Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Biarkan Keajaiban Dunia Ini Merana

7 Juni 2016   12:02 Diperbarui: 7 Juni 2016   20:24 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Jalan yang kami lalui masih jalan setapak, katanya memang sengaja tidak dibuat jalan yang lebih baik, supaya terkesan alami. Saya tidak tahu apakah ini memang alasan sebenarnya atau sekedar menutupi kekurangan yang ada.

men-of-the-year-2010-116-5756cad43193735c0845c8ca.jpg
men-of-the-year-2010-116-5756cad43193735c0845c8ca.jpg
Tidak Ada Café Yang Memadai

Ada semacam toko souvenir di dalam kawasan komodo ini, tapi harganya sama sekali tidak menarik.Termasuk bahkan menurut saya untuk kantong turis yang pas pasan Berjalan sekitar dua jam dipanas teriknya udara dan tentu menghadirkan rasa haus yang sangat. Namun ternyata disini tak satupun ada café atau warung yang cukup layak disebutkan sebagai tempat istirahat bagi wisatawan.Apalagi bagi wisatawan manca negara.  Kursi yang terbuat dari kayu kasar dan acak,serta gelas minuman  yang terkesan sudah patut dipensiunkan,menyebabkan kami memilih membeli minuman dalam kaleng .

Perlu Pembenahan Infrastruktur

Perlu pembenahan infrasturktur, tidak hanya dalam bentuk bangunan phisik yang memadai ,tetapi tak kalah pentingnya adalah membangun infrasturktur dari sisi faktor  sikap mental manusianya

Jalan masih penuh dengan lubang lubang dan membuat kendaraan berdisco di hampir sepanjang perjalanan keliling pelabuhan alam ini.Belum lagi pengusaha restoran yang mengambil keuntungan secara tidak wajar

Pengusaha hotel yang tidak menyediakan kelengkapan standard seperti sabun dan handuk

effendi-roselina-labuan-bajo-edit-575654816d7e61d104da251a.jpg
effendi-roselina-labuan-bajo-edit-575654816d7e61d104da251a.jpg
Semoga fasilitas standar dibawah ini,secepatnya dibenahi:
  1. Kamar mandi yang masih gunakan gayung
  2. Mau sarapan pagi,harus teriak teriak panggil pelayan hotel
  3. Pengusaha tranportasi air yang membohongi pengunjung
  4. Kantor wisata yang amburadul
  5. Minim brosur
  6. Café tempat istirahat dan minum yang memadai
  7. ruang tunggu di bandara,yang tidak memadai

Pengusaha restaurant dan transportasi,tentunya wajar bila memanfaatkan peluang ini untuk mendapatkan keuntungan yang lumayan dari turis yang berdatangan,baik turis lokal,maupun turis dari mancanegara. Tetapi agaknya perlu segera ditatar,agar jangan semaunya mengeruk keuntungan yang tidak wajar,seperti misalnya untuk seekor ikan,harus membayar 450 ribu rupiah. Hal ini bila di biarkan berlanjut,   kelak akan jadi bumerang bagi Labuan Bajo,sebagai kota tujuan wisata.

557e3de224a9d512398b456a-575660571cafbd960ad46d54.jpeg
557e3de224a9d512398b456a-575660571cafbd960ad46d54.jpeg
keterang foto: ruang tunggu di bandara Labuan Bajo,yang jauh dari memadai sebagai sebuah kota tujuan wisata/foto.dokumentasi pribadi

Belum lagi pengusaha transportasi yang membohongi penumpangnya ,dengan menjanjikan mengantar hingga ke Pulau Komodo,yang berjarak tempuh sekitar 4 jam,tetapi ditengah jalan membelokan arah speed boat ke Pulau Rinca,dengan biaya yang sama. Alasannya: "Ombak Besar." Ternyata Pulau Rinca hanya berjarak sekitar 40 menit perjalanan dan kami harus membayar 3 juta rupiah untuk 3 orang. Lelucon yang tidak lucu,gaya pemilik speed boat di Labuan Bajo ini ,bila tidak cepat dibenahi,akan jadi bumerang dan merusakkan sendi sendi wisata Pulau Komodo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun