Sekilas Tentang Labuan Bajo

Labuan Bajo Labuan Bajo merupakan kota kabupaten yang memiliki lapangan terbang ,yang hanya bisa menampung lalu lintas udara yang menggunakan jasa penerbangan pesawat kecil, dengan kapasitas penumpang yang sangat terbatas.

Toilet yang jauh dari bersih dan apik Toilet atau restroom,yang merupakan satu satunya toilet di bandara ini,sama sekali jauh dari layak . Baunya yang tidak sedap menyebar keseluruh ruangan sempit dan sumpek .Bagaimana mungkin tempat seperti ini bisa menampung ledakan turis?

Berbagai poster dan gambar gambar yang menarik ,dipajang di sepanjang dinding pembatas,antara bangunan dan jalan keluar masuk ke ruang tunggu

Kami baru 3 kali berkunjung kesini. Sarana dan prasarana yang terkesan digenjot paksa untuk menampung ledakan kunjungan para turis, sudah bisa dibayangkan kondisinya. Termasuk fasilitas hotel yang sangat minim. Misalnya : Mandi masih pakai gayung Tidak persediaan sabun mandi Tidak ada handuk Tidak ada minuman dikamar Kecuali kalau mau menginap di hotel berbintang

labuan-bajo-5756ca910f937362048b457b.jpg
labuan-bajo-5756ca910f937362048b457b.jpg
Infrastruktur Phisik dan Mental  Masih Mentah

Mengunjungi Labuan Bajo, tanpa berkunjung ke Pulau Komodo, tidak akan berarti apapun. Karena di kota kecil ini tidak ada suatu objek wisata yang dapat dimanfaatkan untuk mengisi waktu waktu libur selama di sini. Satu satunya hiburan adalah mengunjungi Pulau Komodo atau Pulau Rinca ,serta Padar

Untuk ke pulau-pulau tersebut, para wisatawan harus menggunakan transportasi boat atau perahu motor. Pengalaman kami tahun lalu, ditagih 3 juta untuk kami berempat orang,dengan tujuan ke pulau Komodo. Tapi ditengah perjalanan haluan diubah menuju ke pulau Rinca Rinca, tanpa minta persetujuan kami.Dengan alasan lagi badai. Ternyata Pulau Rinca hanya berjarak tidak lebih dari 40 menit, namun kami tetap ditagih 3 juta rupiah.

sunset-at-kupang-640x480-575651ecf07a615d0e7d6ae6.jpg
sunset-at-kupang-640x480-575651ecf07a615d0e7d6ae6.jpg
keterangan foto: sunset di Labuan Bajo ,alam yang amat indah, sayang sekali bila tidak didukung dengan infrastruktur yang memadai/dok,pribadi

Disambut Pemandu Wisata

 Dipulau Rinca,kami disambut oleh guide lokal, yang memperkenalkan namanya “Jack” Yang dalam bahasa disini,disebutkan sebagai “Jagawana” yakni sebutan pawang pada masyarakat setempat.

. Diajak kekantor dinas pariwisata, Yang namanya Kantor ini, lebih mirip rumah penduduk, dari pada sebuah kantor.Begitu menginjakkan kaki diteras “kantor” ,tampak plafond langit langit sudah menggantung. Tak ada brosur apapun yang dapat diperoleh disini,sebagaimana layaknya kantor informasi wisata,Selain lembaran keterangan yang ditempelkan di didinding triplek. Terpaksa kami berdiri selama lebih kurang 10 menit untuk membaca keterangan yang mungkin dibutuhkan. Akhirnya Jack ,mengatakan pada kami,nggak usah baca lagi,ntar biar saya yang menjelaskan lebih rinci. Maka kamipun meninggalkan “kantor wisata “ ini dengan hari penuh tanda tanya.

Kami diajak jalan kaki dijalan setapak .Dan Jack memang sangat menguasai bidangnya, Ia begitu piawai dalam menjelaskan apapun pertanyaan kami. Bahkan tahu nama nama ke 6 wonders of Nature lainnya diluar kepala dan menyebutkan dengan sangat jelas.

Tentang Komodo

Taman Nasional Komodo yang meliputi Pulau Komodo, Rinca and Padar, ditambah pulau-pulau lain seluas 1.817 persegi adalah habitat asli komodo.

Pulau Komodo merupakan suatu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau ini berada di tengah – tengah antara pulau Sumbawa dan pulau Flores. Tepatnya disebelah timur pulau Sumbawa.  Pulau Komodo masuk dalam provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT), kecamatan Komodo, kabupaten Manggarai barat.).

Taman Nasional Komodo bukan hanya di pulau Komodo, namun juga mencakup pulau lain seperti Rinca, dan Padar yang termasuk dalam pulau utama habitat asli komodo. Selain itu juga masih banyak pulau – pulau kecil lain yang masuk dalam Taman Nasional Komodo. Total luas Taman Nasional Komodo 2.321 km².

Komodo merupakan hewan reptil yang menyerupai kadal, namun ukuran yang sangat besar hingga bisa mencapai panjang 3 meter. Berat badan komodo dewasa berkisar antara 100 hingga 200 kilogram.

Kadal raksasa ini  memiliki bentuk tubuh seperti hewan purba, berkuku tajam, bersisik, dan lidah bercabang  Menurut cerita guide kami, binatang ini adalah predator yang paling buas di dunia, bahkan tidak jarang memangsa komodo yang masih muda.Sehingga dari begitu banyaknya anak anak komodo ini,yang tersisa hidup tidak berapa ekor. Justru sebagian besar dikanibal oleh Komodo dewasa.

Konon menurut Jack, Komodo ini bisa mencium darah dari jarak belasan kilometer. Karena itu wanita yang lagi haid atau hamil ,tidak disarankan berkunjung kesini,karena akan rawan serangan dari Komodo. Malah kisah Jack,salah satu karyawan Dinas Wisata, kakinya putus sebelah,disambar Komodo,sewaktu turun tangga dari kantornya disenja hari

 Jalan yang kami lalui masih jalan setapak, katanya memang sengaja tidak dibuat jalan yang lebih baik, supaya terkesan alami. Saya tidak tahu apakah ini memang alasan sebenarnya atau sekedar menutupi kekurangan yang ada.

men-of-the-year-2010-116-5756cad43193735c0845c8ca.jpg
men-of-the-year-2010-116-5756cad43193735c0845c8ca.jpg
Tidak Ada Café Yang Memadai

Ada semacam toko souvenir di dalam kawasan komodo ini, tapi harganya sama sekali tidak menarik.Termasuk bahkan menurut saya untuk kantong turis yang pas pasan Berjalan sekitar dua jam dipanas teriknya udara dan tentu menghadirkan rasa haus yang sangat. Namun ternyata disini tak satupun ada café atau warung yang cukup layak disebutkan sebagai tempat istirahat bagi wisatawan.Apalagi bagi wisatawan manca negara.  Kursi yang terbuat dari kayu kasar dan acak,serta gelas minuman  yang terkesan sudah patut dipensiunkan,menyebabkan kami memilih membeli minuman dalam kaleng .

Perlu Pembenahan Infrastruktur

Perlu pembenahan infrasturktur, tidak hanya dalam bentuk bangunan phisik yang memadai ,tetapi tak kalah pentingnya adalah membangun infrasturktur dari sisi faktor  sikap mental manusianya

Jalan masih penuh dengan lubang lubang dan membuat kendaraan berdisco di hampir sepanjang perjalanan keliling pelabuhan alam ini.Belum lagi pengusaha restoran yang mengambil keuntungan secara tidak wajar

Pengusaha hotel yang tidak menyediakan kelengkapan standard seperti sabun dan handuk

effendi-roselina-labuan-bajo-edit-575654816d7e61d104da251a.jpg
effendi-roselina-labuan-bajo-edit-575654816d7e61d104da251a.jpg
Semoga fasilitas standar dibawah ini,secepatnya dibenahi:
  1. Kamar mandi yang masih gunakan gayung
  2. Mau sarapan pagi,harus teriak teriak panggil pelayan hotel
  3. Pengusaha tranportasi air yang membohongi pengunjung
  4. Kantor wisata yang amburadul
  5. Minim brosur
  6. Café tempat istirahat dan minum yang memadai
  7. ruang tunggu di bandara,yang tidak memadai

Pengusaha restaurant dan transportasi,tentunya wajar bila memanfaatkan peluang ini untuk mendapatkan keuntungan yang lumayan dari turis yang berdatangan,baik turis lokal,maupun turis dari mancanegara. Tetapi agaknya perlu segera ditatar,agar jangan semaunya mengeruk keuntungan yang tidak wajar,seperti misalnya untuk seekor ikan,harus membayar 450 ribu rupiah. Hal ini bila di biarkan berlanjut,   kelak akan jadi bumerang bagi Labuan Bajo,sebagai kota tujuan wisata.

557e3de224a9d512398b456a-575660571cafbd960ad46d54.jpeg
557e3de224a9d512398b456a-575660571cafbd960ad46d54.jpeg
keterang foto: ruang tunggu di bandara Labuan Bajo,yang jauh dari memadai sebagai sebuah kota tujuan wisata/foto.dokumentasi pribadi

Belum lagi pengusaha transportasi yang membohongi penumpangnya ,dengan menjanjikan mengantar hingga ke Pulau Komodo,yang berjarak tempuh sekitar 4 jam,tetapi ditengah jalan membelokan arah speed boat ke Pulau Rinca,dengan biaya yang sama. Alasannya: "Ombak Besar." Ternyata Pulau Rinca hanya berjarak sekitar 40 menit perjalanan dan kami harus membayar 3 juta rupiah untuk 3 orang. Lelucon yang tidak lucu,gaya pemilik speed boat di Labuan Bajo ini ,bila tidak cepat dibenahi,akan jadi bumerang dan merusakkan sendi sendi wisata Pulau Komodo.

Semoga saja, kini sudah mulai ada pembenahan infrastruktur,baik yang merupakan bangunan phisik,maupun pembenahan infrastruktur dari sudut sikap mental dari para penyedia sarana dan prasarana yang ada disana.

Semoga Pulau Komodo yang sudah diabadikan menjadi salah satu ikon dunia sebagai salah satu dari 7 New Wonders of Nature,janganlah dibiarkan merana .

IIuka,7 Juni, 2016

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun