Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selalu Ada Hikmah yang Dapat Dipetik

2 Juni 2016   18:36 Diperbarui: 2 Juni 2016   19:10 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterangaan foto: acara makan bersama,sesungguhnya tidak ada yang istimewa, tapi bersama dalam keberagaman suku bangsa dan agama, yang menjadikan acara ini menjadi momentum yang berharga, Kami berbeda dalam banyak hal,tapi semuanya bersahabat. /tjiptadinata effendi

Selalu Ada Hikmah Yang Dapat Dipetik

Makan bisa dilakukan dimana mana.Dirumah, diwarung atau direstoran. Bisa hanya berdua bersama istri atau boleh jadi bersama seluruh anggota keluarga. Sesekali makan bersama teman teman, jelas menghadirkan kegembiraan plus bagi semua yang ikut makan bersama.Sambil saling berebut cerita ,bersama sahabat sahabat baik,jelas akan memberikan manfaat ganda bagi diri kita. Disamping perut kenyang, sekaligus menjadi sebuah momentum sangat berharga. Karena tidak mudah menghimpun sahabat sahabat kita, walaupun hanya sekedar makan bersama. Karena setiap orang memiliki kesibukan tersendiri. Namun sesibuk apapun diri kita ,tentu demi menjaga hubungan baik , perlu sesekali waktu untuk makan bersama..Tidak menjadi masalah makannya di restoran ataupun diwarung,

Menikmati Berbuka Bersama di Bulan Puasa 

Berbuka bersama atau dalam bahasa Padang :” babuko basamo” sebenarnya bagi kami sekeluarga bukanlah suatu hal yang baru..Karena sewaktu kami masih tinggal di Padang, setiap hari Sabtu dalam bulan Puasa, anggota keluarga dan teman teman  yang menjalankan ibadah Puasa, datang kerumah kami di Wisma Indah ,untuk “babuko basamo” .Mereka semua makan tanpa ada keraguan sedikitpun, karena adik ipar kami dan ponakan ponakan kami sebagian menjalankan ibadah puasa.

Dalam acara berbuka Puasa bersama,memang tidak ada hal hal yang spektakuler.Semuanya biasa biasa saja, Akan tetapi ,tentu saja.bagi kami acara berbuka puasa bersama ini,  bukan hanya sekedar menemani kerabat dan teman teman  Muslim duduk makan bersama, tetapi banyak pelajaran yang bisa dipetik dalam suasana kebersamaan tersebut.

Menerapkan di Negeri Orang

Tahun lalu, kami  mengajak beberapa teman untuk makan malam bersama.Hal ini sekaligus merupakan undangan balasan dari kami, karena sebelumnya kami juga sudah diundang makan dalam acara yang berbeda.Mengapa memilih justru di bulan puasa? Karena kami pikir hal ini merupakan kesempatan baik, Karena jam makan  malam akan serentak.Setelah dirundingkan,maka kami memutuskan makan di restoran seafood. Pasti tidak ada masakan daging..Sehingga tidak perlu ada keraguan untuk makan malam disana.

Disamping kami berdua, ada anak dan mantu kami yang orang Australia dan adik ipar yang menikah dengan orang Italia. Teman saya dari Brunei,Malaysia, Amerika dan Pakistan. Sehingga dalam acara berbuka puasa bersama ini, yang hadir terdiri dari 7 suku bangsa: Indonesia, Australia, Italia, Amerika, Brunei, Malaysia dan Pakistan. Yang unik lagi, kami beda keyakinan : katholik, Anglican, Muslim dan Budha. Tapi semua perbedaan ini sama sekali tidak menjadi dinding penghalang bagi kami untuk menjalin persahabatan.

Warga Australia berasal dari hampir seratus negara berbeda di dunia Jadi bukanlah sesuatu yang istimewa, bila disatu meja makan, terdiri dan beberapa atau mungkin juga belasan suku bangsa.

Pertama Kali Minum Teh Selesai Makan Malam

Karena mantu kami adalah orang Australia (kulit putih),maka kami tahu kebiasaan mereka,sehabis santap malam, selalu ada  minuman beralohol.terutama di musim gugur dan musim dingin. Karena itu, dalam acara santap malam bersama pada waktu itu ,adalah merupakan pengalaman pertama bagi mereka, santap malam tanpa alcohol.

Hal ini bukan saya yang mengusulkan ,melainkan dari mereka sendiri.bahwa karena makan malam bersama teman teman Muslim, maka kami sepakat santap  malam akan dibuka dengan secangkir teh hangat manis dan penutupnya ada pilihan the atau kopi.Kloplah sudah rencana dan saya jadi lega.

Maka diatas meja ,hanya ada cangkir teh dan cerek yang berisi teh hangat. Tapi semua cangkir masih kosong. Walaupun ketiga teman saya yang Muslim berkali kali mengatakan:” Tidak apa ,silakan, anda yang tidak berpuasa silakan minum “,tapi tidak seorangpun diantara kami yang bergerak untuk minum. Kendati secangkir teh hangat di udara dingin menusuk, jelas merupakan sesuatu yang mengoda.


Tidak Ada Beduk atau Sirine

Kami duduk ngobrol,tanpa seorangpun menyentuh minumanTampak ketiga teman saya yang Muslim, berunding sambil melihat kejam tangan mereka. Karena di Australia tidak ada beduk atau sirene berbunyi, petanda waktu berbuka puasa dimulai. Maka mereka mengandalkan jam tangan.

Setelah berdiskusi sesaat, Mohammed, asal Pakistan yang sama sama kursus bahasa Inggeri dengan saya 10 tahun lalu, mengatakan,sudah waktunya berbuka puasa. Mohammed dengan suara jelas mengucapkan:” Bismillahirrachmanirrahim.”..sambil mengangkat cangkir teh..manis, sebagai isyarat sudah waktunya berbuka puasa.Ritual selanjutnya, masing masing bebas mengambil makanan. Namun karena tampak teman teman yang puasa, mengawali dengan makan buah kurma, yang dibawa dari rumah.,maka kami hanya mengikuti jejak mereka.

Hikmah Yang Dapat Dipetik

Dalam komunitas kecil,yang terdiri dari 7 suku bangsa di dunia ini, minimal telah tertanam suatu benih persahabatan yang lebih mendalam,bahwa perbedaan suku bangsa, budaya dan agama, sama sekali tidak menjadi penghalang untuk menjalin persahabatan. Dan terlebih lagi, bahwa dalam persahabatan ,harus ada saling menghargai dan saling menghormati.

Walaupun berbuka bersama ini,sama sekali tidak ada hal hal yang spektakuler,namun bagi kami semuanya sungguh merupakan makan malam yang paling berharga dan bermakna. Ada kenangan manis bagi semua yang hadir.  Bulan ini teman teman malah menyampaikan undangannya ,akan kami kembali makan bersama.Sayang sekali, kami berdua sudah berada di Western Australia.

Sebuah momentum kecil ,yang mungkin saja bagi orang lain,tidak ada apa apanya, namun bagi kami ,selalu ada hikmah yang dapat dijadikan pelajaran hidup.Setidaknya, kami  semakin yakin, bahwa  untuk menjalin sebuah persahabatan, tidak ada sekat ataupun diinding yang mampu membatasi, selama semuanya dilakukan dengan tulus ikhlas.

Selamat menunaikan Ibadah Puasa bagi yang menjalaninya.Ramadhan 1437 Syawal.

Western Australia, 2 Juni,2016

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun